Bagi beberapa orang, mungkin profesi yang dijalankan sebagai seorang
pelacur adalah profesi yang hina. sehingga banyak orang menilai mereka
sebagai wanita hina dan pantas dipergunjingkan. Tapi kenapa sebagian
orang hanya melihat, memandang, dan menilai wanita tuna susila atau
pelacur hanya dalam satu sisi saja dan tidak simetris.
Tanpa pernah bertanya, mengapa mereka menjajakan tubuhnya kepada
beberapa orang pria hidung belang, malah langsung dicemooh, dihinakan,
digunjing, bahkan dicaci dan dimaki. Saya pernah mencoba selami apa yang
mereka rasakan. meski, saya tidak pernah memanfaatkan atau menikmati
kemolekan tubuhnya dan perilakunya yang binal.
Setelah saya selami dan saya temui. Saya mengenal seorang wanita tuna susila muda, dan merupakan seorang janda beranak 1 berusia 27 tahun ini berprofesi sebagai terapis pijat
plus-plus yang menjalankan profesinya kira-kira sejak 2 tahun lamanya.
Saya mencoba berinteraksi dengan sebut saja namanya Via, dalam sebuah media jejaring
sosial dengan akun palsu, tanpa pernah bertemu terlebih lagi menggunakan
jasa terapisnya!
Dalam menjalankan profesinya. Via menuturkan bahwa sebagai terapis
pijat plus-plus "dia terlebih dahulu, melakukan pijatan-pijatan hangat
dengan media tubuhnya, sebelum memuaskan dan memanjakan nafsu para
customernya dengan tarif 1 juta rupiah" ketika saya mencoba berinteraksi
lebih dalam dengannya tiba-tiba, muncul sebuah percakapan yang intinya
"menghujat, mencemooh, dan menghina Intan sebagai terapis"
Beberapa percakapan lainnya juga ada beberapa orang yang "menguatkan,
mendukung, dan mensupport Via agar sabar dan kuat dalam menyikapi
hinaan, serta cemoohan itu" saya mencoba menempatkan diri saya dengan
objektif dan mencoba selami apa yang Via rasakan?. Dan bertanya-tanya
kenapa Via sampai mendapatkan gunjingan dan hinaan, padahal meskipun
dia itu bagi setiap orang namun, dia tetaplah seorang manusia yang
berhak untuk hidup?
Saya coba berinteraksi dengan Via dalam sebuah media jejaring sosial,
dan dalam interaksi itu Via mengatakan bahwa "Saya, menjalani profesi
ini karena sebuah keterpaksaan, demi menghidupi satu orang anaknya, dan
juga keluarganya" Via juga menuturkan bahwa "tidak ada seorang wanita
yang mau hidup seperti aku, semua karena keterpaksaan dan keterbatasan
pribadi hingga seperti ini"
Hmm, tersentuh dengan penuturannya. Satu sisi dia seorang janda beranak
satu, dan sisi lainnya karena keterbatasan dirinya, dia terpaksa
menjajakan dirinya sebagai terapis pijat sekaligus, menjajakan tubuhnya
untuk memuaskan nafsu para pria hidung belang. Ironi memang tapi inilah
sebuah kehidupan ada yang kehidupannya bergelimang akan harta dan
kekayaan, ada pula orang yang hidup dalam keterbatasan diri seperti
Intan.
Tapi kenapa juga harus menjadi sebuah gunjingan bagi beberapa orang?,
melihat suatu sejarah yang pernah tercipta dimasa lalu bukankah, pada
masa "peperangan melawan penjajah" beberapa pejuang memanfaatkan tubuh
para wanita sebagai pelacur guna untuk merebut informasi-informasi
tentang kelemahan para penjajah, hal ini dilakukan untuk meraih
kemerdekaan yang abadi demi Indonesia Raya?
Menyikapi hal demikian, maka dapat saya katakan bahwa wanita tuna susila
yang bagi beberapa kebanyakan orang adalah seorang yang hina, tidak
lain dan tidak bukan juga seorang pahlawan kemerdekaan bangsa!. So,
kenapa sebagian orang harus memandang hina mereka, setelah saya coba
mencari-cari sebuah jawaban lainnya ternyata beberapa orang yang pernah
menggunakan jasa seorang wanita tuna susila mengatakan bahwa "wanita
tuna susila sisi lain mungkin hina, tapi sisi lainnya juga dia seorang
pahlawan" ketika saya tanya kenapa? Beberapa orang dari mereka menjawab
"selain pahlawan bangsa, seorang wanita tuna susila juga pahlawan bagi
kejahatan nafsu susila, pasalnya kalau tidak ada wanita tuna susila
mungkin orang-orang yang tidak sanggup menikah, tidak akan sanggup
menahan nafsu syahwatnya dan mungkin akan terjadi banyaknya tindak
pemerkosaan yang marak terjadi"
Mungkin sepintas benar, mungkin juga dapat dikatakan salah. namun,
disini saya tetap memandang dalam sisi yang objektif tanpa harus memihak
kepada siapa yang benar dan siapa yang salah. Namun, dalam menyikapi
hal ini saya hanya menitik beratkan kepada nilai-nilai yang menurut saya
perlu ditegakkan.
1. Nilai yang pelu ditegakkan adalah bukan menghujat, mencemooh, bahkan
menggunjing mereka sebagai wanita tuna susila, karena tidak semua dari
wanita tuna susila itu senang atau bangga bahkan menikmati profesi yang
dia jalankan. Terlebih lagi tidak semua dari mereka menjadi wanita tuna
susila menikmati profesinya karena nafsu bahkan karena nominal materi.
Sebab disisi lainnya banyak keterbatasan dalam diri yang dengan terpaksa
untuk mereka lakoni untuk menjadi wanita penjaja cinta (wanita tuna
susila)
Logikanya dalam kacamata pribadi saya adalah "Apakah ada, seorang wanita
yang lahir dari ibu, rela untuk dibesarkan atau bangga untuk menjadi
seorang wanita tuna susila disaat dia tumbuh dewasa kalau bukan karena
suatu keterbatasan? Apakah ada, seorang wanita yang ketika dia kecil,
ketika ditanya "kalau, sudah besar mau jadi apa?" Wanita itu menjawab
dengan bangga "Aku, ingin menjadi seorang pelacur" dan logika
selanjutnya "Apakah ada, seorang wanita yang kalau bukan karena faktor
kelainan, rela tubuhnya untuk dijamah dan dinodai oleh banyak pria
hidung belang yang haus akan nafsu birahi, demi menutupi sebuah
keterbatasan diri, guna untuk bertahan hidup serta demi menghidupi
keluarganya?" Dan "Apakah ada seorang wanita yang bangga untuk menjadi
seorang pelacur?" Jawabannya pasti dari setiap mereka itu sama yaitu
"TIDAK" dan mereka terpaksa menjalankan hidup dalam hitamnya dunia
karena selain mereka berdiri dalam keterbatasan, dan tak sanggup menahan
kesulitan hidup karena kemiskinan, mereka juga menginginkan penghidupan
yang sama dengan mereka-mereka yang hidup bergelimpangan harta dan
kekayaan, meskipun wanita itu melakoni profesi yang salah dengan
melewati hitamnya dunia.
2. Kita sebagai insan manusia yang diberikan banyak anugerah berlimpah
dan tiada henti-hentinya disepanjang dan setiap hembusan nafas yang kita
hirup. Kita patut bersyukur atas segala nikmat dan anugerah yang telah
Alloh SWT berikan dengan selalu bersyukur, bersujud dan bertaqwa
kepadaNya. Menyikapi kelamnya dunia yang dirasakan oleh wanita-wanita
tuna susila, bukan berarti kita harus serta merta untuk menghinakan,
menghujat, mencemooh bahkan dengan keji menyiksa dan mencaci maki
mereka, akan tetapi selain kita harus mensyukuri atas nikmatNya kita
juga setidaknya mempunyai peranan penting dalam membantu atau mengurangi
keterbatasan mereka.
Bagaimana caranya? Caranya adalah tidak perlu sampai terlalu jauh untuk
memperbaiki akhlaknya dan mengembalikannya kepada jalan yang lurus akan
tetapi coba untuk belajar sejak dini, untuk peduli atas realita yang
mereka hadapi, coba angkat kesulitan mereka arahkan mereka terhadap masa
depan yang lebih baik, dengan tidak membiarkan mereka hidup dalam
keterbatasan, bukan menjadikan mereka menjadi bertergantungan melainkan
menjadikan mereka mampu untuk bangkit!
Bukan mempergunjing dan mencemooh melainkan dengan mensupport dan
membekali keterbatasannya menjadi suatu keluarbiasaan, dapat dilakukan
dengan memberikan sebagian ilmu keterampilan dalam membuat suatu
kerajinan tangan, pendekatan ilmu agama, memberikan pembekalan seni
budaya juga banyak hal yang dapat dan perlu dilakukan agar mereka
senantiasa dapat kembali kepada jalan yang pantas untuk dilalui.
Memang cara itu cukup sulit, tapi apakah kita harus membiarkan itu
terjadi pada saudara-saudara kita dalam suatu keterbatasan? Setiap orang
mungkin butuh materi tapi tidak ada salahnya bagi kita untuk berbagi,
berbagi ilmu, dan sebagian rezeki!
Bicara soal benarkah apa yang dilakukan, sucikah mereka, atau dosakah
apa yang mereka perbuat. biar saja Allah SWT yang memberikan suatu
jawaban dalam setiap hidayah yang diberikanNya, akan tetapi kalau
beberapa orang dari kita tidak coba untuk peduli maka, bukan tidak akan
mungkin orang-orang yang memiliki keterbatasan diri seperti Via,
terpaksa untuk turun kejalan menjajakan diri untuk memuaskan nafsu
orang-orang yang membutuhkannya
Memang satu sisi wanita tuna susila itu salah tapi sisi lainnya dia juga
seorang pahlawan dari kejahatan nafsu syahwat orang yang tidak sanggup
menikah, yang takut melakukan tindak pemerkosaan, dan berjasa karena
pengalamannya dalam memuaskan nafsu sehingga pelanggannya mendapatkan
suatu pengalaman yang berbeda dan terpuaskan. Tapi tetap saja itu
menjadi sosial kita dan kepedulian kita sebagai sesama manusia.
Dan saya pribadi mungkin tidak begitu bisa untuk berbuat banyak, dan
tidak pernah memanfaatkan jasa wanita tuna susila akan tetapi, yang
pernah saya lakukan memotivasi dia, dan sekaligus mengarahkan,
menanyakan kapan dia akan kembali kejalan yang benar, serta mendoakan
yang terbaik baginya dan bukan untuk menghujat bahkan menghinakan
mereka. Karena meskipun apa yang mereka lakukan itu hina, mereka
tetaplah manusia so kita tidak perlu untuk menghujat atau menghinakan
mereka.
Hal yang terpenting disini adalah kita hanya dituntut untuk selalu
bersyukur dan mensyukuri apa yang telah Alloh berikan untuk kita.
Karena, nasib kita mungkin masih lebih baik dari mereka and yang
terakhir buat Intan Intan lainya jika hal itu masih kalian anggap hal
positif bagi kalian silahkan jalani saja hidup kalian sebagaimana
mestinya dan maaf bukannya mau mendukung atau memanfaatkan jasa tubuh
kalian, akan tetapi saya hanya dapat mengatakan bahwa ketika kalian
mendapatkan suatu rezeki yang lebih baik dan patut untuk disyukuri
terlebih lagi mendapatkan sebuah hidayah bersegeralah hentikan langkah
hitam kalian dan bersegeralah untuk bersyukur serta bersujud kepada
Allah SWT agar selalu mendapatkan rahmat dan hidayahnya yang tiada henti
disepanjang hidup kalian.
Khususnya buat Intan, doa yang pernah terucap dalam lisan saya adalah
saya, pernah berdoa semoga kamu mendapat hidayah dan semoga saja kamu
kelak menjadi orang yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat serta disaat
kamu sudah kembali kepada jalanNya dan disaat kamu meninggal dunia
semoga saja kamu ditempatkan di dalam Surga Firdaus dengan
bidadari-bidadari surga lainnya atas segala keridhaan Allahu Yaa Tawwab
yang tak lain sang maha pemberi taubat.
Pasalnya saya pernah mendengar ada seorang mantan wanita tuna susila
yang menjadi ulama dan memiliki pesantren disaat dia mendapatkan hidayah
yang begitu indah dan begitu dalam atas kemahaan dan kemuliaan Allah
SWT. Dan semoga hidayah itu dapat diraih oleh Via Via lainnya..
Aamiiin..
Sekian..
Tegar Guccie
Dilematika Wanita Tuna Susila
18 Maret 2014