Dialektika Sosial Anak Bangsa

Sebuah perjalanan panjang dalam untaian kata dalam jiwa, dedikasi yang tercipta untuk Sang Pencipta, yang terbaik dalam hidup dan untuk Negeriku Indonesia

Wednesday, April 9, 2014

Sudut Sosial : Semarak Pesta Demokrasi

Semarak pesta demokrasi, dalam sorak sorai yang berkobar, meneriakkan suara-suara sumbang dalam mengadang-gadangkan calon-calon seseorang yang katanya menjadi pemimpin bangsa, dan digadang-gadang bahwasannya calon yang disemarakkan akan membawa perubahan hakiki yang katanya untuk rakyat.

Dalam semarak pesta demokrasi ini juga banyak tersiar suara-suara sumbang dalam mencari sebuah dukungan dalam agenda polifrasi meraih dukungan simpati dari sang rakyat, janji-janji dihumbar, kesejahteraan bagi rakyat di agendakan sebagai propaganda intuisi, dan tak ayal yel-yel sorak sorai nyanyian uangpun terhias dalam lenggak-lenggok biduan wanita dalam perpaduan erotisme tubuh para pedangdut yang tersohor, lucunya anak-anak ingusanpun terkadang di ajak untuk menyemarakkan pesta demokrasi disetiap kampanye politik yang ada.

Anehnya, badan pengawas pemilu yang bertugas sudah secara jelas, membuat suatu larangan bahwasannya selain mekanisme politik uang, badan pengawas pemilu sudah secara jelas melarang diikutsertakannya anak-anak dibawah umur untuk menyemarakkan kampanye politik dalam sebuah pesta demokrasi pada dimensi waktu kini.

Dalam sebuah tulisan ini saya tidak ingin menyudutkan atau menilai buruk akan pesta demokrasi yang terjadi di Indonesia, namun, sangat disayangkan saja dalam pesta demokrasi kini dan sebelum-sebelumnya, banyak sekali diwarnai oleh propaganda dan agitasi murahan yang tidak pernah untuk diharapkan akan terjadi.

Jika memang mereka merasa layak untuk mendapatkan suara rakyat, alangkah baiknya lakukanlah sebuah janji sebagaimana halnya sebuah janji yang mampu untuk kita tetapi, bukan sebuah janji bermotif kekuasaan dan berlapis kepalsuan belaka, kalau memang berjanji maka tunaikan janji itu dengan sebuah bukti nyata walau hanya sedikit dan jangan pernah berhasrat untuk menjadi seorang pemimpin, maka, jadilah seorang pemimpin yang berkualitas dan bukan menjadi seorang pemimpin yang haus akan harta belaka.

Jadilah seorang pemimpin yang beramanah, menjalankan ketauhidan dan keimanan kepada Allah SWT dengan cara menyiarkan kebaikan dan kebajikan kepada rakyat, tanpa memandang suku, agama dan ras apapun. Saling bertoleransi antar umat beragama serta menyuarakan pesan-pesan perdamaian, dan selalu ingat bahwa kelak apa yang kita lakukan akan dimintai suatu pertanggungjawaban.

Janganlah menjadi seorang pemimpin yang tamak, buta akan materi, harta dan kekayaan serta kursi kepemimpinan karena itu semua tidak ada yang abadi dan hanya sebuah fatamorgana dunia. Janganlah menjadi seorang pemimpin yang membuat rakyat menjadi cemburu dan tidur saat membahas hal-hal yang berkaitan dengan rakyat, dan jangan pula menjadi pemimpin seperti makelar yang menggadaikan kepentingan rakyat demi sebuah keuntungan yang katanya demi tahayul pembangunan.

Jika ingin menggalakkan pembangunan, maka, bangunlah negeri ini dengan sebagaimana mestinya tanpa pernah merusak ataupun merampas hak orang lain, dan selalu upayakan untuk membuka lahan pekerjaan serta lahan pertanian sebagaimana kebutuhan hakiki bagi kita semua sebagaimana manusia, dan janganlah pernah kita lupakan bahwasannya kita sebagaimana halnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak pernah lepas dari bantuan orang lain, dan sebagian rezeki yang kita dapatkan meskipun sudah jadi pemimpin tetaplah sebagiannya adalah milik rakyat kecil.

Dan tidak pernah bosan bagi saya untuk selalu mengingatkan, bahwa jika kalian terpilih menjadi seorang pemimpin, maka, jadilah seorang pemimpin yang amanah dan peduli akan rakyat, serta jadilah seorang pemimpin yang berkualitas dalam membangun bangsa dengan didasari oleh rasa syukur kepada Allah SWT dan selalu berusaha serta berupaya untuk menjadi yang terbaik bagi bangsa, negara serta dunia dan akhirat.

Tegar Guccie
Semarak Pesta Demokrasi
9 April 2014

No comments:

Post a Comment