Semarak pesta demokrasi, dalam sorak sorai yang berkobar, meneriakkan
suara-suara sumbang dalam mengadang-gadangkan calon-calon seseorang yang
katanya menjadi pemimpin bangsa, dan digadang-gadang bahwasannya calon
yang disemarakkan akan membawa perubahan hakiki yang katanya untuk
rakyat.
Dalam semarak pesta demokrasi ini juga banyak tersiar suara-suara
sumbang dalam mencari sebuah dukungan dalam agenda polifrasi meraih
dukungan simpati dari sang rakyat, janji-janji dihumbar, kesejahteraan
bagi rakyat di agendakan sebagai propaganda intuisi, dan tak ayal
yel-yel sorak sorai nyanyian uangpun terhias dalam lenggak-lenggok
biduan wanita dalam perpaduan erotisme tubuh para pedangdut yang
tersohor, lucunya anak-anak ingusanpun terkadang di ajak untuk
menyemarakkan pesta demokrasi disetiap kampanye politik yang ada.
Anehnya, badan pengawas pemilu yang bertugas sudah secara jelas, membuat
suatu larangan bahwasannya selain mekanisme politik uang, badan
pengawas pemilu sudah secara jelas melarang diikutsertakannya anak-anak
dibawah umur untuk menyemarakkan kampanye politik dalam sebuah pesta
demokrasi pada dimensi waktu kini.
Dalam sebuah tulisan ini saya tidak ingin menyudutkan atau menilai buruk
akan pesta demokrasi yang terjadi di Indonesia, namun, sangat
disayangkan saja dalam pesta demokrasi kini dan sebelum-sebelumnya,
banyak sekali diwarnai oleh propaganda dan agitasi murahan yang tidak
pernah untuk diharapkan akan terjadi.
Jika memang mereka merasa layak untuk mendapatkan suara rakyat, alangkah
baiknya lakukanlah sebuah janji sebagaimana halnya sebuah janji yang
mampu untuk kita tetapi, bukan sebuah janji bermotif kekuasaan dan
berlapis kepalsuan belaka, kalau memang berjanji maka tunaikan janji itu
dengan sebuah bukti nyata walau hanya sedikit dan jangan pernah
berhasrat untuk menjadi seorang pemimpin, maka, jadilah seorang pemimpin
yang berkualitas dan bukan menjadi seorang pemimpin yang haus akan
harta belaka.
Jadilah seorang pemimpin yang beramanah, menjalankan ketauhidan dan
keimanan kepada Allah SWT dengan cara menyiarkan kebaikan dan kebajikan
kepada rakyat, tanpa memandang suku, agama dan ras apapun. Saling
bertoleransi antar umat beragama serta menyuarakan pesan-pesan
perdamaian, dan selalu ingat bahwa kelak apa yang kita lakukan akan
dimintai suatu pertanggungjawaban.
Janganlah menjadi seorang pemimpin yang tamak, buta akan materi, harta
dan kekayaan serta kursi kepemimpinan karena itu semua tidak ada yang
abadi dan hanya sebuah fatamorgana dunia. Janganlah menjadi seorang
pemimpin yang membuat rakyat menjadi cemburu dan tidur saat membahas
hal-hal yang berkaitan dengan rakyat, dan jangan pula menjadi pemimpin
seperti makelar yang menggadaikan kepentingan rakyat demi sebuah
keuntungan yang katanya demi tahayul pembangunan.
Jika ingin menggalakkan pembangunan, maka, bangunlah negeri ini dengan
sebagaimana mestinya tanpa pernah merusak ataupun merampas hak orang
lain, dan selalu upayakan untuk membuka lahan pekerjaan serta lahan
pertanian sebagaimana kebutuhan hakiki bagi kita semua sebagaimana
manusia, dan janganlah pernah kita lupakan bahwasannya kita sebagaimana
halnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak pernah lepas dari
bantuan orang lain, dan sebagian rezeki yang kita dapatkan meskipun
sudah jadi pemimpin tetaplah sebagiannya adalah milik rakyat kecil.
Dan tidak pernah bosan bagi saya untuk selalu mengingatkan, bahwa jika
kalian terpilih menjadi seorang pemimpin, maka, jadilah seorang pemimpin
yang amanah dan peduli akan rakyat, serta jadilah seorang pemimpin yang
berkualitas dalam membangun bangsa dengan didasari oleh rasa syukur
kepada Allah SWT dan selalu berusaha serta berupaya untuk menjadi yang
terbaik bagi bangsa, negara serta dunia dan akhirat.
Tegar Guccie
Semarak Pesta Demokrasi
9 April 2014
No comments:
Post a Comment