Seperti berjalan diantara
Labirin hitam kelam berisi
Kerikil-kerikil berduri tajam, dan
Pisau belati menancap dijalanan
Aku terjatuh terhunus
Aku terjatuh tertikam
Aku terkoyak berlumuran
Akan darah basahi tubuh
Tak adalagi gelak tawa
Tak adalagi canda gurau
Yang ada hanyalahh elegi kehidupan
Yang ada hanyalah kegelapan
Aku terjatuh dan terjatuh
Berlumuran akan banyak darah
Yang membasahi tubuh ini
Meski lelah aku terus berjalan
Dalam letihku berjalan
Menelusuri waktu yang penuh
Akan rimba penindasan zaman
Aku terdiam dalam kesunyian
Bertanya dan berteriak
Sampai kapankah badai
Kehidupan ini segera berakhir
Dan menjadi saat yang indah
Dalam teriakkanku akan suatu
Kemuakkan yang terjadi saat ini
Tak ada satupun orang yang peduli
Tak ada satupun jawaban
Yang aku lihat hanya orang-orang
Yang menjadi bangkai penindasan zaman.
Aku muak dengan semua ini
Muak akan nurani yang menyesakkan
Aku terkoyak, terhempas dalam
Kebutaan fatamorgana dunia,
Hilang arah, ku tatap langit cerah
Yang hanya sanggup diam membisu
Dalam kebisuannya aku mencoba
Meraih dan menggenggam langit
Cerah dengan tangan
Berlumuran akan darah
Menghapus badai dalam kesunyian
Dan berjuang agar ku dapat menuju
Jalan cahaya yang penuh akan
Suatu keabadian
Kapankah badai ini akan segera
Berakhir dan dapat aku lalui
Semua terjangan badai yang
Menghempaskan asaku
Kapankah aku dapat melalui ini
Semua, menghapus tangisku
Menghapus letihku dan menghapus
Tetesan darah yang menetes ini
Hingga pada akhirnya ku raih
Suatu kebahagian tiada henti
Penuh akan keabadian cinta
Penuh akan makna dalam jiwa
Hingga akupun dapat kembali
Menatap bunga-bunga indah
Yang bermekaran, melihat tarian
Burung kicau yang menari di udara
Rapuh, diri ini semakin rapuh
Tak sanggup menderapkan
Langkah kaki dalam jelajahi
Gemerlap kesombongan dunia
Tegar Guccie
Elegi Kehidupan
11 Maret 2014
No comments:
Post a Comment