Dialektika Sosial Anak Bangsa

Sebuah perjalanan panjang dalam untaian kata dalam jiwa, dedikasi yang tercipta untuk Sang Pencipta, yang terbaik dalam hidup dan untuk Negeriku Indonesia

Monday, September 8, 2014

Celotehan Jiwa


Aku tau bahwasannya diriku pernah terluka karenamu, karena sikapmu juga karena perkataanmu yang menjustifikasikan aku tanpa pernah dirimu tau tentang diriku, dan membuat aku kecewa kepadamu. Akupun tau mungkin saja diriku tidak akan pernah dapat menjadi yang terbaik bagimu, karena bahwasannya diriku bukanlah apa-apa, bukanlah siapa-siapa, serta bukanlah orang yang wah. Akupun juga bukanlah seseorang yang mungkin dapat untuk memberikan suatu kebahagian kepada dirimu disetiap waktu, menghiasi hari-harimu serta membuat kamu tersenyum, terlebih pula akupun tau bahwa aku dan dirimu sama-sama sudah saling mengecewakan, namun mengapa bayanganmu selalu saja hadir dalam benakku..

Mungkin saja aku salah, dan mungkin saja aku mampu untuk membahagiakan kamu. Tapi ntah kenapa sulit sekali bagiku untuk dapat bersanding mesra bersama dirimu, sulit dikarenakan oleh banyak hal dan mungkin karena keegoisan diriku. Egois dikarenakan oleh begitu besarnya rasa kekhawatiranku, atas ketidaknyamanan bagiku untuk tetap dapat menyayangimu, sepanjang waktu aku berkerja bersamamu dalam sebuah institusi atau sebuah perusahaan yang sama, terlebih lagi perusahaan tempat dimana kita bekerja ini adalah sebuah perusahaan yang notabenya adalah sebuah perusahaan keluarga. Terlebih lagi “Besar sekali kekhawatiranku bahwasannya nanti karena kamu tau bahwa perusahaan tempat kita berdua bernaung saat ini adalah milik keluargaku, aku khawatir bahwasannya dirimu akan berpedoman kepada kemewahan, harta, dan materi yang dimiliki oleh keluargaku”. Sedangkan, patut kamu ketahui bahwasannya diriku sangatlah tidak ingin bergantung kepada keluarga yang nantinya akan berdampak negatif bagiku dihadapan keluarga, dan akupun lebih senang atau menikmati hidup dalam sebuah kesederhanaan serta berkecukupan. “Kalaupun nanti diriku dikaruniakan harta yang belimpah atau kaya raya, akan tetap aku syukuri rezeki itu dan akan aku implementasikan untuk berbagi kebahagiaan dengan orang-orang yang diluar sana, karena dengan berbagi rezeki yang aku raih dengan kerja kerasku itu menjadi berkah serta membawa manfaat bagi kehidupanku di dunia, akhirat dan paling tidak rezeki itu berasal dari hasil kerja kerasku dalam mensyukuri nikmat rezeki yang telah Allah SWT titipkan untukku”.

Kalau bukan karena kekhawatiranku itu, mungkin saja diriku ini tanpa pernah ragu atau malu untuk dapat bersanding bersama dirimu, menjalani hari demi hari, melewati waktu bersama dirimu seorang, dan tidak akan pernah bagi diriku untuk menghindarimu, karena bila kamupun tau bahwasannya “Sebenarnya ingin sekali bagi diriku, bagi jiwaku untuk menjalani hidup bersamamu bukan hanya untuk sesaat melainkan sepanjang waktu hidupku” kenapa?, karena aku sudah tidak ingin menghabiskan waktu untuk dapat menyayangi atau mencintai seseorang hanya untuk sesaat, dan yang aku inginkan adalah mencintai seseorang untuk selamanya, aku ingin seseorang itu adalah dirimu. Mungkin saat ini semuanya sudah terlambat, terlambat untuk dilalui, karena mungkin saja dirimu saat ini sudah menjalani hubungan bersama orang lain, demikian dengan diriku yang juga sedang menjalani bersama seseorang, namun, ntah kenapa meskipun aku menjalani bersama seseorang itu, diriku ini masih tidak dapat menghapus bayangmu, dan ntah kenapa lisan diriku ini tiada henti untuk menyebut namamu. Yaaa lisanku ini tak kuasa untuk menyebut nama dirimu “B***” dan ntah kenapa sulit sekali bayangku untuk dapat menghapus bayangmu dari lubuk hatiku ini, meskipun kini kita sudah sama-sama ada yang miliki.

 Memang salahku pula, dimana aku bukan hanya pernah menyayangi dirimu, akan tetapi aku pernah pula menyayangi sahabatmu, dan itu terjadi karena begitu banyak hal yang ingin aku ketahui tentang dirimu, namun, ntah kenapa tanpa pernah sedikitpun aku menanyakan tentang dirimu kepada dirinya, melainkan aku merasa nyaman dengan dirinya, tetapi anehnya yang selalu dalam bayangku itu hanyalah dirimu bukan dirinya, dan aku menjauhi kamu dan dirinyapun dikarenakan pula bahwasannya aku sangat tidak menginginkan adanya sebuah isu atau sebuah gosip-gosip murahan mengenai diriku, sehingga membuatku menjadi tidak nyaman.

Berbicara tentang dirimu ntah mengapa menimbulkan sebuah tanya yang besar dalam jiwaku, pertanyaan-pertanyaan dalam jiwaku akan sebuah rasa sayang yang berbalut akan sebuah rasa kasih sayang dan ketulusan antara aku dengan dirimu, dan pertanyaan-pertanyaan tersebut tentunya juga berlaku bagi siapapun yang suatu saat nanti dipastikan menjadi seorang pendamping hidupku nanti, dan pertanyaan tersebut antara lain: “Apakah, kamu adalah seseorang yang selama ini aku cari?”,”Masihkah ada suatu kesempatan bagi diriku untuk dapat meraih hatimu, dan meraih rasa cintamu itu?”,“Dapatkah diriku untuk dapat bersanding hidup bersama dirimu untuk selamanya dengan membawa restu Allah Sang Maha Pencipta, yang dengan rahmat, hidayah, ridha, kasih sayang dan curahan ampunanNya untuk kita berdua sehingga kita berdua dapat menjalin harmonisasi hidup dalam sebuah ikatan keluarga?”,“Dapatkah diriku ini untuk dapat membahagiakanmu dalam sebuah ikatan cinta, yakni menjadikan dirimu seorang istri yang soleha yang tercipta untuk dapat selalu menemani diriku selamanya dengan disaksikan oleh semesta alam yang senantiasa bertasbih kepada Illahi?”,”Dan mampukah kau untuk menjadi seorang istri yang terbaik bagiku kelak, dengan selalu menjadi istri yang terbaik, istri yang soleha, istri yang selalu mensyukuri apapun serpihan rezeki baik itu banyak ataupun sedikit, yang nantinya akan kita berdua jalani dalam sebuah kesederhanaan?”,”Dapatkah kau untuk senantiasa hidup bersama diriku kelak, dengan selalu mengingatkanku dan menyadarkanku untuk dapat selalu berada dalam jalan yang lurus, yakni jalan yang diridhai oleh Allah SWT?”, dan “Maukah, kamu bersama diriku untuk memperdalam ilmu-ilmu agama, dan senantiasa untuk dapat berbagi kebahagian kepada orang-orang yang membutuhkan uluran tangan kita, tanpa pernah merasa letih ataupun lelah?” dan pertanyaan yang bagiku tidak kalah penting adalah “Dapatkah aku dan dirimu untuk bersatu, serta untuk dapat saling menyayangi dan mencintai sampai penghujung dunia memisahkan?”.

Celotehan Jiwa
Tegar Guccie
9 September 2014

No comments:

Post a Comment