Dialektika Sosial Anak Bangsa

Sebuah perjalanan panjang dalam untaian kata dalam jiwa, dedikasi yang tercipta untuk Sang Pencipta, yang terbaik dalam hidup dan untuk Negeriku Indonesia

Tuesday, March 18, 2014

Sudut Sosial : Dilematika Wanita Tuna Susila

Bagi beberapa orang, mungkin profesi yang dijalankan sebagai seorang pelacur adalah profesi yang hina. sehingga banyak orang menilai mereka sebagai wanita hina dan pantas dipergunjingkan. Tapi kenapa sebagian orang hanya melihat, memandang, dan menilai wanita tuna susila atau pelacur hanya dalam satu sisi saja dan tidak simetris.

Tanpa pernah bertanya, mengapa mereka menjajakan tubuhnya kepada beberapa orang pria hidung belang, malah langsung dicemooh, dihinakan, digunjing, bahkan dicaci dan dimaki. Saya pernah mencoba selami apa yang mereka rasakan. meski, saya tidak pernah memanfaatkan atau menikmati kemolekan tubuhnya dan perilakunya yang binal.

Setelah saya selami dan saya temui. Saya mengenal seorang wanita tuna susila muda, dan merupakan seorang janda beranak 1 berusia 27 tahun ini berprofesi sebagai terapis pijat plus-plus yang menjalankan profesinya kira-kira sejak 2 tahun lamanya.

Saya mencoba berinteraksi dengan sebut saja namanya Via, dalam sebuah media jejaring sosial dengan akun palsu, tanpa pernah bertemu terlebih lagi menggunakan jasa terapisnya!

Dalam menjalankan profesinya. Via menuturkan bahwa sebagai terapis pijat plus-plus "dia terlebih dahulu, melakukan pijatan-pijatan hangat dengan media tubuhnya, sebelum memuaskan dan memanjakan nafsu  para customernya dengan tarif 1 juta rupiah" ketika saya mencoba berinteraksi lebih dalam dengannya tiba-tiba, muncul sebuah percakapan yang intinya "menghujat, mencemooh, dan menghina Intan sebagai terapis"

Beberapa percakapan lainnya juga ada beberapa orang yang "menguatkan, mendukung, dan mensupport Via agar sabar dan kuat dalam menyikapi hinaan, serta cemoohan itu" saya mencoba menempatkan diri saya dengan objektif dan mencoba selami apa yang Via rasakan?. Dan bertanya-tanya kenapa Via sampai mendapatkan gunjingan dan hinaan, padahal meskipun dia itu bagi setiap orang namun, dia tetaplah seorang manusia yang berhak untuk hidup?

Saya coba berinteraksi dengan Via dalam sebuah media jejaring sosial, dan dalam interaksi itu Via mengatakan bahwa "Saya, menjalani profesi ini karena sebuah keterpaksaan, demi menghidupi satu orang anaknya, dan juga keluarganya" Via juga menuturkan bahwa "tidak ada seorang wanita yang mau hidup seperti aku, semua karena keterpaksaan dan keterbatasan pribadi hingga seperti ini"

Hmm, tersentuh dengan penuturannya. Satu sisi dia seorang janda beranak satu, dan sisi lainnya karena keterbatasan dirinya, dia terpaksa menjajakan dirinya sebagai terapis pijat sekaligus, menjajakan tubuhnya untuk memuaskan nafsu para pria hidung belang. Ironi memang tapi inilah sebuah kehidupan ada yang kehidupannya bergelimang akan harta dan kekayaan, ada pula orang yang hidup dalam keterbatasan diri seperti Intan.

Tapi kenapa juga harus menjadi sebuah gunjingan bagi beberapa orang?, melihat suatu sejarah yang pernah tercipta dimasa lalu bukankah, pada masa "peperangan melawan penjajah" beberapa pejuang memanfaatkan tubuh para wanita sebagai pelacur guna untuk merebut informasi-informasi tentang kelemahan para penjajah, hal ini dilakukan untuk meraih kemerdekaan yang abadi demi Indonesia Raya?

Menyikapi hal demikian, maka dapat saya katakan bahwa wanita tuna susila yang bagi beberapa kebanyakan orang adalah seorang yang hina, tidak lain dan tidak bukan juga seorang pahlawan kemerdekaan bangsa!. So, kenapa sebagian orang harus memandang hina mereka, setelah saya coba mencari-cari sebuah jawaban lainnya ternyata beberapa orang yang pernah menggunakan jasa seorang wanita tuna susila mengatakan bahwa "wanita tuna susila sisi lain mungkin hina, tapi sisi lainnya juga dia seorang pahlawan" ketika saya tanya kenapa? Beberapa orang dari mereka menjawab "selain pahlawan bangsa, seorang wanita tuna susila juga pahlawan bagi kejahatan nafsu susila, pasalnya kalau tidak ada wanita tuna susila mungkin orang-orang yang tidak sanggup menikah, tidak akan sanggup menahan nafsu syahwatnya dan mungkin akan terjadi banyaknya tindak pemerkosaan yang marak terjadi"

Mungkin sepintas benar, mungkin juga dapat dikatakan salah. namun, disini saya tetap memandang dalam sisi yang objektif tanpa harus memihak kepada siapa yang benar dan siapa yang salah. Namun, dalam menyikapi hal ini saya hanya menitik beratkan kepada nilai-nilai yang menurut saya perlu ditegakkan.

1. Nilai yang pelu ditegakkan adalah bukan menghujat, mencemooh, bahkan menggunjing mereka sebagai wanita tuna susila, karena tidak semua dari wanita tuna susila itu senang atau bangga bahkan menikmati profesi yang dia jalankan. Terlebih lagi tidak semua dari mereka menjadi wanita tuna susila menikmati profesinya karena nafsu bahkan karena nominal materi. Sebab disisi lainnya banyak keterbatasan dalam diri yang dengan terpaksa untuk mereka lakoni untuk menjadi wanita penjaja cinta (wanita tuna susila)

Logikanya dalam kacamata pribadi saya adalah "Apakah ada, seorang wanita yang lahir dari ibu, rela untuk dibesarkan atau bangga untuk menjadi seorang wanita tuna susila disaat dia tumbuh dewasa kalau bukan karena suatu keterbatasan? Apakah ada, seorang wanita yang ketika dia kecil, ketika ditanya "kalau, sudah besar mau jadi apa?" Wanita itu menjawab dengan bangga "Aku, ingin menjadi seorang pelacur" dan logika selanjutnya "Apakah ada, seorang wanita yang kalau bukan karena faktor kelainan, rela tubuhnya untuk dijamah dan dinodai oleh banyak pria hidung belang yang haus akan nafsu birahi, demi menutupi sebuah keterbatasan diri, guna untuk bertahan hidup serta demi menghidupi keluarganya?" Dan "Apakah ada seorang wanita yang bangga untuk menjadi seorang pelacur?" Jawabannya pasti dari setiap mereka itu sama yaitu "TIDAK" dan mereka terpaksa menjalankan hidup dalam hitamnya dunia karena selain mereka berdiri dalam keterbatasan, dan tak sanggup menahan kesulitan hidup karena kemiskinan, mereka juga menginginkan penghidupan yang sama dengan mereka-mereka yang hidup bergelimpangan harta dan kekayaan, meskipun wanita itu melakoni profesi yang salah dengan melewati hitamnya dunia.

2. Kita sebagai insan manusia yang diberikan banyak anugerah berlimpah dan tiada henti-hentinya disepanjang dan setiap hembusan nafas yang kita hirup. Kita patut bersyukur atas segala nikmat dan anugerah yang telah Alloh SWT berikan dengan selalu bersyukur, bersujud dan bertaqwa kepadaNya. Menyikapi kelamnya dunia yang dirasakan oleh wanita-wanita tuna susila, bukan berarti kita harus serta merta untuk menghinakan, menghujat, mencemooh bahkan dengan keji menyiksa dan mencaci maki mereka, akan tetapi selain kita harus mensyukuri atas nikmatNya kita juga setidaknya mempunyai peranan penting dalam membantu atau mengurangi keterbatasan mereka.

Bagaimana caranya? Caranya adalah tidak perlu sampai terlalu jauh untuk memperbaiki akhlaknya dan mengembalikannya kepada jalan yang lurus akan tetapi coba untuk belajar sejak dini, untuk peduli atas realita yang mereka hadapi, coba angkat kesulitan mereka arahkan mereka terhadap masa depan yang lebih baik, dengan tidak membiarkan mereka hidup dalam keterbatasan, bukan menjadikan mereka menjadi bertergantungan melainkan menjadikan mereka mampu untuk bangkit!

Bukan mempergunjing dan mencemooh melainkan dengan mensupport dan membekali keterbatasannya menjadi suatu keluarbiasaan, dapat dilakukan dengan memberikan sebagian ilmu keterampilan dalam membuat suatu kerajinan tangan, pendekatan ilmu agama, memberikan pembekalan seni budaya juga banyak hal yang dapat dan perlu dilakukan agar mereka senantiasa dapat kembali kepada jalan yang pantas untuk dilalui.

Memang cara itu cukup sulit, tapi apakah kita harus membiarkan itu terjadi pada saudara-saudara kita dalam suatu keterbatasan? Setiap orang mungkin butuh materi tapi tidak ada salahnya bagi kita untuk berbagi, berbagi ilmu, dan sebagian rezeki!

Bicara soal benarkah apa yang dilakukan, sucikah mereka, atau dosakah apa yang mereka perbuat. biar saja Allah SWT yang memberikan suatu jawaban dalam setiap hidayah yang diberikanNya, akan tetapi kalau beberapa orang dari kita tidak coba untuk peduli maka, bukan tidak akan mungkin orang-orang yang memiliki keterbatasan diri seperti Via, terpaksa untuk turun kejalan menjajakan diri untuk memuaskan nafsu orang-orang yang membutuhkannya

Memang satu sisi wanita tuna susila itu salah tapi sisi lainnya dia juga seorang pahlawan dari kejahatan nafsu syahwat orang yang tidak sanggup menikah, yang takut melakukan tindak pemerkosaan, dan berjasa karena pengalamannya dalam memuaskan nafsu sehingga pelanggannya mendapatkan suatu pengalaman yang berbeda dan terpuaskan. Tapi tetap saja itu menjadi sosial kita dan kepedulian kita sebagai sesama manusia.

Dan saya pribadi mungkin tidak begitu bisa untuk berbuat banyak, dan tidak pernah memanfaatkan jasa wanita tuna susila akan tetapi, yang pernah saya lakukan memotivasi dia, dan sekaligus mengarahkan, menanyakan kapan dia akan kembali kejalan yang benar, serta mendoakan yang terbaik baginya dan bukan untuk menghujat bahkan menghinakan mereka. Karena meskipun apa yang mereka lakukan itu hina, mereka tetaplah manusia so kita tidak perlu untuk menghujat atau menghinakan mereka.

Hal yang terpenting disini adalah kita hanya dituntut untuk selalu bersyukur dan mensyukuri apa yang telah Alloh berikan untuk kita. Karena, nasib kita mungkin masih lebih baik dari mereka and yang terakhir buat Intan Intan lainya jika hal itu masih kalian anggap hal positif bagi kalian silahkan jalani saja hidup kalian sebagaimana mestinya dan maaf bukannya mau mendukung atau memanfaatkan jasa tubuh kalian, akan tetapi saya hanya dapat mengatakan bahwa ketika kalian mendapatkan suatu rezeki yang lebih baik dan patut untuk disyukuri terlebih lagi mendapatkan sebuah hidayah bersegeralah hentikan langkah hitam kalian dan bersegeralah untuk bersyukur serta bersujud kepada Allah SWT agar selalu mendapatkan rahmat dan hidayahnya yang tiada henti disepanjang hidup kalian.

Khususnya buat Intan, doa yang pernah terucap dalam lisan saya adalah saya, pernah berdoa semoga kamu mendapat hidayah dan semoga saja kamu kelak menjadi orang yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat serta disaat kamu sudah kembali kepada jalanNya dan disaat kamu meninggal dunia semoga saja kamu ditempatkan di dalam Surga Firdaus dengan bidadari-bidadari surga lainnya atas segala keridhaan Allahu Yaa Tawwab yang tak lain sang maha pemberi taubat.

Pasalnya saya pernah mendengar ada seorang mantan wanita tuna susila yang menjadi ulama dan memiliki pesantren disaat dia mendapatkan hidayah yang begitu indah dan begitu dalam atas kemahaan dan kemuliaan Allah SWT. Dan semoga hidayah itu dapat diraih oleh Via Via lainnya.. Aamiiin..

Sekian..

Tegar Guccie
Dilematika Wanita Tuna Susila
18 Maret 2014

No comments:

Post a Comment