Dialektika Sosial Anak Bangsa

Sebuah perjalanan panjang dalam untaian kata dalam jiwa, dedikasi yang tercipta untuk Sang Pencipta, yang terbaik dalam hidup dan untuk Negeriku Indonesia

Sunday, July 20, 2014

Rezeki Pertama Untuk Istriku

Allahumma Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim Ya Razzaq Ya Tawwaba
Subhanallah Malikil Quddus
Allah Maha Kaya, Allah Maha Sempurna, Allah Maha Pemberi Rezeki, Dan Allah Maha Pemberi Taubat.

Telah, lama diri ini banyak untuk belajar, berguru, dan mencari ilmu tentang bagaimana diri ini mempersiapkan diri serta memantaskan diri untuk dapat menjadi seorang imam bagi keluarga yang kelak akan Saya bina bersama Istri saya nanti. Sebagaimana halnya seorang istri diciptakan dari sebuah tulang rusuk seorang suami, dan tercipta untuk dapat selalu mendampingi, menyayangi, melayani, menjaga amanah seorang suami, menjaga diri dari hal yang tidak pantas, dan menjaga aib dari seorang suami serta menjaga lisannya untuk tidak menyinggung ataupun menyakiti hati seorang suami. Karena baik dan buruknya terbentuknya sebuah keluarga terletak pada keridhaan, dan bagaimana seorang suami membina keluarganya sebagaimana seorang imam keluarga.

Walau, bagaimanapun juga seorang suamipun juga mempunyai suatu peran yang sama dengan seorang istri, hanya saja seorang suami mempunyai suatu tanggungjawab yang lebih berat terhadap seorang istri serta mempunyai suatu peranan penting terhadap seorang istri sebagaimana dirinya seorang imam bagi keluarga. Seperti: menafkahi, menyekolahkan anaknya, mendidik dan membina keluarganya agar menjadi manusia yang berguna bagi bangsa dan Negara serta bagi dunia dan akhirat. 

Tanggungjawab seorang suami yang paling penting adalah menafkahi seorang istri demi kelangsungan hidupnya, dan demi kehidupan anak-anaknya di masa akan datang. Meskipun tidak ada suatu larangan bagi seorang istri untuk dapat berkarya serta mengaplikasikan dirinya di dalam dunia kerja (mencari nafkah) akan tetapi fungsi control yang utama tetaplah berada pada restu ataupun izin seorang suami, disaat sang suami mengamanahkan kepada sang istri untuk berhenti bekerja dan menjadi seorang ibu rumah tangga, maka seorang istri sepatutnya untuk menuruti apa yang diamanahkan kepada istrinya sebagaimana peran seorang suami sebagai imam dalam keluarganya.

Berdasarkan atas banyaknya saya melihat akan strukturasi yang tercipta dari beberapa keluarga, banyak sebuah keluarga itu yang mendidik istrinya atau membina keluarganya dengan pola-pola yang saya nilai kurang tepat dan tidak pantas untuk dijadikan contoh ataupun pedoman di dalam keluarga. Seperti, seorang imam keluarga yang mendidik dengan nafsu, dengan materi, kekerasan  ataupun mendidik dengan hal-hal yang tidak pantas lainnya, namun meskipun ada pola yang tidak sewajarnya untuk dilakukan, ada juga seimam keluarga yang mendidik keluarganya berdasarkan atas agama.

Mendidik atas dasar pola agama inilah yang menjadi suatu inspirasi bagi saya untuk dapat membina keluarga yang pantas saya bina bersama keluarga saya kelak bersama anak dan istri saya. Dan seperti halnya saya mendidik keluarga saya maka, setidaknya pola yang akan saya terapkan kepada keluarga saya diawali oleh bagaimana diri saya untuk dapat mendidik istri saya, yang dalam penerapannya nanti, besar harapan saya, saya mampu untuk mendidik istri saya nanti tidak sebagaimana hanya seorang istri melainkan seorang bidadari surga yang tercipta untuk selalu mendampingi hidup saya hingga saya menemui ajal saya dan berpulang kepada pangkuan Allah SWT. Amiin.

Terlebih lagi sebagaimana hal yang telah diwariskan kepada kita sebagaimana seorang imam keluarga, adalah kita diwariskan atau diamanahkan untuk dapat memuliakan seorang wanita terlebih utama, memuliakan seorang Ibu (Ibu yang telah melahirkan kita, dan ibu bagi anak-anak kita) dengan selalu menjaga hatinya, menjaga kemuliaannya, menjaga kesempurnaan hatinya serta menjaga keanggunan jiwanya tanpa pernah menyakitinya.

Dengan selalu memuliakan istri kita dengan sepenuh hati, memberikan kehangatan cinta, mendidiknya untuk dapat senantiasa bersyukur kepadaNya, atas segala limpahan rezeki yang telah dikaruniakan kepada kita di dalam menjalin hubungan keluarga, meskipun rezeki yang di dapat tidaklah banyak namun diwajibkan bagi kita untuk tetap selalu bersyukur.

Sayapun sebagaimana seorang laki-laki yang mempunyai peranan sebagaimana seorang imam keluarga akan menerapkan pola seperti itu kepada keluarga saya, yaitu walaupun mendapatkan sedikit rezeki namun dengan berlandaskan akan rasa syukur akan rezeki yang diraih maka akan terasa lebih nikmat dan lebih berharga untuk kita manfaatkan bersama keluarga, dan sayapun akan berupaya mendidik istri saya dengan bijaksana serta menanamkan pola hidup sederhana, yang didasari oleh rasa syukur dan senantiasa untuk mengajak dan membimbing anak istri saya untuk selalu berdoa, bermunajat, bermuhasabah, serta berdzikir kepadaNya memohon ampunan atas segala kesalahan yang pernah dilakukan saat ini ataupun masa lampau.

Pola seperti itu akan saya tanamkan bersama istri saya, dan Insyaallah dengan menanamkan pola hidup yang seperti itu selain besar sekali manfaatnya sekaligus menjadi modal untuk meraih kebahagian dunia dan akhirat yang berfondasikan atas bingkaian keluarga sakinah, mawwadah, warrahmah. Dengan harapan segala sesuatunya mendapatkan ridha dari Allah SWT sehingga di dalam menjalankannya keluarga yang saya bina selalu mendapatkan rahmat, hidayah, serta keberkahaan yang berorientasi kepada rasa syukur, dan ampunan yang Allah SWT berikan kepada keluarga yang akan saya bina nantinya. Amiin

Berkaca dari sebuah dinamika yang banyak terjadi dalam kehidupan rumah tangga. Marak saya jumpai seorang imam keluarga, yakni seorang suami kurang menanamkan pola rasa syukur kepada keluarganya dalam hal ini orang yang baru berkeluarga sehingga karena tidak didasari akan rasa syukur akan segala nikmat rezeki yang sudah diberikan kepadanya menjadi selalu dirasa kurang bahkan anehnya saya pernah melihat ada sebuah keluarga yang sudah diberikan kekayaan harta materi, karena tidak didasari oleh rasa syukur kepada Allah SWT hidupnya selalu terdogma untuk berorientasi kepada mencari rezeki sebanyak-banyaknya meskipun harus mengabaikan apa yang menjadi hak milik orang lain seperti halnya melakukan korupsi (merampas hak orang lain), adapula saya pernah melihat ada sebuah keluarga karena dipercaya untuk memiliki kekayaan yang berlimpah,  namun dia tidak amanah, dan adapula sebuah keluarga selain mendapatkan harta materi dari hasil yang tidak baik, namun dia juga mengorientasikan dirinya terhadap nafsu dimana seorang imam keluarga tidak dapat menjadi contoh kepada keluarganya, suaminya kerja dari uang yang tidak halal atau korupsi, selain itu suka berfoya-foya dan berzinah, dan istrinya juga bergelut di dalam jurang kehidupan (arisan brondong), sedangkan anaknya selain terlantarkan juga terperosok dalam lembah yang sama yaitu lembah narkoba, dan pergaulan bebas. Astaghfirullah, semoga keluarga yang saya bina terhindar dari itu semua. Amin

Dari pola yang salah tersebutlah saya berkaca diri, untuk tidak mengikuti sebuah jejak yang salah melainkan menanamkan pola kehidupan yang benar-benar mendapatkan keridhaan dari Allah SWT.  Terlebih lagi saya akan mengatakan kepada istri saya untuk selalu senantiasa untuk bersyukur atas segala nikmat yang telah dihidayahkan kepada kita dalam keberkahan dan mengharapkan keridhaan serta ampunanNya.

Yang menjadi pertanyaan bagi saya dikala melihat pola yang salah dalam keluarga itu adalah pernahkah terbesit bagi seorang suami dikala mendapatkan sepercik nikmat rezeki pertama dan selanjutnya dan patut untuk disyukuri walaupun sedikit, untuk pernah mengatakan kepada istrinya “Wahai istriku bidadari surgaku, sebagaimana aku seorang suami bagimu, sebagai imam bagimu, perkenankanlah aku untuk mengatakan bahwaIni rezeki pertama yang aku berikan untukmu, dan syukurilah setiap serpihan rezeki yang aku berikan kepadamu walaupun tidak banyak, syukurilah rezeki pertama ini dengan selalu memohon keberkahaanNya, dan bermunajatlah kepadaNya agar dimasa akan datang selain rezeki ini bertambah, dan berlimpah. Rezeki yang aku berikan ini kepadamu tidak pernah lepas dari keberkahan, keridhaan, kasih sayang serta ampunan Allah SWT hingga kita dapat selalu bersyukur” Subhanallah.

Seperti itulah pola yang akan saya tuangkan dan saya implemantasikan kepada keluarga inti yang akan saya bina bersama istri saya, selain memuliakan istri saya, saya juga mendidiknya agar senantiasa hidup sederhana dengan berlandaskan atas rasa syukur kepada Allah Sang Maha Pemberi Rezeki. Sungguh mulia bila saya jumpai seorang suami ataupun imam keluarga yang mendidik dan menanamkan kesederhanaan kepada keluarga yang bermahkotakan rasa syukur, dan ikhlas akan setiap rezeki yang diterimanya dengan mengharapkan keridhaan dan keberkahan Allah Sang Maha Pencipta, serta tiada henti atau lelah untuk selalu bermunajat dan memohon doa serta ampunan agar disepanjang hidupnya selalu diberikan keberkahaan oleh Allah SWT.

Terlebih lagi sebagaimana saya selaku imam keluarga nantinya khususnya para imam-imam keluarga dimanapun berada, saya juga akan menanamkan suatu pola sederhana dimana saya akan mengatakan kepada istri saya bahwasannya “Wahai, Istriku yang aku cintai dan aku sayangi, sebagaimana aku telah memilih dan menjadikan kamu menjadi bagian hidupku, ingin sekali aku katakan bahwa “Kau masih cantik seperti dahulu”, “Kau istri yang terbaik dan soleha bagiku”, “Kau bidadari surgaku”, “Aku akan selalu menyayangi dan mencintaimu Istriku”, ”Sudahkah, aku menjadi yang terbaik bagimu, dan anak-anakku”, dan “Kau adalah cinta pertama dan terakhirku disepanjang aku lalui hidupku bersamamu duhai Istriku, dan aku akan selalu berdoa untukmu agar kita dapat selalu bersama hingga maut memisahkan kita berdua”.

Semoga saja saya mampu untuk menjadi seorang imam keluarga yang terbaik, dan mampu untuk membimbing dan mendidik keluarga saya menjadi manusia yang dirindukan oleh Surga Firdaus bersama seorang tokoh yang selama ini aku idolakan yakni Nabi Muhammad SAW. Semoga saja Allah SWT pun meridhai saya dengan memberikan keberkahan, rahmat, hidayah serta ampunanNya dan menjadikan diri saya sebagaimana manusia yang berguna bagi dunia dan akhirat.

Tegar Guccie
Rezeki Pertama Untuk Istriku
17 Juli 2014

No comments:

Post a Comment