Dialektika Sosial Anak Bangsa

Sebuah perjalanan panjang dalam untaian kata dalam jiwa, dedikasi yang tercipta untuk Sang Pencipta, yang terbaik dalam hidup dan untuk Negeriku Indonesia

Thursday, March 20, 2014

Sebuah Perjalanan Panjang

Disepanjang perjalanan panjang yang aku lalui disepanjang hidup ini, berhias banyak sekali krikil-krikil tajam berduri ada yang pro, ada pula yang kontra ada yang suka, ada pula yang benci, ada yang menilai baik ada pula yang menilai jahat tanpa pernah berpikir panjang dinamika hidup seperti apa yang telah aku lalui? Dan tanpa pernah berpikir panjang hal-hal apa saja yang pernah aku lakukan untuk dunia untuk meraih akhirat? Pada akhirnya membuahkan torehan-torehan pedang pemotong lidah yang melukai diri, sehingga sulit untuk mengungkapkan kebenaran yang hakiki.

Tidak ada yang salah dan perlu disalahkan, karena biar bagaimanapun setiap manusia adalah seorang juri yang hanya mampu untuk menilai dalam hanya satu sisi tanpa pernah menilai sisi-sisi lainnya, dan sifat alamiah manusiapun hanya sanggup untuk menilai orang lain dengan subjektif tanpa pernah mencoba menilai diri pribadinya seperti apa dan langsung memvonis manusia-manusia bertopeng, orang yang terlihat ramah baginya belum tentu ramah dikemudian hari bahkan bisa membunuh, namun, sebaliknya orang yang terlihat jahat baginya belum tentu jahat dikemudian hari bahkan bisa saja orang itu lebih banyak untuk peduli bahkan memberikan suatu kedamaian dan ketenteraman dalam hidup kita. Dan kita semuanya terungkapkan dan telah terjadi, barulah menghadirkan sebuah penyesalan-penyesalan yang dikarenakan salah dalam menilai beberapa orang secara tidak objektif, dan tidak simetris.

Seperti itulah kehidupan orang-orang bertopeng, menghiasi lika-liku kehidupan tanpa pernah untuk bersikap objektif dan berkaca diri di dalam menata dirinya untuk menjadi lebih baik. Akupun bukanlah orang yang sempurna hanya saja aku hanya manusia yang tidak ingin salah dalam menempati diriku, ketika aku ingin mengenal seseorang maka aku harus selami jiwa mereka agar aku tidak salah dalam menilai dan menempatkan diriku dalam sebuah interaksi sosial.

Dalam interaksi sosial, aku tidak pernah memandang kelas sosial siapapun selama mereka mau berbagi ilmu, berdiskusi dan saling peduli. Dan aku tidak peduli kelas sosialnya ntah mereka itu pedagang kecil, petugas keamanan, sopir, bahkan sampai wanita tuna susila. Karena dalam hati orang-orang seperti mereka terdapat banyak ilmu yang dapat di jadikan sebuah pembelajaran tanpa harus menhina, menjatuhkan bahkan memanfaatkan mereka untuk kehidupan pribadi dan kesenangan sesaat.

Hal yang dapat kita petik pelajaran dari mereka adalah bagaimana cara mereka memaknai hidup, mereka berjuang disetiap perputaran waktu mengais rezeki yang tidak besar untuk kehidupan keluarganya, kadangpun mereka menangis bila tak dapat untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, seperti halnya ada salah seorang sopir angkot yang pernah saya temui, dia mempunyai anak dan istri dikampung, demi untuk mencari rezeki yang halal untuk anak istrinya dia rela meninggalkan kampungnya, begitu aku tanya berapa usia anaknya? Dia menjawab bahwa anaknya masih balita dan sudah lama untuk tidak pulang ke kampungnya, dan dia pun mengatakan bahwa dia suka sedih dan suka menangis kalau mengingat anak istrinya di desa yang hidup berketerbatasan.

Diapun mencoba mengadu nasib dikota besar, Bogor, untuk mengais rezeki dijalan sebagai seorang sopir angkot, dan berdasarkan penuturannya dia setiap harinya melewati malam dengan sebuah tikar, yang di gelar dilantai mobil angkot yang dia sewa dari seorang pemilik angkot, ironisnya setiap besaran pendapat yang dia dapat harus dibagi dengan biaya hidup, biaya bahan bakar dan ongkos sewa bahkan dia juga mengatakan bahwa dia pernah tidak membawa uang sama sekali. Diapun menangis meneteskan airmata ketika dia menceritakan perjalanan hidupnya. Namun, bagaimana dengan kita yang mungkin hidup jauh lebih baik daripada mereka, terkadang masih sering untuk mengeluh dan kurang untuk bersyukur.

Itu baru hanya sepenggal kisah, dan masih banyak lagi kisah-kisah kehidupan yang patut kita syukuri dan patut kita petik pelajaran.

Satu hal yang perlu aku garis bawahi disini adalah jangan pernah menilai, ataupun mendeskreditkan seseorang tanpa pernah kita tau Siapakah dia? Bagaimanakah dia? Pola pikirnya seperti apa? Hal apa saja yang pernah dia lakukan? Karya apa saja yang pernah dia lakukan untuk kebaikan baik diri sendiri maupun banyak orang? Hal apa saja yang dapat kita petik pelajaran darinya? Bagaimanakah perilaku dia dalam keluarga dan lingkungan masyarakat? dan Seberapa besar kepeduliannya terhadap lingkungan sosial? Dengan begitu kita akan menempatkan diri kita dengan bijak dan dengan kata lain kita dapat menilai seseorang dalam berbagai macam sisi secara simetris.

Mengapa, harus menilai seseorang secara simetris atau dari berbagai macam sudut pandang? Agar kita tidak salah dalam memandang seseorang yang kita kenal dengan kata lain kita juga dapat menempatkan diri kita dalam porsi yang berbeda, seperti dalam menilai individu juga sebagai seseorang yang dinilai.

Sekian...

Salam perdamaian..

Tegar Guccie
Sebuah Perjalanan panjang
21 Maret 2014

No comments:

Post a Comment