Disepanjang perjalanan panjang yang aku lalui disepanjang hidup ini,
berhias banyak sekali krikil-krikil tajam berduri ada yang pro, ada pula
yang kontra ada yang suka, ada pula yang benci, ada yang menilai baik
ada pula yang menilai jahat tanpa pernah berpikir panjang dinamika hidup
seperti apa yang telah aku lalui? Dan tanpa pernah berpikir panjang
hal-hal apa saja yang pernah aku lakukan untuk dunia untuk meraih
akhirat? Pada akhirnya membuahkan torehan-torehan pedang pemotong lidah
yang melukai diri, sehingga sulit untuk mengungkapkan kebenaran yang
hakiki.
Tidak ada yang salah dan perlu disalahkan, karena biar bagaimanapun
setiap manusia adalah seorang juri yang hanya mampu untuk menilai dalam
hanya satu sisi tanpa pernah menilai sisi-sisi lainnya, dan sifat
alamiah manusiapun hanya sanggup untuk menilai orang lain dengan
subjektif tanpa pernah mencoba menilai diri pribadinya seperti apa dan
langsung memvonis manusia-manusia bertopeng, orang yang terlihat ramah
baginya belum tentu ramah dikemudian hari bahkan bisa membunuh, namun,
sebaliknya orang yang terlihat jahat baginya belum tentu jahat
dikemudian hari bahkan bisa saja orang itu lebih banyak untuk peduli
bahkan memberikan suatu kedamaian dan ketenteraman dalam hidup kita. Dan
kita semuanya terungkapkan dan telah terjadi, barulah menghadirkan
sebuah penyesalan-penyesalan yang dikarenakan salah dalam menilai
beberapa orang secara tidak objektif, dan tidak simetris.
Seperti itulah kehidupan orang-orang bertopeng, menghiasi lika-liku
kehidupan tanpa pernah untuk bersikap objektif dan berkaca diri di dalam
menata dirinya untuk menjadi lebih baik. Akupun bukanlah orang yang
sempurna hanya saja aku hanya manusia yang tidak ingin salah dalam
menempati diriku, ketika aku ingin mengenal seseorang maka aku harus
selami jiwa mereka agar aku tidak salah dalam menilai dan menempatkan
diriku dalam sebuah interaksi sosial.
Dalam interaksi sosial, aku tidak pernah memandang kelas sosial siapapun
selama mereka mau berbagi ilmu, berdiskusi dan saling peduli. Dan aku
tidak peduli kelas sosialnya ntah mereka itu pedagang kecil, petugas
keamanan, sopir, bahkan sampai wanita tuna susila. Karena dalam hati
orang-orang seperti mereka terdapat banyak ilmu yang dapat di jadikan
sebuah pembelajaran tanpa harus menhina, menjatuhkan bahkan memanfaatkan
mereka untuk kehidupan pribadi dan kesenangan sesaat.
Hal yang dapat kita petik pelajaran dari mereka adalah bagaimana cara
mereka memaknai hidup, mereka berjuang disetiap perputaran waktu mengais
rezeki yang tidak besar untuk kehidupan keluarganya, kadangpun mereka
menangis bila tak dapat untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, seperti
halnya ada salah seorang sopir angkot yang pernah saya temui, dia
mempunyai anak dan istri dikampung, demi untuk mencari rezeki yang halal
untuk anak istrinya dia rela meninggalkan kampungnya, begitu aku tanya
berapa usia anaknya? Dia menjawab bahwa anaknya masih balita dan sudah
lama untuk tidak pulang ke kampungnya, dan dia pun mengatakan bahwa dia
suka sedih dan suka menangis kalau mengingat anak istrinya di desa yang
hidup berketerbatasan.
Diapun mencoba mengadu nasib dikota besar, Bogor, untuk mengais rezeki
dijalan sebagai seorang sopir angkot, dan berdasarkan penuturannya dia
setiap harinya melewati malam dengan sebuah tikar, yang di gelar
dilantai mobil angkot yang dia sewa dari seorang pemilik angkot,
ironisnya setiap besaran pendapat yang dia dapat harus dibagi dengan
biaya hidup, biaya bahan bakar dan ongkos sewa bahkan dia juga
mengatakan bahwa dia pernah tidak membawa uang sama sekali. Diapun
menangis meneteskan airmata ketika dia menceritakan perjalanan hidupnya.
Namun, bagaimana dengan kita yang mungkin hidup jauh lebih baik
daripada mereka, terkadang masih sering untuk mengeluh dan kurang untuk
bersyukur.
Itu baru hanya sepenggal kisah, dan masih banyak lagi kisah-kisah
kehidupan yang patut kita syukuri dan patut kita petik pelajaran.
Satu hal yang perlu aku garis bawahi disini adalah jangan pernah
menilai, ataupun mendeskreditkan seseorang tanpa pernah kita tau
Siapakah dia? Bagaimanakah dia? Pola pikirnya seperti apa? Hal apa saja
yang pernah dia lakukan? Karya apa saja yang pernah dia lakukan untuk
kebaikan baik diri sendiri maupun banyak orang? Hal apa saja yang dapat
kita petik pelajaran darinya? Bagaimanakah perilaku dia dalam keluarga
dan lingkungan masyarakat? dan Seberapa besar kepeduliannya terhadap
lingkungan sosial? Dengan begitu kita akan menempatkan diri kita dengan
bijak dan dengan kata lain kita dapat menilai seseorang dalam berbagai
macam sisi secara simetris.
Mengapa, harus menilai seseorang secara simetris atau dari berbagai
macam sudut pandang? Agar kita tidak salah dalam memandang seseorang
yang kita kenal dengan kata lain kita juga dapat menempatkan diri kita
dalam porsi yang berbeda, seperti dalam menilai individu juga sebagai
seseorang yang dinilai.
Sekian...
Salam perdamaian..
Tegar Guccie
Sebuah Perjalanan panjang
21 Maret 2014
No comments:
Post a Comment