Mungkin ini, menjadi suatu alasan bagiku mengapa aku benar-benar
menginginkan dan berharap untuk memiliki seorang istri yang soleha,
bukan hanya menjadi seorang ibu yang putera puteriku kelak, melainkan
seorang ibu yang mulia, peduli akan sesamanya khususnya anak yatim,
anak-anak terlantar, anak-anak disabilitas, para santri, serta
orang-orang yang membutuhkan, besar harapanku agar Allah SWT meridhai
aku untuk memiliki istri soleha dan memiliki anak-anak yang menjadi
khalifah dan bidadari-bidadari dari surga.
Mengapa? karena meraih istri yang soleha adalah sebuah kebahagian, dan
suatu keinginan yang sangat berharga bagi saya. Karena, perjalanan cinta
yang akan aku jalani bersama dirinya disaksikan oleh keridhaan Allah
SWT, dan alam semesta yang bertasbih kepadaNya.
Aku mungkin belumlah menjadi seorang yang soleh, namun, aku akan
berusaha untuk menjadi seorang imam, pemimpin bagi keluarga yang akan
aku bina kelak bersama istri. Aku akan membimbing dan menjaga istriku
serta memuliakan dirinya sebagaimana wanita dengan memberikan yang
terbaik untuknya. Karena kebahagian istriku kelak adalah hidupku dan
tidak akan satupun hasrat dan keinginanku untuk menyakiti dirinya.
Sebagaimana, janji suci yang aku ucapkan dalam ijab qabul, dimana dalam
ijab qabul itu aku menerima istriku yang diserahkan oleh kedua orang tua
istriku sepenuhnya untuk diriku untuk aku bahagiakan secara utuh dengan
segala kekurangan dan kelebihannya, aku harus mencintai istriku dengan
sepenuh hati dan membimbingnya ke jalan yang lurus.
Sebagaimana halnya bila aku kaji makna dari sebuah ijab qabul, maka ijab
qabul mengandung arti bahwa "aku sebagai suami, bersedia untuk
menanggung dosa-dosa istriku dari ayah dan ibunya, atas dosa apa saja
yang telah dia lakukan, dari tidak menutup aurat hingga meninggalkan
sholat, serta akan aku tanggung semua dosa calon anak-anakku".
Jika aku GAGAL? Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadist.
"Maka aku adalah suami yang fasik, ingkar dan aku rela masuk neraka, aku rela malaikat menyiksaku hingga hancur tubuhku".
(HR. Muslim)
Seperti itulah yang menjadi tanggungjawabku sebagaimana seorang imam
bagi keluargaku kelak, maka akupun berharap bahwa istriku adalah seorang
istri soleha yang menghargai aku sebagaimana seorang pemimpin, karena
tanggungjawabku sebagaimana seorang suami sejatinya bukanlah tugas yang
ringan.
Aku akan berusaha membimbing, mendidik istriku dalam jalan dakwah, jalan
yang diridhai oleh Allah SWT, dengan segala kesederhanaanku aku juga
akan membina istriku kelak agar peduli akan sesama dengan cara berbagi
dan hidup sederhana tanpa harus bermewah-mewahan, mempunyai harta namun
tidak kaya raya.
Yang aku harapkan pada istriku adalah dirinya ramah dalam bersikap,
lembut tutur katanya, menghargai seorang laki-laki, santun dalam diri,
murah senyum, selalu menjaga emosi, perkataannya dan juga tidak kalah
penting adalah selalu membasahi lidahnya dengan membaca Al-Quran,
membasahi wajahnya dengan basuhan air wudhu untuk sholat, membiasakan
diri untuk sholat malam dan akan lebih istimewa lagi bila selalu berbagi
antar sesama, bersolawat, berdzikir, bertasbih dan berdoa memohon
ampunan, ridha dan kasih sayang Allah SWT Sang Maha Pencipta dan Pecinta
Sejati.
Akupun juga berharap istriku kelak dengan kemurnian cintanya, selain
menjadi istri terbaik bagiku dan menjadi ibunda bagi anak-anakku,
istriku juga mau memberikan arti bagi kehidupan banyak orang, tidak
dibutakan akan harta melainkan mau berbagi dengan orang-orang yang
membutuhkan, dan akupun berharap istriku juga mau membagi ilmunya untuk
mereka, berbagi cerita, berbagi suka duka dengan mereka.
Karena dengan berbagi dengan sesama, maka aku dan istriku akan luar
biasa, dan dengan berbagi maka keluargaku akan selalu mendapatkan
keberkahan nikmat rezeki yang berlimpah tiada tara dan diselimuti oleh
rasa bersyukur.
Istriku begitulah sepenggal kisah yang aku harapkan untuk dapat kau
pahami dengan sepenuh hatimu, begitu beratnya bagiku untuk selalu
menjaga, membimbing, membahagiakan, menafkahi dirimu dan akupun tidak
ingin menjadi seorang suami yang berlumuran dosa karena telah gagal
untuk membimbingmu untuk menjadi seorang istri yang soleha.
Istriku janganlah kau biarkan airmataku menetes, karena kegagalanku
untuk membawamu ke jalan yang Allah SWT ridhai, sempurnakan dan
lengkapilah diriku sebagaimana imammu dengan menghargai, dan menghormati
diriku sebagaimana seseorang yang diamanahkan oleh kedua orang tuamu
kepadaku, dan akupun akan selalu berusaha untuk menjadi suami yang
terbaik bagimu dengan selalu membahagiakan kamu.
Istriku, dekaplah tubuhku, temanilah aku, sempurnakanlah jiwaku,
sadarkanlah ku, menarilah bersamaku dengan kebahagianmu, dengan canda
tawamu, hapuskanlah sepiku, hangatkan jiwaku dalam pelukmu, reguk dan
teguklah kebahagian kita dengan rasa cinta dan kasih sayang kita berdua
bersama anak-anak, cucu-cucu kita sepenuhnya.
Istriku, genggamlah tanganku, biarkanlah aku berada dalam pelukmu
menghapus letihku, dan lantunkanlah kata-kata indah dalam sholawat,
lantunan ayat-ayat suci Al-Quran, bacaan dzikirmu, tasbihmu, dalam
keanggunan iman dan ketaqwaanmu pada Allah SWT dalam setiap sujudmu
kepadaNya.
Istriku jadilah kau menjadi bidadari surgaku, dengan segala kemulian
hati, keanggunan jiwamu, bingkailah hari-hari cinta kita berdua dengan
kebahagian, dengan kemurnian lautan keberkahan dari buah cinta kita
dengan menjadi orang tua yang terbaik bagi anak-anak kita hingga
anak-anak kita menjadi anak-anak yang berguna bagi bangsa, negara serta
dunia dan akhirat.
Terima kasih istriku atas segala cintamu.
I Love You.
Tegar Guccie
Istri Soleha
25 Maret 2014
No comments:
Post a Comment