Allahumma Ya
Allah Ya Rahman Ya Rahim Ya Razzaq Ya Tawwaba
Subhanallah
Malikil Quddus
Allah Maha
Kaya, Allah Maha Sempurna, Allah Maha Pemberi Rezeki, Dan Allah Maha Pemberi
Taubat.
Telah, lama diri
ini banyak untuk belajar, berguru, dan mencari ilmu tentang bagaimana diri ini
mempersiapkan diri serta memantaskan diri untuk dapat menjadi seorang imam bagi
keluarga yang kelak akan Saya bina bersama Istri saya nanti. Sebagaimana
halnya seorang istri diciptakan dari sebuah tulang rusuk seorang suami, dan tercipta
untuk dapat selalu mendampingi, menyayangi, melayani, menjaga amanah seorang
suami, menjaga diri dari hal yang tidak pantas, dan menjaga aib dari seorang
suami serta menjaga lisannya untuk tidak menyinggung ataupun menyakiti hati
seorang suami. Karena baik dan buruknya terbentuknya sebuah keluarga terletak
pada keridhaan, dan bagaimana seorang suami membina keluarganya sebagaimana
seorang imam keluarga.
Walau, bagaimanapun juga seorang suamipun juga
mempunyai suatu peran yang sama dengan seorang istri, hanya saja seorang suami
mempunyai suatu tanggungjawab yang lebih berat terhadap seorang istri serta
mempunyai suatu peranan penting terhadap seorang istri sebagaimana dirinya
seorang imam bagi keluarga. Seperti: menafkahi, menyekolahkan anaknya, mendidik
dan membina keluarganya agar menjadi manusia yang berguna bagi bangsa dan
Negara serta bagi dunia dan akhirat.
Tanggungjawab
seorang suami yang paling penting adalah menafkahi seorang istri demi
kelangsungan hidupnya, dan demi kehidupan anak-anaknya di masa akan datang.
Meskipun tidak ada suatu larangan bagi seorang istri untuk dapat berkarya serta
mengaplikasikan dirinya di dalam dunia kerja (mencari nafkah) akan tetapi
fungsi control yang utama tetaplah berada pada restu ataupun izin seorang
suami, disaat sang suami mengamanahkan kepada sang istri untuk berhenti bekerja
dan menjadi seorang ibu rumah tangga, maka seorang istri sepatutnya untuk
menuruti apa yang diamanahkan kepada istrinya sebagaimana peran seorang suami
sebagai imam dalam keluarganya.
Berdasarkan atas
banyaknya saya melihat akan strukturasi yang tercipta dari beberapa keluarga,
banyak sebuah keluarga itu yang mendidik istrinya atau membina keluarganya
dengan pola-pola yang saya nilai kurang tepat dan tidak pantas untuk dijadikan
contoh ataupun pedoman di dalam keluarga. Seperti, seorang imam keluarga yang
mendidik dengan nafsu, dengan materi, kekerasan
ataupun mendidik dengan hal-hal yang tidak pantas lainnya, namun
meskipun ada pola yang tidak sewajarnya untuk dilakukan, ada juga seimam
keluarga yang mendidik keluarganya berdasarkan atas agama.
Mendidik atas
dasar pola agama inilah yang menjadi suatu inspirasi bagi saya untuk dapat
membina keluarga yang pantas saya bina bersama keluarga saya kelak bersama anak
dan istri saya. Dan seperti halnya saya mendidik keluarga saya maka, setidaknya
pola yang akan saya terapkan kepada keluarga saya diawali oleh bagaimana diri
saya untuk dapat mendidik istri saya, yang dalam penerapannya nanti, besar
harapan saya, saya mampu untuk mendidik istri saya nanti tidak sebagaimana
hanya seorang istri melainkan seorang bidadari surga yang tercipta untuk selalu
mendampingi hidup saya hingga saya menemui ajal saya dan berpulang kepada
pangkuan Allah SWT. Amiin.
Terlebih lagi
sebagaimana hal yang telah diwariskan kepada kita sebagaimana seorang imam
keluarga, adalah kita diwariskan atau diamanahkan untuk dapat memuliakan
seorang wanita terlebih utama, memuliakan seorang Ibu (Ibu yang telah
melahirkan kita, dan ibu bagi anak-anak kita) dengan selalu menjaga hatinya,
menjaga kemuliaannya, menjaga kesempurnaan hatinya serta menjaga keanggunan
jiwanya tanpa pernah menyakitinya.
Dengan selalu
memuliakan istri kita dengan sepenuh hati, memberikan kehangatan cinta,
mendidiknya untuk dapat senantiasa bersyukur kepadaNya, atas segala limpahan
rezeki yang telah dikaruniakan kepada kita di dalam menjalin hubungan keluarga,
meskipun rezeki yang di dapat tidaklah banyak namun diwajibkan bagi kita untuk
tetap selalu bersyukur.
Sayapun
sebagaimana seorang laki-laki yang mempunyai peranan sebagaimana seorang imam
keluarga akan menerapkan pola seperti itu kepada keluarga saya, yaitu walaupun
mendapatkan sedikit rezeki namun dengan berlandaskan akan rasa syukur akan
rezeki yang diraih maka akan terasa lebih nikmat dan lebih berharga untuk kita
manfaatkan bersama keluarga, dan sayapun akan berupaya mendidik istri saya
dengan bijaksana serta menanamkan pola hidup sederhana, yang didasari oleh rasa
syukur dan senantiasa untuk mengajak dan membimbing anak istri saya untuk
selalu berdoa, bermunajat, bermuhasabah, serta berdzikir kepadaNya memohon
ampunan atas segala kesalahan yang pernah dilakukan saat ini ataupun masa
lampau.
Pola seperti itu
akan saya tanamkan bersama istri saya, dan Insyaallah dengan menanamkan pola
hidup yang seperti itu selain besar sekali manfaatnya sekaligus menjadi modal
untuk meraih kebahagian dunia dan akhirat yang berfondasikan atas bingkaian
keluarga sakinah, mawwadah, warrahmah. Dengan harapan segala sesuatunya
mendapatkan ridha dari Allah SWT sehingga di dalam menjalankannya keluarga yang
saya bina selalu mendapatkan rahmat, hidayah, serta keberkahaan yang
berorientasi kepada rasa syukur, dan ampunan yang Allah SWT berikan kepada
keluarga yang akan saya bina nantinya. Amiin
Berkaca dari
sebuah dinamika yang banyak terjadi dalam kehidupan rumah tangga. Marak saya
jumpai seorang imam keluarga, yakni seorang suami kurang menanamkan pola rasa
syukur kepada keluarganya dalam hal ini orang yang baru berkeluarga sehingga
karena tidak didasari akan rasa syukur akan segala nikmat rezeki yang sudah
diberikan kepadanya menjadi selalu dirasa kurang bahkan anehnya saya pernah
melihat ada sebuah keluarga yang sudah diberikan kekayaan harta materi, karena
tidak didasari oleh rasa syukur kepada Allah SWT hidupnya selalu terdogma untuk
berorientasi kepada mencari rezeki sebanyak-banyaknya meskipun harus
mengabaikan apa yang menjadi hak milik orang lain seperti halnya melakukan
korupsi (merampas hak orang lain), adapula saya pernah melihat ada sebuah
keluarga karena dipercaya untuk memiliki kekayaan yang berlimpah, namun dia tidak amanah, dan adapula sebuah
keluarga selain mendapatkan harta materi dari hasil yang tidak baik, namun dia
juga mengorientasikan dirinya terhadap nafsu dimana seorang imam keluarga tidak
dapat menjadi contoh kepada keluarganya, suaminya kerja dari uang yang tidak
halal atau korupsi, selain itu suka berfoya-foya dan berzinah, dan istrinya
juga bergelut di dalam jurang kehidupan (arisan brondong), sedangkan anaknya
selain terlantarkan juga terperosok dalam lembah yang sama yaitu lembah
narkoba, dan pergaulan bebas. Astaghfirullah, semoga keluarga yang saya bina
terhindar dari itu semua. Amin
Dari pola yang
salah tersebutlah saya berkaca diri, untuk tidak mengikuti sebuah jejak yang
salah melainkan menanamkan pola kehidupan yang benar-benar mendapatkan
keridhaan dari Allah SWT. Terlebih lagi
saya akan mengatakan kepada istri saya untuk selalu senantiasa untuk bersyukur
atas segala nikmat yang telah dihidayahkan kepada kita dalam keberkahan dan
mengharapkan keridhaan serta ampunanNya.
Yang menjadi
pertanyaan bagi saya dikala melihat pola yang salah dalam keluarga itu adalah
pernahkah terbesit bagi seorang suami dikala mendapatkan sepercik nikmat rezeki
pertama dan selanjutnya dan patut untuk disyukuri walaupun sedikit, untuk
pernah mengatakan kepada istrinya “Wahai
istriku bidadari surgaku, sebagaimana aku seorang suami bagimu, sebagai imam
bagimu, perkenankanlah aku untuk mengatakan bahwa “Ini rezeki pertama yang aku
berikan untukmu, dan syukurilah setiap serpihan rezeki yang aku berikan
kepadamu walaupun tidak banyak, syukurilah rezeki pertama ini dengan selalu
memohon keberkahaanNya, dan bermunajatlah kepadaNya agar dimasa akan datang
selain rezeki ini bertambah, dan berlimpah. Rezeki yang aku berikan ini kepadamu
tidak pernah lepas dari keberkahan, keridhaan, kasih sayang serta ampunan Allah
SWT hingga kita dapat selalu bersyukur” Subhanallah.
Seperti itulah
pola yang akan saya tuangkan dan saya implemantasikan kepada keluarga inti yang
akan saya bina bersama istri saya, selain memuliakan istri saya, saya juga
mendidiknya agar senantiasa hidup sederhana dengan berlandaskan atas rasa
syukur kepada Allah Sang Maha Pemberi Rezeki. Sungguh mulia bila saya jumpai
seorang suami ataupun imam keluarga yang mendidik dan menanamkan kesederhanaan
kepada keluarga yang bermahkotakan rasa syukur, dan ikhlas akan setiap rezeki
yang diterimanya dengan mengharapkan keridhaan dan keberkahan Allah Sang Maha
Pencipta, serta tiada henti atau lelah untuk selalu bermunajat dan memohon doa
serta ampunan agar disepanjang hidupnya selalu diberikan keberkahaan oleh Allah
SWT.
Terlebih lagi
sebagaimana saya selaku imam keluarga nantinya khususnya para imam-imam
keluarga dimanapun berada, saya juga akan menanamkan suatu pola sederhana
dimana saya akan mengatakan kepada istri saya bahwasannya “Wahai, Istriku yang aku cintai dan aku sayangi, sebagaimana aku telah
memilih dan menjadikan kamu menjadi bagian hidupku, ingin sekali aku katakan
bahwa “Kau masih cantik seperti dahulu”,
“Kau istri yang terbaik dan soleha bagiku”, “Kau bidadari surgaku”, “Aku akan
selalu menyayangi dan mencintaimu Istriku”, ”Sudahkah, aku menjadi yang terbaik
bagimu, dan anak-anakku”, dan “Kau adalah cinta pertama dan terakhirku
disepanjang aku lalui hidupku bersamamu duhai Istriku, dan aku akan selalu
berdoa untukmu agar kita dapat selalu bersama hingga maut memisahkan kita
berdua”.
Semoga saja saya
mampu untuk menjadi seorang imam keluarga yang terbaik, dan mampu untuk membimbing dan mendidik keluarga saya
menjadi manusia yang dirindukan oleh Surga Firdaus bersama seorang tokoh yang
selama ini aku idolakan yakni Nabi Muhammad SAW. Semoga saja Allah SWT pun
meridhai saya dengan memberikan keberkahan, rahmat, hidayah serta ampunanNya
dan menjadikan diri saya sebagaimana manusia yang berguna bagi dunia dan
akhirat.
Tegar
Guccie
Rezeki
Pertama Untuk Istriku
17
Juli 2014
No comments:
Post a Comment