Dialektika Sosial Anak Bangsa

Sebuah perjalanan panjang dalam untaian kata dalam jiwa, dedikasi yang tercipta untuk Sang Pencipta, yang terbaik dalam hidup dan untuk Negeriku Indonesia

Tuesday, July 22, 2014

Apakah Kau Mengenalku?

Apakah kau mengenalku? bukan hanya
Mengenalku dengan hatimu, melainkan kau ketahui
Setiap jejak langkah kaki yang aku langkahkan
Dalam setiap goresan buah pikir di dalam naluriku
Hingga akhirnya kaupun tau akan diriku

Jika kau mengenalku, maka bantulah aku
Untuk dapat melukis dunia bersama dengan dirimu
Namun jika kau tidak mengenalku, maka jangan kau
Katakan apapun tentang diriku yang tidak pernah
Kau ketahui tentang diriku

Karena aku hanyalah buaian angin semilir pantai
Yang bertiup diantara hembusan ombak di lautan
Dan aku hanyalah manusia biasa yang hidup tidak
Ingin menjadi luar biasa sebagaimana terciptanya
Semesta alam yang bertasbih

Akupun hanyalah manusia biasa yang menghiasi
Hangatnya embun pagi dengan segala romantisme
Keagungngan buah karya Sang Maha Pencipta
Dengan segala panorama keindahan alam yang
Menggoda aku untuk senantiasa bersyukur kepadaNya

Janganlah kau lontarkan sebuah penilaian tentang aku
Tanpa pernah dapat kau ketahui tentang diriku
Sebagaimana sebuah celotehan kosong yang tidak
Mengandung arti penting akan setiap dimensi
Waktu yang aku tapaki

Karena kau sangatlah tidak mengenal aku
Yang tiada letih menerjang ombak terjal kehidupan
Diantara dimensi waktu berbeda-beda
Yang selalu mencoba hentikan langkahku untuk
Dapat menjadi yang terbaik disepanjang hidupku

Tegar Guccie
Apakah Kau Mengenalku?
23 Juli 2014

Uang

Uang, makhluk seperti apakah kau itu uang
Hingga pada akhirnya kau buat berjuta
Pasang mata insan manusia terlupa akan dirinya
Bahwasannya dirinya adalah seorang manusia

Manusia yang tercipta untuk dapat saling berbagi
Namun, demi sebuah uang banyak diantara mereka
Bisa saling berselisih dan terjerat dalam sebuah
Jeratan fatamorgana kehidupan materi ekonomi

Banyak pula jiwa-jiwa manusia yang menjadi
Sombong, karena terhanyut akan dirinya yang haus
Akan kekayaan materi dan lupa akan saudaranya
Hingga menjadikan mereka menjadi sebuah alas kaki

Nilai-nilai agamapun dan moralpun menjadi
Tak ada arti karena telah terkontaminasi akan virus-virus 
Desakkan ekonomi yang butakan nurani dalam jiwa
Untuk selalu mengupayakan sebuah kekayaan materi

Banyak pula orang-orang yang disandingkan akan
Sebuah amanah untuk negeri lupa akan tanggungjawabnya
Karena mata hatinya telah teracuni akan sebuah kemunafikkan
Demi meraih sebuah harta tahta dan kejayaan

 Bahkan banyak pula orang-orang yang diberikan amanah 
Sebagai seorang pemimpinpun banyak yang lalai
Meninggalkan tanggungjawabnya sebagaimana seorang pemimpin
Yang diamanahkan untuk dapat mensejahterakan rakyat

Ajang memamerkan kekuasaanpun menjadi suatu hal yang
Lumrah untuk dilakukan oleh para wakil rakyat dengan
Mengadopsi bahwa dirinya adalah seorang wakil rakyat yang 
Berlalu-lalang dengan kekuasaan dan kemewahan harta materi

Kompetisi di dalam mendapatkan sebuah keuntungan dari sebuah
Kebijakan yang berkedok demi kepentingan rakyatpun
Dilancarkan dalam sebuah strategi pemiskinan 
Yang berdasarkan atas tahayul pembangunan

Rakyat yang terugikanpun tergusur dari tempat tinggalnya
Yang terkoyak rata dengan tanah sebagai dampak
Gerusan terciptanya sebuah tahayul pembangunan ekoniomi
Yang tidak berpihak kepada rakyat

Mereka yang terombang-ambing dalam kesulitan ekonomipun
Hanya bisa dan sanggup untuk meratapi dukanya
Tanpa pernah ada satupun orang yang peduli dengan
Segala kesulitan yang mereka rasakan

Lucunya dengan alasan keterbatasan sosial dan pergaulan bebas
Banyak wanita-wanita yang rela untuk menggadaikan
Keperawanannya untuk dinikmati oleh pria hidung belang
Demi mendapatkan pundi-pundi materi bagi hidupnya

Bagi mereka mungkin uang adalah segala-galanya dan
Bagi mereka mungkin uang adalah segalanya dalam memberikan
Kehidupan di dunia, sehingga nyawanyapun dapat dibeli
Dengan besaran nominal uang yang sanggup mereka raih

Bahkan orang yang kurus keringpun demi meraih kekayaan 
Dengan alasan kehidupan mampu untuk dapat membunuh dan merampas 
Hak orang lain dengan keji demi nilai rupiah, bahkan tidak jarang bagi 
Mereka merampas hak milik orang lain untuk dapat berfoya-foya belaka

Ada sebagian dari mereka yang berfoya-foya dengan berjudi
Ada sebagian dari mereka yang berfoya-foya dengan minuman keras
Ada sebagian dari mereka berfoya-foya dengan menikmati narkoba
Ada pula yang berfoya-foya dengan menikmati erotisme tubuh wanita penghibur

Dan mereka dapat melakukan apa saja disaat-saat 
Mereka mendapatkan banyak uang
Karena baginya uanglah yang dapat memberikan hidup
Dan tanpa uang mereka tidak akan dapat untuk hidup

Uang sungguh membutakan segalanya dan
Beruntunglah bagi mereka yang dapat bijaksana 
Dan cermat bahwa uang adalah sebuah titipan rezeki
Yang patut untuk kita syukuri 

Beruntunglah bagi mereka yang selalu dapat mensyukuri segala 
Nikmat rezeki yang diberikan oleh Sang Maha Pencipta sebagaimana 
Sebuah amanah untuk dapat mendidik pribadi kita untuk dapat hidup sederhana 
Dengan selalu bersyukur dan bersujud kepadaNya

Uang
Tegar Guccie
22 Juni 2014

Sahabat Masih Ingatkah Kau


Sahabat masih ingatkah kau akan jejak langkah kaki yang pernah
Kita langkahkan bersama-sama dalam menapaki jalan setapak curam kehidupan
Dan tiada henti kita untuk terus melangkahkan kaki menelusuri setapak
Demi-demi setapak rintangan dan rimba jalan dalam meraih
Masa depan yang hakiki dan penuh akan perjuangan

Masih ingatkah kau, dimana kita sama-sama bergelut dengan buku
Mencari sebuah sepercik ilmu-ilmu yang bermanfaat demi sebuah cita-cita mulia
Di dalam meraih masa depan yang hakiki dengan prestasi yang kita ukir dalam
Coretan tinta emas yang kita torehkan untuk dunia, kitapun sama-sama berjuang
Dan menyatakan sikap dalam menegakkan nurani dibalik
Kesucian hangatnya mentari embun pagi yang kobarkan semangat kita

Masa demi masa telah kita lewati bersama, berbagi canda tawa
Berbagi ilmu dalam sebuah diskusi dan dialektika bersama
Dan kitapun tiada berhanti untuk terus dan selalu membicarakan
Tentang masa depan yang hakiki dibalik panjang sebuah meja dan kursi
Yang tertata rapi disebuah warung kopi dan kitapun berdiskusi
Membahas kemajuan negeri bagaikan sebuah konfrensi parlementer
 
Kitapun berdiskusi habiskan waktu bersama membahas dinamika problematika
Yang melanda negeri ini, dan sesekali kita mencoba untuk menuangkan
Buah pikir kita dalam sebuah argumentasi yang lugu membicarakan akan masa
Depan Negara Kesatuan Repulbik Indonesia sebagaimana tanah air
Yang kita banggakan dan sesekalipun kita bersama ikut turun aksi
Dalam sebuah demonstrasi menyuarakan sebuah aspirasi yang
Kita teriakkan dengan sumbang untuk sebuah kemajuan negeri

Dalam sebuah aksi demonstrasipun kita tidak pernah letih untuk meneriakkan
Sebuah aspirasi yang tertuang dalam sebuah nurani,
Meskipun para barikade polisi lengkap dengan senjata lengkapnya
Datang menghalangi kita dalam menyuarakan aspirasi putih yang
Kita suarakan didepan kebisuan Istana Negara dan gedung DPR-MPR
Sebagaimana tempat bersemayamnya wakil-wakil rakyat yang kita harapkan
Bersama untuk dapat memfasilitasi apa yang menjadi
Suara rakyat dalam sebuah dialektika anak negeri

Dan kitapun sesekali mendapatkan perlawanan dari setiap apa yang kita
Aspirasikan bersama-sama dengan elemen masyarakat yang menuntut sebuah
Keadilan, kitapun sama-sama merasakan pedihnya gas airmata yang mereka
Lontarkan untuk membubarkan perjuangan aksi kita dalam
Sebuah demonstrasi kitapun sama-sama merasakan derasnya guyuran air
Yang disemprotkan dengan sebuah water canon,
Dan kitapun pernah sama-sama merasakan pahitnya teradu domba
Dengan para polisi yang tunduk kepada sebuah
Rezim pemerintahan diwaktu itu

Sahabat masih ingatkah kau akan perjuangan kita dimasa itu yang tidak gentar
Menyuarakan sebuah aspirasi putih demi terciptanya masyarakat yang adil,
Sejahtera, hingga pada akhirnya nanti tidak adalagi orang-orang yang tertindas
Dan terinjak-injak akan sebuah ketidakadilan yang terjadi
Di dalam sebuah tatanan masyarakat, dan semua itu kita lakukan
Bersama demi terciptanya masa depan Indonesia baru
Sehingga anak cucu kita bangga akan segala jerih payah
Dan usaha kita untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa
Kita memanglah sudah merdeka, akan tetapi kita masih terjajah oleh sebuah
Kebisuan yang membungkam nurani, hingga memancing sebuah dahaga bagi kita
Untuk dapat menyuarakan sebuah aspirasi putih di dalam
Menuntut kesejahteraan bagi rakyat yang terombang-ambing
Dalam sebuah gelombang ketidakadilan
Sehingga dikala itu banyak sebagian di antara mereka menjadi lapar
Terpuruk dalam kesulitan ekonomi dikarenakan oleh sulitnya meraih pekerjaan

Sahabat masih ingatkah kau airmata yang menetes dari bocah-bocah lugu
Yang menangis sendu karena tidak mampu untuk dapat bersekolah,
Masih ingatkah kau sahabat akan jerit tangisan bayi-bayi  yang malang menangis
Lirih menahan sakit di tetek ibunya karena kurang gizi
Dikarenakan oleh sang ibu tak mampu membeli kebutuhan makanan
Demi mencukupi gizi anak-anaknya mereka yang kurang gizi
 
Sahabat masih ingatkah kau, akan airmata seorang ibu yang
Menetes membasahi bumi yang terpaksa menggadaikan harga dirinya
Demi untuk dapat membeli susu bagi bayinya yang menangis
Diamuk oleh rasa lapar menggelora dan yang tak satu ekor
Anjingpun peduli akan segala derita yang di alami oleh
Mereka yang malang dan dilanda kesulitan ekonomi

Kita mungkin dapat Berjaya, merdeka, meraih masa depan hakiki bersama-sama
Dan mereguk-teguk apa yang menjadi hasil dari sebuah perjuangan kita bersama
Selama beberapa tahun lamanya hingga kita mampu buktikan kepada dunia
Bahwa kita mampu untuk berkompetisi dengan yang lainnya untuk dapat
Menjadi seorang Sarjana Muda, dan mampu memberikan suatu
Kebanggaan yang sangat berarti bagi kedua orang tua kita

Namun perjuangan kita belumlah berakhir karena kita belumlah mampu untuk
Berikan yang terbaik bagi putera-puteri bangsa yang akan lahir
Menggantikan dan meneruskan apa yang menjadi suatu perjuangan
Bagi kita dimasa akan datang hingga pada waktunya nanti
Para generasi muda penerus bangsa mampu menorehkan
Tinta emas yang tertuang didalam semangat juangnya
Di dalam menciptakan masa depan Indonesia baru yang damai sejahtera

Tapi pernahkah nurani kita untuk dapat bertanya kepada diri kita bahwa
Sanggupkah kita untuk dapat berbagi dengan mereka?
Sanggupkah kita untuk dapat meredakan duka yang menyelimuti hidupnya?
Sanggupkah kita untuk dapat memberikan yang terbaik bagi mereka yang lapar?
Seperti inikah suatu kebanggaan dari setiap hasil kerja keras kita, hingga
Membuat kita dibutakan akan kebutaan terhadap jerit tangis mereka?

Sahabat masa depan seperti apakah yang akan kita torehkan kepada dunia?
Hingga akhirnya nanti anak cucu kita nanti mampu menjadi generasi
Yang sanggup membuat kita semua bangga atas segala jerih payah
Perjuangan mereka dalam memberikan yang terbaik
Bagi negeri Indonesia Raya, hingga pada akhirnya nanti tidak adalagi
Tangis sendu yang meratap karena tidak memperoleh suatu
Keadilan yang pantas untuk mereka raih

Tetaplah selalu kalian menjadi sahabatku dan kita buktikan pada dunia
Bahwasannya kita semua mampu untuk dapat mengembalikan
Harga diri bangsa dibalik semangat yang berkobar
Dibalik susunan mahakarya yang terukir dalam sebuah tinta emas
Dan kita sama-sama wujudkan semangat kedaulatan baru demi menciptakan
Masa depan baru Negara Kesatuan Repulbik Indonesia yang kita banggakan

Sahabat Masih Ingatkah Kau
Tegar Guccie
22 Juli 2014

Sunday, July 20, 2014

Rezeki Pertama Untuk Istriku

Allahumma Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim Ya Razzaq Ya Tawwaba
Subhanallah Malikil Quddus
Allah Maha Kaya, Allah Maha Sempurna, Allah Maha Pemberi Rezeki, Dan Allah Maha Pemberi Taubat.

Telah, lama diri ini banyak untuk belajar, berguru, dan mencari ilmu tentang bagaimana diri ini mempersiapkan diri serta memantaskan diri untuk dapat menjadi seorang imam bagi keluarga yang kelak akan Saya bina bersama Istri saya nanti. Sebagaimana halnya seorang istri diciptakan dari sebuah tulang rusuk seorang suami, dan tercipta untuk dapat selalu mendampingi, menyayangi, melayani, menjaga amanah seorang suami, menjaga diri dari hal yang tidak pantas, dan menjaga aib dari seorang suami serta menjaga lisannya untuk tidak menyinggung ataupun menyakiti hati seorang suami. Karena baik dan buruknya terbentuknya sebuah keluarga terletak pada keridhaan, dan bagaimana seorang suami membina keluarganya sebagaimana seorang imam keluarga.

Walau, bagaimanapun juga seorang suamipun juga mempunyai suatu peran yang sama dengan seorang istri, hanya saja seorang suami mempunyai suatu tanggungjawab yang lebih berat terhadap seorang istri serta mempunyai suatu peranan penting terhadap seorang istri sebagaimana dirinya seorang imam bagi keluarga. Seperti: menafkahi, menyekolahkan anaknya, mendidik dan membina keluarganya agar menjadi manusia yang berguna bagi bangsa dan Negara serta bagi dunia dan akhirat. 

Tanggungjawab seorang suami yang paling penting adalah menafkahi seorang istri demi kelangsungan hidupnya, dan demi kehidupan anak-anaknya di masa akan datang. Meskipun tidak ada suatu larangan bagi seorang istri untuk dapat berkarya serta mengaplikasikan dirinya di dalam dunia kerja (mencari nafkah) akan tetapi fungsi control yang utama tetaplah berada pada restu ataupun izin seorang suami, disaat sang suami mengamanahkan kepada sang istri untuk berhenti bekerja dan menjadi seorang ibu rumah tangga, maka seorang istri sepatutnya untuk menuruti apa yang diamanahkan kepada istrinya sebagaimana peran seorang suami sebagai imam dalam keluarganya.

Berdasarkan atas banyaknya saya melihat akan strukturasi yang tercipta dari beberapa keluarga, banyak sebuah keluarga itu yang mendidik istrinya atau membina keluarganya dengan pola-pola yang saya nilai kurang tepat dan tidak pantas untuk dijadikan contoh ataupun pedoman di dalam keluarga. Seperti, seorang imam keluarga yang mendidik dengan nafsu, dengan materi, kekerasan  ataupun mendidik dengan hal-hal yang tidak pantas lainnya, namun meskipun ada pola yang tidak sewajarnya untuk dilakukan, ada juga seimam keluarga yang mendidik keluarganya berdasarkan atas agama.

Mendidik atas dasar pola agama inilah yang menjadi suatu inspirasi bagi saya untuk dapat membina keluarga yang pantas saya bina bersama keluarga saya kelak bersama anak dan istri saya. Dan seperti halnya saya mendidik keluarga saya maka, setidaknya pola yang akan saya terapkan kepada keluarga saya diawali oleh bagaimana diri saya untuk dapat mendidik istri saya, yang dalam penerapannya nanti, besar harapan saya, saya mampu untuk mendidik istri saya nanti tidak sebagaimana hanya seorang istri melainkan seorang bidadari surga yang tercipta untuk selalu mendampingi hidup saya hingga saya menemui ajal saya dan berpulang kepada pangkuan Allah SWT. Amiin.

Terlebih lagi sebagaimana hal yang telah diwariskan kepada kita sebagaimana seorang imam keluarga, adalah kita diwariskan atau diamanahkan untuk dapat memuliakan seorang wanita terlebih utama, memuliakan seorang Ibu (Ibu yang telah melahirkan kita, dan ibu bagi anak-anak kita) dengan selalu menjaga hatinya, menjaga kemuliaannya, menjaga kesempurnaan hatinya serta menjaga keanggunan jiwanya tanpa pernah menyakitinya.

Dengan selalu memuliakan istri kita dengan sepenuh hati, memberikan kehangatan cinta, mendidiknya untuk dapat senantiasa bersyukur kepadaNya, atas segala limpahan rezeki yang telah dikaruniakan kepada kita di dalam menjalin hubungan keluarga, meskipun rezeki yang di dapat tidaklah banyak namun diwajibkan bagi kita untuk tetap selalu bersyukur.

Sayapun sebagaimana seorang laki-laki yang mempunyai peranan sebagaimana seorang imam keluarga akan menerapkan pola seperti itu kepada keluarga saya, yaitu walaupun mendapatkan sedikit rezeki namun dengan berlandaskan akan rasa syukur akan rezeki yang diraih maka akan terasa lebih nikmat dan lebih berharga untuk kita manfaatkan bersama keluarga, dan sayapun akan berupaya mendidik istri saya dengan bijaksana serta menanamkan pola hidup sederhana, yang didasari oleh rasa syukur dan senantiasa untuk mengajak dan membimbing anak istri saya untuk selalu berdoa, bermunajat, bermuhasabah, serta berdzikir kepadaNya memohon ampunan atas segala kesalahan yang pernah dilakukan saat ini ataupun masa lampau.

Pola seperti itu akan saya tanamkan bersama istri saya, dan Insyaallah dengan menanamkan pola hidup yang seperti itu selain besar sekali manfaatnya sekaligus menjadi modal untuk meraih kebahagian dunia dan akhirat yang berfondasikan atas bingkaian keluarga sakinah, mawwadah, warrahmah. Dengan harapan segala sesuatunya mendapatkan ridha dari Allah SWT sehingga di dalam menjalankannya keluarga yang saya bina selalu mendapatkan rahmat, hidayah, serta keberkahaan yang berorientasi kepada rasa syukur, dan ampunan yang Allah SWT berikan kepada keluarga yang akan saya bina nantinya. Amiin

Berkaca dari sebuah dinamika yang banyak terjadi dalam kehidupan rumah tangga. Marak saya jumpai seorang imam keluarga, yakni seorang suami kurang menanamkan pola rasa syukur kepada keluarganya dalam hal ini orang yang baru berkeluarga sehingga karena tidak didasari akan rasa syukur akan segala nikmat rezeki yang sudah diberikan kepadanya menjadi selalu dirasa kurang bahkan anehnya saya pernah melihat ada sebuah keluarga yang sudah diberikan kekayaan harta materi, karena tidak didasari oleh rasa syukur kepada Allah SWT hidupnya selalu terdogma untuk berorientasi kepada mencari rezeki sebanyak-banyaknya meskipun harus mengabaikan apa yang menjadi hak milik orang lain seperti halnya melakukan korupsi (merampas hak orang lain), adapula saya pernah melihat ada sebuah keluarga karena dipercaya untuk memiliki kekayaan yang berlimpah,  namun dia tidak amanah, dan adapula sebuah keluarga selain mendapatkan harta materi dari hasil yang tidak baik, namun dia juga mengorientasikan dirinya terhadap nafsu dimana seorang imam keluarga tidak dapat menjadi contoh kepada keluarganya, suaminya kerja dari uang yang tidak halal atau korupsi, selain itu suka berfoya-foya dan berzinah, dan istrinya juga bergelut di dalam jurang kehidupan (arisan brondong), sedangkan anaknya selain terlantarkan juga terperosok dalam lembah yang sama yaitu lembah narkoba, dan pergaulan bebas. Astaghfirullah, semoga keluarga yang saya bina terhindar dari itu semua. Amin

Dari pola yang salah tersebutlah saya berkaca diri, untuk tidak mengikuti sebuah jejak yang salah melainkan menanamkan pola kehidupan yang benar-benar mendapatkan keridhaan dari Allah SWT.  Terlebih lagi saya akan mengatakan kepada istri saya untuk selalu senantiasa untuk bersyukur atas segala nikmat yang telah dihidayahkan kepada kita dalam keberkahan dan mengharapkan keridhaan serta ampunanNya.

Yang menjadi pertanyaan bagi saya dikala melihat pola yang salah dalam keluarga itu adalah pernahkah terbesit bagi seorang suami dikala mendapatkan sepercik nikmat rezeki pertama dan selanjutnya dan patut untuk disyukuri walaupun sedikit, untuk pernah mengatakan kepada istrinya “Wahai istriku bidadari surgaku, sebagaimana aku seorang suami bagimu, sebagai imam bagimu, perkenankanlah aku untuk mengatakan bahwaIni rezeki pertama yang aku berikan untukmu, dan syukurilah setiap serpihan rezeki yang aku berikan kepadamu walaupun tidak banyak, syukurilah rezeki pertama ini dengan selalu memohon keberkahaanNya, dan bermunajatlah kepadaNya agar dimasa akan datang selain rezeki ini bertambah, dan berlimpah. Rezeki yang aku berikan ini kepadamu tidak pernah lepas dari keberkahan, keridhaan, kasih sayang serta ampunan Allah SWT hingga kita dapat selalu bersyukur” Subhanallah.

Seperti itulah pola yang akan saya tuangkan dan saya implemantasikan kepada keluarga inti yang akan saya bina bersama istri saya, selain memuliakan istri saya, saya juga mendidiknya agar senantiasa hidup sederhana dengan berlandaskan atas rasa syukur kepada Allah Sang Maha Pemberi Rezeki. Sungguh mulia bila saya jumpai seorang suami ataupun imam keluarga yang mendidik dan menanamkan kesederhanaan kepada keluarga yang bermahkotakan rasa syukur, dan ikhlas akan setiap rezeki yang diterimanya dengan mengharapkan keridhaan dan keberkahan Allah Sang Maha Pencipta, serta tiada henti atau lelah untuk selalu bermunajat dan memohon doa serta ampunan agar disepanjang hidupnya selalu diberikan keberkahaan oleh Allah SWT.

Terlebih lagi sebagaimana saya selaku imam keluarga nantinya khususnya para imam-imam keluarga dimanapun berada, saya juga akan menanamkan suatu pola sederhana dimana saya akan mengatakan kepada istri saya bahwasannya “Wahai, Istriku yang aku cintai dan aku sayangi, sebagaimana aku telah memilih dan menjadikan kamu menjadi bagian hidupku, ingin sekali aku katakan bahwa “Kau masih cantik seperti dahulu”, “Kau istri yang terbaik dan soleha bagiku”, “Kau bidadari surgaku”, “Aku akan selalu menyayangi dan mencintaimu Istriku”, ”Sudahkah, aku menjadi yang terbaik bagimu, dan anak-anakku”, dan “Kau adalah cinta pertama dan terakhirku disepanjang aku lalui hidupku bersamamu duhai Istriku, dan aku akan selalu berdoa untukmu agar kita dapat selalu bersama hingga maut memisahkan kita berdua”.

Semoga saja saya mampu untuk menjadi seorang imam keluarga yang terbaik, dan mampu untuk membimbing dan mendidik keluarga saya menjadi manusia yang dirindukan oleh Surga Firdaus bersama seorang tokoh yang selama ini aku idolakan yakni Nabi Muhammad SAW. Semoga saja Allah SWT pun meridhai saya dengan memberikan keberkahan, rahmat, hidayah serta ampunanNya dan menjadikan diri saya sebagaimana manusia yang berguna bagi dunia dan akhirat.

Tegar Guccie
Rezeki Pertama Untuk Istriku
17 Juli 2014

Titik Simetris Yang Saya Butuhkan Dan Saya Harapkan Dari Seseorang.


Titik simetris yang saya butuhkan dan saya harapkan dari seseorang.

Trust (Kepercayaan)

Percaya bahwa selama hidup di dunia “She is number one”  dan gak adalagi seseorang lainnya yang bisa untuk merubah konsep kepercayaan tersebut, berlaku sampai kapanpun,  dan dimanapun, bahkan disaat saya akan menemui ajalpun “She is number one” tetap berlaku, sebagaimana halnya disaat saya sudah resmi mendapatkan kepercayaan, dan resmi menjadi “Number one” atau seorang imam bagi dirinya, andai saja nanti saya lebih dahulu kembali kepada pangkuan Allah Sang Maha Pencipta, saya ingin disaat saya menghadapi sakratul maut yang saya inginkan darinya itu adalah “Satu detik menjelang kematian saya, orang yang pertama kali ingin saya temui  adalah dirinya, baru selanjutnya keluarga, sahabat, teman, setelah mereka saya serahkan kepada Allah SWT”. Terlebih lagi saya ingin dikala menemui ajal saya nanti, saya ingin meninggal dunia dipangkuan dan dipelukan dirinya serta menatap wajah cantiknya untuk yang terakhir kalinya, walaupun saya melihat dirinya menitikkan airmata.

Support (Dukungan)

Dalam, melewati berbagai macam hal dalam menapaki hidup ini tentunya saya juga membutuhkan suatu dukungan dari dirinya, seperti halnya berpolitik, ataupun melakukan hal-hal bermanfaat lainnya, dan saya akan selalu mendiskusikan terlebih dahulu sebelum pada akhirnya saya mengambil suatu keputusan yang bulat, tentunya dengan mempertimbangkan segala macam bentuk resiko yang mungkin akan terjadi.

           Freedome (Kebebasan)

Dalam menjalankan bermacam hal yang ingin saya lakukan, saya juga membutuhkan suatu rasa kebebasan, bebas selama hal tersebut tidak merugikan kedua belah pihak, tidak melanggar kode etik tata cara kehidupan yang saya lewati seperti: tidak menyinggung, menyakiti dan merugikan orang lain, tidak menggunakan narkoba, merokok, minuman keras, pergaulan bebas, dan boros dalam memanfaatkan kebutuhan. Terlebih nanti saya tidak ingin dikekang dalam menjalankan berbagai macam hal, dan saya juga akan menerapkan pola yang sama kepada dirinya tanpa pernah mengekangnya, selama hal yang dirinya lakukan itu bersifat positif. meskipun saat ini saya belum dapat mengetahui hal apa saja yang bagi saya kurang baik jika dia lakukan. 

      Comfort (Kenyamanan)

Saya inginkan suatu kenyamanan disaat menjalin suatu hubungan bersama dia, karena bagi saya jika dirinya merupakan yang terbaik, maka, dapat saya katakan bahwa dia adalah seorang yang pantas untuk menjadi yang terbaik disepanjang hidup saya, dan dapat pula saya katakan bahwa saya “Cuma ingin bersama dia”, “Cuma ingin mencintai dan mendapatkan cintanya”, “Cuma ingin ngobrol bareng dengan dia”, “Cuma ingin mereguk kemesraan bersama dia”, “Cuma ingin habiskan waktu bersama dia”, “Cuma ingin bersandar dan berbaring dalam pelukkan dia”, dll.

     Care (Kepedulian)

Rasa saling peduli dan saling melengkapi juga menjadi suatu hal yang penting, terlebih disaat dirinya terjatuh bukan berarti saya membiarkan dirinya untuk terus terjatuh, melainkan upayakan dirinya untuk dapat bangkit, kembali berdiri tegak dan kembali melangkahkan kaki agar dapat terus selalu berkarya serta menikmati indahnya hidup ini, selain itu juga kepedulian untuk senantiasa saling mengingatkan satu sama lainnya, seperti disaat terdengar kumandang adzan, saya inginkan untuk dapat saling mengingatkan satu sama lain untuk mengajak melaksanakan sholat baik berjamaah atau tidak berjamaah sebagaimana perintah agama. Adapun kepedulian antar sesama untuk senantiasa saling berbagi apa yang pantas untuk berbagi.