Dialektika Sosial Anak Bangsa

Sebuah perjalanan panjang dalam untaian kata dalam jiwa, dedikasi yang tercipta untuk Sang Pencipta, yang terbaik dalam hidup dan untuk Negeriku Indonesia

Thursday, September 11, 2014

Queen

Aku Bahagia, 
Bila aku dapat selalu menatap indahnya bola
Matamu yang lentik dan menarik 
Dalam bingkaian indah wajahmu

Aku Bahagia,
Bila aku dapat selalu menggenggam
Tangan halus lembutmu disepanjang waktuku
Untuk dapat hidup selalu bersamamu

Aku Bahagia, 
Bila aku dapat selalu menyayangi dan cintai
Dirimu selalu hingga pada akhirnya
Kau dapat menjadi Ratuku

Ratu Singgasana, kerajaan cinta
Yang senantiasa aku muliakan dirimu seorang
Sebagaimana seorang permaisuri 
Dalam kerajaan cintaku

Kitapun merajuk kisah kasih asmara
Dalam keindahaan restu alam semesta jagad raya
Mengiringi romantisme cinta kita nan
Disaksikan oleh panorama semesta alam yang bertasbih

Dalam sebuah tafsir-tafsir cintaku
Selalu teriwayatkan akan perjalanan cintaku
Kepadamu yang terukir dalam
Keindahan dan kehangatan dekapan hangat tubuhmu

Kau selalu bingkai bahagiaku, 
Dengan segala keelokkan iman, jiwa dan ragamu
Hingga sedetikpun aku tak dapat terpisah
Jauh darimu wahai kau dewiku

Sepanjang waktupun kita selalu berdansa
Dibawah keindahan alam, dalam sebuah kemesraan
Cinta kita yang menari-nari bahagia
Bagaikan sang dewa dewi

Istriku



Istriku, kau adalah bunga terindah yang menghiasi taman-taman kerajaan surga cintaku
Istriku, kau adalah bagian hidupku yang tercipta dari serpihan tulang rusukku
Istriku, kau adalah bidadari surga yang tercipta untuk dapat selalu menemaniku sepanjang waktuku
Istriku, kau adalah belahan jiwaku yang pantas untuk selalu aku jadikan bidadari surgaku
Tetaplah kau untuk dapat selalu menjadi seorang istriku bidadari surgaku.

Tidak ada satupun hal yang dapat aku persembahkan kepada dirimu wahai kau istriku, istri yang tercipta dari tulang rusukku untuk dapat selalu menemani aku disepanjang hidupku, dan begitu banyak keinginginanku didalam melewati separuh putaran bumi bersama dirimu. 

Sebagaimana hasrat dan keinginanku untuk dapat selalu bersanding mesra, bersama dirimu di dalam lautan kebahagian cinta kita berdua antara aku dan dirimu, akupun memastikan bahwa tidak akan ada cinta-cinta lain yang dapat aku pugar kepada wanita lain selain hasrat cintaku kepadamu istriku. Karena besar harapanku bahwasannya cintaku kepadamu adalah cinta yang tersaji indah hanya untukmu, sebagaimana sebuah proses perjuanganku untuk dapat menikahi dirimu dengan disaksikan oleh semesta alam yang senantiasa selalu bertasbih, dan bersujud kepadaNya, dengan mengharap segala keridhaanNya, keikhlasanNya, ampunan dan kasih sayangNya sehingga menjadikan diri kita menjadi sepasang kekasih, dan kita berdua diberikan suatu anugerah yang tidak akan pernah terlupakan hingga maut memisahkan kita, untuk hidup bersama melewati hari demi hari, waktu demi waktu, tahun demi tahun hingga kita berdua menjelajahi dimensi separuh putaran bumi bersamamu selalu, dalam balutan keluarga sakinah, mawadah, warahmah dengan segala nikmat rezeki dan anugerah cinta Allah SWT yang telah meridhai kita untuk dapat hidup dalam sebuah kebahagian yang berukir kemesraan cinta kita berdua.

Akupun sebagaimana seorang imam bagimu, dan seorang suami bagimu akan selalu bertekat untuk dapat selalu membahagiakanmu dalam sebuah kemesraan cinta kita berdua, karena aku ingin sekali meraih sebuah keabadian cintaku bersamamu selalu, hingga kita berdua dapat mewariskan kebahagian cinta kita berdua bersama cucu-cucu kita nan lugu, yang menangis, tertawa, senyum, bahagia dalam pelukkan hangat tubuh kita sebagai kakek atau nenek bagi mereka, dan aku ingin sekali melewati waktu yang panjang bersama dirimu di dalam mengimplementasikan hasrat cinta kita berdua di dalam menatap indahnya masa depan anak-anak kita berdua, yang telah melewati hari demi hari, waktu demi waktu dengan sebuah prestasi dan kebanggaan, kebahagian serta keberhasilan di dalam meraih semua impiannya, yang tidak akan pernah lepas dari kerja keras kita berdua di dalam mendidik dan membesarkan mereka hingga menjadi anak-anak yang tumbuh dewasa dan berguna bagi nusa bangsa, negara, agama, serta bagi dunia dan akhirat. 

Kau akan selalu menjadi istriku, kau akan selalu menjadi bidadari surgaku, dan kau akan selalu menjadi ibu yang terbaik bagi anak-anakku kelak. Tiada kata yang ingin aku katakan selain untuk dapat mengatakan bahwa aku mencintai dirimu sepanjang waktuku, dan tiada hal yang ingin aku lakukan selain untuk dapat hidup bersamamu selalu, biarkanlah aku selalu mendekap hangat pelukkan tubuhmu istriku, biarkanlah aku untuk dapat menghirup rona keharuman tubuhmu dalam pelukkanmu, biarkanlah aku untuk dapat selalu menatap wajah cantikmu disetiap pandang matamu yang lentik dikala menatap mataku, biarkanlah pula aku untuk menikmati keanggunnan jiwamu yang mengalir disetiap aliran darahmu.

Dengan selalu bersamamu kita ukir, dan lukis keindahaan dunia dengan berjuta warna dalam sebuah kemesraan cinta kita berdua yang akan kita lewati bersama selamanya. Akan selalu aku katakan selalu bahwasannya “Aku mencintai dirimu, dan akan selalu menyayangi hingga ujung waktuku untuk dapat hidup bersamamu”, akupun akan selalu menghelai lembut rambutmu yang indah, wajah cantikmu yang ayu, menatapi matamu yang cantik dan lentik, menggenggam tangan halusmu, serta menikmati keanggunnan tubuhmu dalam hangat lembut keharuman tubuhmu yang senantiasa membiarkanku untuk dapat selalu berada dalam dekapan hangat pelukkanmu istriku.

Karena bagiku tidakkan ada sebuah cinta yang pantas aku lewati selain bersama dirimu, tidak ada seorang kekasih yang pantas aku cintai selain untuk dapat mencintaimu, dan tidak ada sebuah kemesraan cinta yang pantas aku jalani selain dengan dirimu, karena aku hanya ingin hidup dan bersanding mesra bersama dirimu meraih keabadian cinta bersamamu yang tersimpan dalam harmonisasi nada-nada cinta kita berdua yang tersimpan dalam keindahaan semesta alam yang senantiasa untuk bertasbih, sebagaimana saksi  dalam dipersatukannya cinta kita berdua selamanya, hingga kita dapat menjadi sepasang kekasih sejati, bagaikan sepasang merpati putih yang terbang tinggi mengukir langit indah di angkasa tanpa pernah letih dan senantiasa selalu terbang tinggi dengan rasa syukur atas segala nikmatNya.
Kita lewati semua kisah cinta kita dalam kemesraan cinta yang terjalin indah bersama dirimu, dan kita sempurnakan jiwa kita berdua dalam romansa cinta kita yang tidak akan pernah hilang tergerus oleh waktu dan ditelan bumi. Karena bagiku dengan selalu dapat mencintai dirimu, aku pastikan bahwa hidupku hanyalah untuk dapat selalu bersama dirimu selalu, memberikan yang terbaik, membahagiakanmu, mencintai dan menyayangimu serta senantiasa untuk dapat selalu membimbingmu menuju jalan cahaya, jalan yang senantiasa mendapatkan lindungan, ridha, kasih sayang, serta mengharapkan ampunanNya.

Bersamamu akupun berharap bahwasannya aku bersama dirimu, mampu untuk menjadikan putra-putri khalifah yang senantiasa mampu untuk memberikan yang terbaik untuk dunia dan akhirat, menunaikan segala kewajibanNya dan menjauhi segala laranganNya, dengan selalu memberikan yang terbaik bagi siapapun disepanjang hidupnya. Hingga pada akhirnya nanti anak-anak kita menjadi anak-anak yang soleh dan soleha serta menjadi seorang Hafidz Quran yang senantiasa melantunkan lantunan ayat-ayat suci Al-Quran dan senantiasa untuk dapat selalu mengamalkannya untuk kehidupan di dunia dan akhirat.

Tetaplah kamu disini bersama diriku disepanjang hidupku, tetaplah kamu selalu bersamaku dan menjadi istriku, karena akhu hanya ingin selalu ditemani oleh dirimu, selalu menikmati canda tawa bahagiamu, selalu ingin melewati kemesraan cinta kita berdua, selalu mereguk teguk rona kebahagiaan bersama dirimu dalam hangatnya dekapan dan pelukkanmu,  selalu bercerita bersamamu, selalu bersanding hidup bersamamu, selalu senantiasa sholat berjaamaah, berdzikir, dan berdoa bersamamu, bahkan akupun ingin diseparuh sisa hidupku sebelum aku menemui ajalku aku ingin satu detik waktuku untuk kembali kepada pangkuan Allah SWT, aku hanya ingin menatap, memeluk, dan selalu berada dalam dekapanmu istriku, dan detik atau menit selanjutnya biarkanlah aku menghabiskan separuh waktu hidupku untuk keluarga dan sahabatku.

Istriku
Tegar Guccie
12 Agustus 2014

Monday, September 8, 2014

Celotehan Jiwa


Aku tau bahwasannya diriku pernah terluka karenamu, karena sikapmu juga karena perkataanmu yang menjustifikasikan aku tanpa pernah dirimu tau tentang diriku, dan membuat aku kecewa kepadamu. Akupun tau mungkin saja diriku tidak akan pernah dapat menjadi yang terbaik bagimu, karena bahwasannya diriku bukanlah apa-apa, bukanlah siapa-siapa, serta bukanlah orang yang wah. Akupun juga bukanlah seseorang yang mungkin dapat untuk memberikan suatu kebahagian kepada dirimu disetiap waktu, menghiasi hari-harimu serta membuat kamu tersenyum, terlebih pula akupun tau bahwa aku dan dirimu sama-sama sudah saling mengecewakan, namun mengapa bayanganmu selalu saja hadir dalam benakku..

Mungkin saja aku salah, dan mungkin saja aku mampu untuk membahagiakan kamu. Tapi ntah kenapa sulit sekali bagiku untuk dapat bersanding mesra bersama dirimu, sulit dikarenakan oleh banyak hal dan mungkin karena keegoisan diriku. Egois dikarenakan oleh begitu besarnya rasa kekhawatiranku, atas ketidaknyamanan bagiku untuk tetap dapat menyayangimu, sepanjang waktu aku berkerja bersamamu dalam sebuah institusi atau sebuah perusahaan yang sama, terlebih lagi perusahaan tempat dimana kita bekerja ini adalah sebuah perusahaan yang notabenya adalah sebuah perusahaan keluarga. Terlebih lagi “Besar sekali kekhawatiranku bahwasannya nanti karena kamu tau bahwa perusahaan tempat kita berdua bernaung saat ini adalah milik keluargaku, aku khawatir bahwasannya dirimu akan berpedoman kepada kemewahan, harta, dan materi yang dimiliki oleh keluargaku”. Sedangkan, patut kamu ketahui bahwasannya diriku sangatlah tidak ingin bergantung kepada keluarga yang nantinya akan berdampak negatif bagiku dihadapan keluarga, dan akupun lebih senang atau menikmati hidup dalam sebuah kesederhanaan serta berkecukupan. “Kalaupun nanti diriku dikaruniakan harta yang belimpah atau kaya raya, akan tetap aku syukuri rezeki itu dan akan aku implementasikan untuk berbagi kebahagiaan dengan orang-orang yang diluar sana, karena dengan berbagi rezeki yang aku raih dengan kerja kerasku itu menjadi berkah serta membawa manfaat bagi kehidupanku di dunia, akhirat dan paling tidak rezeki itu berasal dari hasil kerja kerasku dalam mensyukuri nikmat rezeki yang telah Allah SWT titipkan untukku”.

Kalau bukan karena kekhawatiranku itu, mungkin saja diriku ini tanpa pernah ragu atau malu untuk dapat bersanding bersama dirimu, menjalani hari demi hari, melewati waktu bersama dirimu seorang, dan tidak akan pernah bagi diriku untuk menghindarimu, karena bila kamupun tau bahwasannya “Sebenarnya ingin sekali bagi diriku, bagi jiwaku untuk menjalani hidup bersamamu bukan hanya untuk sesaat melainkan sepanjang waktu hidupku” kenapa?, karena aku sudah tidak ingin menghabiskan waktu untuk dapat menyayangi atau mencintai seseorang hanya untuk sesaat, dan yang aku inginkan adalah mencintai seseorang untuk selamanya, aku ingin seseorang itu adalah dirimu. Mungkin saat ini semuanya sudah terlambat, terlambat untuk dilalui, karena mungkin saja dirimu saat ini sudah menjalani hubungan bersama orang lain, demikian dengan diriku yang juga sedang menjalani bersama seseorang, namun, ntah kenapa meskipun aku menjalani bersama seseorang itu, diriku ini masih tidak dapat menghapus bayangmu, dan ntah kenapa lisan diriku ini tiada henti untuk menyebut namamu. Yaaa lisanku ini tak kuasa untuk menyebut nama dirimu “B***” dan ntah kenapa sulit sekali bayangku untuk dapat menghapus bayangmu dari lubuk hatiku ini, meskipun kini kita sudah sama-sama ada yang miliki.

 Memang salahku pula, dimana aku bukan hanya pernah menyayangi dirimu, akan tetapi aku pernah pula menyayangi sahabatmu, dan itu terjadi karena begitu banyak hal yang ingin aku ketahui tentang dirimu, namun, ntah kenapa tanpa pernah sedikitpun aku menanyakan tentang dirimu kepada dirinya, melainkan aku merasa nyaman dengan dirinya, tetapi anehnya yang selalu dalam bayangku itu hanyalah dirimu bukan dirinya, dan aku menjauhi kamu dan dirinyapun dikarenakan pula bahwasannya aku sangat tidak menginginkan adanya sebuah isu atau sebuah gosip-gosip murahan mengenai diriku, sehingga membuatku menjadi tidak nyaman.

Berbicara tentang dirimu ntah mengapa menimbulkan sebuah tanya yang besar dalam jiwaku, pertanyaan-pertanyaan dalam jiwaku akan sebuah rasa sayang yang berbalut akan sebuah rasa kasih sayang dan ketulusan antara aku dengan dirimu, dan pertanyaan-pertanyaan tersebut tentunya juga berlaku bagi siapapun yang suatu saat nanti dipastikan menjadi seorang pendamping hidupku nanti, dan pertanyaan tersebut antara lain: “Apakah, kamu adalah seseorang yang selama ini aku cari?”,”Masihkah ada suatu kesempatan bagi diriku untuk dapat meraih hatimu, dan meraih rasa cintamu itu?”,“Dapatkah diriku untuk dapat bersanding hidup bersama dirimu untuk selamanya dengan membawa restu Allah Sang Maha Pencipta, yang dengan rahmat, hidayah, ridha, kasih sayang dan curahan ampunanNya untuk kita berdua sehingga kita berdua dapat menjalin harmonisasi hidup dalam sebuah ikatan keluarga?”,“Dapatkah diriku ini untuk dapat membahagiakanmu dalam sebuah ikatan cinta, yakni menjadikan dirimu seorang istri yang soleha yang tercipta untuk dapat selalu menemani diriku selamanya dengan disaksikan oleh semesta alam yang senantiasa bertasbih kepada Illahi?”,”Dan mampukah kau untuk menjadi seorang istri yang terbaik bagiku kelak, dengan selalu menjadi istri yang terbaik, istri yang soleha, istri yang selalu mensyukuri apapun serpihan rezeki baik itu banyak ataupun sedikit, yang nantinya akan kita berdua jalani dalam sebuah kesederhanaan?”,”Dapatkah kau untuk senantiasa hidup bersama diriku kelak, dengan selalu mengingatkanku dan menyadarkanku untuk dapat selalu berada dalam jalan yang lurus, yakni jalan yang diridhai oleh Allah SWT?”, dan “Maukah, kamu bersama diriku untuk memperdalam ilmu-ilmu agama, dan senantiasa untuk dapat berbagi kebahagian kepada orang-orang yang membutuhkan uluran tangan kita, tanpa pernah merasa letih ataupun lelah?” dan pertanyaan yang bagiku tidak kalah penting adalah “Dapatkah aku dan dirimu untuk bersatu, serta untuk dapat saling menyayangi dan mencintai sampai penghujung dunia memisahkan?”.

Celotehan Jiwa
Tegar Guccie
9 September 2014

Distorsi Hasrat Keinginan Naluri

Bagi beberapa orang, mungkin sebuah komitmen yang pernah terucap merupakan suatu langkah pasti yang sifatnya menuntungkan bagi dirinya, sehingga menjadi fondasi bagi dirinya dalam melangkahkan kaki disetiap ritme kehidupannya. 

Begitu pula dengan diri saya yang mempunyai suatu landasan berpikir, dan berdasarkan atas sebuah komitmen yang sifatnya proporsional. namun, seiring dengan berjalannya waktu terkadang sebuah komitmen yang pernah terucap dalam lisan kitapun terkadang terasa pahit. Menjadi pahit, karena tidak sesuai dengan realita yang ada dan tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan bahkan tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. seperti halnya diwaktu itu saya pernah berkeinginan bahwa “Saya tidak ingin menyayangi seseorang dan mencintai seseorang yang diposisikan satu institusi baik pekerjaan atau apapun itu”. Dengan alasan apabila menjalankan sebuah hubungan dengan seseorang satu institusi maka, saya akan menjadi sebuah topik pembicaraan dari sebuah gosip atau sebuah isu, terlebih lagi apabila menjalankan hubungan satu institusi maka secara otomatis saya atau dia akan menjadi saksi dari apa-apa yang di alaminya, seperti halnya. “Saya pernah melihat, suatu ketika seseorang yang pernah saya sayangi tersebut, mendapatkan sebuah teguran dari atasannya dan sebuah teguran tersebut saya nilai kurang pantas dilakukan kepada seorang wanita dengan mengacung-acungkan jarinya beberapa senti dari matanya” Sontak saja, sayapun sempat terpancing emosinya karena ketidakpantasan seorang atasannya seperti itu. Mungkin saya seorang pemarah, dan emosional hanya saja sebenarnyapun saya tidak ingin menjadi demikian, terlebih lagi saya sangat membenci diri saya yang menjadi seorang pemarah atau emosional.

Kembali kepada sebuah komitmen diatas, komitmen tersebut saya nilai pahit bukan hanya karena “Saya tidak ingin menyayangi seseorang dan mencintai seseorang yang diposisikan satu institusi baik pekerjaan atau apapun itu”. Saja melainkan ditambah dengan diri saya yang kurang cermat untuk mendepatkan diri saya disana, dikarenakan “Saya bukan hanya pernah menyayangi seseorang yang berada dalam satu institusi saja melainkan saya juga sempat mencintai dua orang sahabat yang tidak lain berada dalam satu institusi” sehingga hal itu menjadi lebih pahit, kenapa karena “diri ini sangatlah tidak kuasa untuk dapat memilih salah satu dari keduanya yang berujung kepada menyakiti hati keduanya”, sehingga aku lebih memilih untuk menyakiti hatiku, dan melukai jiwaku yang tidak sanggup untuk memilih atau menyakiti keduanya.

“Wanita satu mungkin saya kagumi dalam sebuah kecantikan atau sisi lainnya, meskipun sedikit kanak-kanak” dan sedangkan “Wanita yang lainnya, yang tidak lain pula seorang sahabatnyapun, saya kagumi karena paras kecantikkan, kebaikkan, kedewasaan, serta kepeduliannya”. Hmm, mengagumi keduanya tetapi tidak sanggup memilih salah satu dari keduanya dikarenakan oleh ketidakinginan untuk menyakiti keduanya, sehingga karena ketidakmampuanku itu menimbulkan rasa pahit yang begitu dalam. Karena bukan tipeku menyakiti 2 orang sahabat yang keduanya aku sayangi. Jikapun memang berada dalam satu institusi namun hanya menyayangi 1 orang saja mungkin tidak begitu berat bagiku, sehingga aku bisa memutuskan untuk menciptakan hubungan yang serius dengan dirinya, dan tidak menjauh seperti ini.

Saat ini mungkin saja, keduanya saat ini membenciku, dan merasa kecewa, tapi tidak mengapalah cukup aku saja yang menahan bagaimana pahitnya, pahit karena tidak sanggup untuk memilih salah satu wanita yang aku sayangi. Terlebih keduanya mungkin tidak mengerti, atau paham, akan begitu sakitnya harus mengalah, dan harus rela melepas rasa sayang yang pernah tercurahkan kepada keduanya, serta begitu sakitnya harus menjaga perasaan keduanya, dan menghindar. Anehnya, tidak ada satu orangpun yang mengerti.

Karena bukan tipeku, untuk dapat menyakiti hati seorang wanita, melainkan tipe diriku adalah menyayangi, mencintai, dan memuliakan dirinya seperti yang menjadi sebuah tuntunan tokoh idolaku Nabi Muhammad SAW yang telah diriwayatkan kepada umatnya. Akupun, aku akui bahwasannya diriku mengenal banyak wanita cantik lainnya hanya saja dari banyak wanita yang aku kenal, aku belum memutuskan apakah dia layak dan pantas untuk menjadi pendamping hidupku nanti, melewati hari, menghabiskan waktu dalam sebuah dimensi romantisme cinta antara aku dengan dirinya, hingga waktu memanggilku untuk kembali kepada pangkuanNya.

Besar keinginanku, dikala suatu ketika aku sudah memiliki seorang istri yang terbaik nanti dan suatu ketika nanti di hari tuaku dikala sudah waktunya nanti ajal menjemput diriku, sebelum ajal itu datang, besar sekali keinginanku untuk dapat bersanding hidup dalam pangkuan istriku nanti untuk yang terakhir kalinya karena bagiku, seseorang yang begitu berjasa dalam hidupku nanti selain orang tuaku, adalah istriku yang dimana, dirinya menjadi seorang istri soleha yang selalu menemani aku dan menjadi seorang bidadari surga bagi diriku. Sehingga, keinginanku untuk dapat bersanding dalam pelukkan istriku dikala ajalku menjemputpun tercapai. 

Hmm, mungkin aku haruslah banyak bersabar dan serahkan segalanya kepada Allah SWT Sang Maha Pencipta, karena segala sesuatu yang ada dalam hidupku adalah kuasaNya dan menjadi bagian dari sketsa kehidupan yang bahagia bagi diriku nanti.

Distorsi Hasrat Keinginan Naluri
Tegar Guccie
8 September 2014