Aku
tau bahwasannya diriku pernah terluka karenamu, karena sikapmu juga karena
perkataanmu yang menjustifikasikan aku tanpa pernah dirimu tau tentang diriku,
dan membuat aku kecewa kepadamu. Akupun tau mungkin saja diriku tidak akan
pernah dapat menjadi yang terbaik bagimu, karena bahwasannya diriku bukanlah
apa-apa, bukanlah siapa-siapa, serta bukanlah orang yang wah. Akupun juga
bukanlah seseorang yang mungkin dapat untuk memberikan suatu kebahagian kepada
dirimu disetiap waktu, menghiasi hari-harimu serta membuat kamu tersenyum, terlebih pula akupun tau bahwa aku dan dirimu sama-sama sudah saling mengecewakan, namun mengapa bayanganmu selalu saja hadir dalam benakku..
Mungkin
saja aku salah, dan mungkin saja aku mampu untuk membahagiakan kamu. Tapi ntah
kenapa sulit sekali bagiku untuk dapat bersanding mesra bersama dirimu, sulit dikarenakan
oleh banyak hal dan mungkin karena keegoisan diriku. Egois dikarenakan oleh
begitu besarnya rasa kekhawatiranku, atas ketidaknyamanan bagiku untuk tetap
dapat menyayangimu, sepanjang waktu aku berkerja bersamamu dalam sebuah
institusi atau sebuah perusahaan yang sama, terlebih lagi perusahaan tempat
dimana kita bekerja ini adalah sebuah perusahaan yang notabenya adalah sebuah
perusahaan keluarga. Terlebih lagi “Besar sekali kekhawatiranku bahwasannya
nanti karena kamu tau bahwa perusahaan tempat kita berdua bernaung saat ini
adalah milik keluargaku, aku khawatir bahwasannya dirimu akan berpedoman kepada
kemewahan, harta, dan materi yang dimiliki oleh keluargaku”. Sedangkan,
patut kamu ketahui bahwasannya diriku sangatlah tidak ingin bergantung kepada
keluarga yang nantinya akan berdampak negatif bagiku dihadapan keluarga, dan
akupun lebih senang atau menikmati hidup dalam sebuah kesederhanaan serta
berkecukupan. “Kalaupun nanti diriku dikaruniakan harta yang belimpah atau kaya raya,
akan tetap aku syukuri rezeki itu dan akan aku implementasikan untuk berbagi
kebahagiaan dengan orang-orang yang diluar sana, karena dengan berbagi rezeki yang aku raih dengan kerja kerasku itu menjadi berkah serta membawa manfaat bagi kehidupanku di dunia, akhirat dan paling tidak rezeki itu
berasal dari hasil kerja kerasku dalam mensyukuri nikmat rezeki yang telah
Allah SWT titipkan untukku”.
Kalau
bukan karena kekhawatiranku itu, mungkin saja diriku ini tanpa pernah ragu atau
malu untuk dapat bersanding bersama dirimu, menjalani hari demi hari, melewati
waktu bersama dirimu seorang, dan tidak akan pernah bagi diriku untuk
menghindarimu, karena bila kamupun tau bahwasannya “Sebenarnya ingin sekali bagi
diriku, bagi jiwaku untuk menjalani hidup bersamamu bukan hanya untuk sesaat
melainkan sepanjang waktu hidupku” kenapa?, karena aku sudah tidak
ingin menghabiskan waktu untuk dapat menyayangi atau mencintai seseorang hanya
untuk sesaat, dan yang aku inginkan adalah mencintai seseorang untuk selamanya,
aku ingin seseorang itu adalah dirimu. Mungkin saat ini semuanya sudah
terlambat, terlambat untuk dilalui, karena mungkin saja dirimu saat ini sudah
menjalani hubungan bersama orang lain, demikian dengan diriku yang juga sedang
menjalani bersama seseorang, namun, ntah kenapa meskipun aku menjalani bersama
seseorang itu, diriku ini masih tidak dapat menghapus bayangmu, dan ntah kenapa
lisan diriku ini tiada henti untuk menyebut namamu. Yaaa lisanku ini tak kuasa
untuk menyebut nama dirimu “B***” dan ntah kenapa sulit sekali
bayangku untuk dapat menghapus bayangmu dari lubuk hatiku ini, meskipun kini
kita sudah sama-sama ada yang miliki.
Memang
salahku pula, dimana aku bukan hanya pernah menyayangi dirimu, akan tetapi aku
pernah pula menyayangi sahabatmu, dan itu terjadi karena begitu banyak hal yang
ingin aku ketahui tentang dirimu, namun, ntah kenapa tanpa pernah sedikitpun aku
menanyakan tentang dirimu kepada dirinya, melainkan aku merasa nyaman dengan
dirinya, tetapi anehnya yang selalu dalam bayangku itu hanyalah dirimu bukan
dirinya, dan aku menjauhi kamu dan dirinyapun dikarenakan pula bahwasannya aku
sangat tidak menginginkan adanya sebuah isu atau sebuah gosip-gosip murahan
mengenai diriku, sehingga membuatku menjadi tidak nyaman.
Berbicara
tentang dirimu ntah mengapa menimbulkan sebuah tanya yang besar dalam jiwaku,
pertanyaan-pertanyaan dalam jiwaku akan sebuah rasa sayang yang berbalut akan
sebuah rasa kasih sayang dan ketulusan antara aku dengan dirimu, dan
pertanyaan-pertanyaan tersebut tentunya juga berlaku bagi siapapun yang suatu
saat nanti dipastikan menjadi seorang pendamping hidupku nanti, dan pertanyaan
tersebut antara lain: “Apakah, kamu adalah seseorang yang selama
ini aku cari?”,”Masihkah ada suatu kesempatan bagi diriku untuk dapat meraih
hatimu, dan meraih rasa cintamu itu?”,“Dapatkah diriku untuk dapat
bersanding hidup bersama dirimu untuk selamanya dengan membawa restu Allah Sang
Maha Pencipta, yang dengan rahmat, hidayah, ridha, kasih sayang dan curahan
ampunanNya untuk kita berdua sehingga kita berdua dapat menjalin harmonisasi
hidup dalam sebuah ikatan keluarga?”,“Dapatkah diriku ini untuk dapat
membahagiakanmu dalam sebuah ikatan cinta, yakni menjadikan dirimu seorang
istri yang soleha yang tercipta untuk dapat selalu menemani diriku selamanya
dengan disaksikan oleh semesta alam yang senantiasa bertasbih kepada
Illahi?”,”Dan mampukah kau untuk menjadi seorang istri yang terbaik bagiku
kelak, dengan selalu menjadi istri yang terbaik, istri yang soleha, istri yang
selalu mensyukuri apapun serpihan rezeki baik itu banyak ataupun sedikit, yang
nantinya akan kita berdua jalani dalam sebuah kesederhanaan?”,”Dapatkah kau
untuk senantiasa hidup bersama diriku kelak, dengan selalu mengingatkanku dan
menyadarkanku untuk dapat selalu berada dalam jalan yang lurus, yakni jalan
yang diridhai oleh Allah SWT?”, dan “Maukah, kamu bersama diriku
untuk memperdalam ilmu-ilmu agama, dan senantiasa untuk dapat berbagi
kebahagian kepada orang-orang yang membutuhkan uluran tangan kita, tanpa pernah
merasa letih ataupun lelah?” dan pertanyaan yang bagiku tidak kalah
penting adalah “Dapatkah aku dan dirimu untuk bersatu, serta untuk dapat saling
menyayangi dan mencintai sampai penghujung dunia memisahkan?”.
Celotehan Jiwa
Tegar Guccie
9 September 2014
No comments:
Post a Comment