Dialektika Sosial Anak Bangsa

Sebuah perjalanan panjang dalam untaian kata dalam jiwa, dedikasi yang tercipta untuk Sang Pencipta, yang terbaik dalam hidup dan untuk Negeriku Indonesia

Wednesday, August 13, 2014

Transformasi Kehidupan Dimasa Itu



Masih teringat jelas dalam ingatanku akan terjadinya dimasa itu, dimana aku sendiri berjalan menuju gedung DPR/MPR menjadi saksi akan terjadinya peristiwa dimasa itu,  dan akupun bergabung dalam sebuah gemuruh massa yang hadir berorasi, menyuarakan sebuah aspirasi putih menuntut kemajuan negeri, dan disanapun aku juga menemui beberapa orang teman yang sudah lama dan terbiasa untuk berjuang dalam sebuah orasi sumbang, di gedung DPR/MPR bersama dengan beberapa orang seniorku yang juga telah lama untuk menyempatkan diri mereka untuk melakukan aksi demonstrasi menyuarakan sebuah aspirasi untuk kemajuan Negara, meskipun awalnya aku sendiri, dan pada akhirnya bergabung menjadi satu dengan beberapa kawan-kawanku, serta beberapa orang seniorku dimasa kuliah dulu, masih teringat akan sebuah perjuangan dimasa itu, meskipun tidak seperti peristiwa memilukan di tahun 1998, dimasa 1998 itu, karena dimasa itu aku masihlah seorang anak ingusan dengan seragam putih merah yang gemar petantang-petenteng dengan sebuah celotehan tolol, dan ketika SMP mulai tersadar akan sebuah perjuangan untuk nusa bangsa, sampai-sampai pernah bermimpi dimasa SMP itu untuk dapat menurunkan seorang presiden untuk dapat turun dalam kursi jabatannya, dan ketika ditanya oleh seorang kepala sekolah setelah SMP mau masuk SMA mana dengan tololnya yang menjawab mau kuliah biar bisa nurunin seorang presiden. Hahahahaha…
Kembali kepada perjuangan yang pernah aku lalui bersama beberapa orang seniorku serta beberapa temanku, beserta elemen masyarakat yang ikut tergabung akan aksi bersama “REFORMA AGRARIA” dimasa itu, Aku ingat akan sebuah perjuangan dimana kita semua berjuang bersama bertarung dengan rimba zaman menatap masa depan untuk kemajuan negeri, tergabung dalam sebuah aksi dorong-dorongan dengan barisan serdadu polisi dengan senjata pentungan dan tameng persenjataan lengkap, tidak lupa dengan watercanon, dan dengan gas airmatanya, serta sebuah tangisan sendu seorang petani tua yang menangis menceritakan tentang kehidupannya yang sulit untuk mereka lalui, dan menangis dalam pelukkan saya karena tak mampu menahan airmata kesedihan akan sulitnya kehidupan yang di alaminya,  sebagaimana yang petani tua rasakan dalam sebuah duka tangis airmatanya seraya mengatakan bahwa “Dirinya, berupaya untuk berjuang dalam teriknya panas matahari, bertarung melawan waktu, menahan sakit karena tubuh yang tua renta untuk menanam padi dan memenuhi kebutuhan pangan untuk semua elemen masyarakat bahkan negara, tapi keringat dan perjuangannya, menjadi sia-sia yang dikarenakan oleh kenaikkan harga gabah, dan kebutuhannya dalam bercocok tanam, terlebih lagi nilai jual ataupun hasil yang mereka dapatkan tidak dapat mencukupi kehidupannya, sehingga terkadang dirinya tak sanggup untuk menahan perutnya yang lapar, dan tak mampu untuk dapat menghidupi keluarganya.

Dalam sebuah aksi dimasa itu, Kitapun sama-sama menunjukkan sebuah kepalan tangan sebagaimana bukti perlawanan kita terhadap sebuah kebijakkan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyatnya, menjadikan rakyat menangis, menjerit, berteriak serta menuntut terwujudnya apa yang menjadi landasan kerangka berfikir yang terkandung dalam aspirasi putihnya, menolak akan sebuah kebijakan yang dianggap tidak berpihak kepada rakyatnya. Sorak-sorai yel-yel, nyanyian perlawanan dan sumpah persatuanpun selalu menjadi pemacu semangat juang dalam menyuarakan aspirasi perjuangan di dalam membela hak-hak asasi manusia dengan mengatasnamakan rakyat, menyuarakan sebuah tuntutan yang terdiri dari “TANAH, UPAH, KERJA” serta menyuarakan sebuah tuntutan “PENOLAKAN” terhadap kenaikkan BBM, sorak-sorai para Mahasiswa, Elemen Buruh, serta perwakilan masyarakat dengan semangat yang berkobarpun tanpa pernah letih untuk menyuarakan aspirasi putihnya demi terbentuknya sebuah tatanan masyarakat adil, sejahtera yang tidak hanya mementingkan kepentingan golongan, melainkan mementingkan kesejahteraan rakyat pada khususnya, serta kepentingan dan kemajuan Negara dimata dunia pada umumnya.

Orasi-orasi ilmiah dihadapan public menjadi suatu senjata ampuh yang mewakili terbentuknya sebuah aspirasi putih demi keutuhan Negara, terlihat beberapa perwakilan anggota dewan yang turut andil dalam aksi disana menyampaikan dukungan terhadap rakyat semesta dalam sebuah orasi ilmiahnya, hanya saja sebagian dari mereka yang turut andil menyampaikan orasinya sebagaimana seorang anggota dewan, tidak mau untuk menanggalkan posisi jabatannya sebagaimana seorang anggota dewan ataupun ke partaiannya, dan hanya bisa berkoar dalam menyampaikan orasinya tanpa pernah mau melepaskan dirinya dari sebuah penjagaan keamanan dari aparat yang terkait, pasalnya jika memang anggota dewan pro kepada rakyat, persilahkan saja para pengawalnya untuk masuk kembali ke tempat mereka bekerja dan tinggalkan orang yang ingin mereka kawal, jika memang dia ingin berorasi bersama rakyat dan mengatasnamakan rakyat semesta, bila perlu damaikan kawan-kawan mereka yang sombong dan terbuai akan sebuah manifesto kemewahan duniawi dalam lelap tidurnya dalam sebuah kursi jabatannya untuk dapat turun bersama rakyat semesta, dan ikut serta membela apa yang menjadi sebuah hak-hak rakyat. Simple saja jika anggota dewan tersebut benar-benar berani untuk menyuarakan aspirasi putihnya untuk rakyat, maka suarakan aspirasi tersebut benar-benar untuk rakyat dengan menanggalkan kursi jabatan yang mereka pegang dalam DPR ataupun Partai Politik, dan bagaimana keseriusan mereka untuk menyampaikan orasi ilmiahnya biarkan saja rakyat yang menjadi penyeleksinya, dengan syarat lumrah mereka harus siap untuk ditertawakan oleh rakyat, dan mendapatkan hinaan dari rakyat yang melakukan aksi di waktu itu.

Seharusnyapun para anggota dewan yang mendiami gedung DPR/MPR tersebut harusnya sadar akan peran mereka serta mengingat seberapa kotornya mereka sebelum menduduki fungsi jabatan sebagaimana seorang anggota dewan, dan meningkatkan kepedulian mereka kepada rakyat, bukannya harus menjadi bangkai yang tidak berguna, merampas hak-hak rakyat dengan melupakannya dan menikmati kemewahan yang membutakan mata nurani mereka. Seharusnyapun dimasa itu aparat yang terkait bukannya mengamankan atau membatasi ruang langkah gerak elemen masyarakat yang menyampaikan aspirasi putih demi terciptanya tatanan masyarakat yang sama-sama kita inginkan, melainkan mereka sebagai aparat yang terkait seharusnya ikut serta untuk mendukung apa yang menjadi landasan fundamental dalam aspirasi yang diorasikan untuk terciptanya Negara yang adil sejahtera dan berdaulat, dan bukannya harus menjadi penghalang serta menjadi alat adu domba untuk menghalangi apa yang disuarakan oleh elemen aksi.

Mungkin kini masanya sudah berbeda, dan sudah bukan zamannya lagi bagi diriku untuk turun serta terjun langsung dalam sebuah management aksi, karena kehidupanku kini sudah berbeda, karena sudah waktunya bagi diriku untuk memfokuskan diriku untuk memberikan yang terbaik bagi keluarga, sahabat, serta memberikan yang terbaik pula kepada seseorang yang mendapatkan ridha Allah SWT untuk dapat menjadi seorang istri yang soleha, dan seorang ibu yang terbaik bagiku dan anak-anakku kelak. Namun, meskipun aku memfokuskan diriku untuk memberikan yang terbaik bagi keluarga, sahabat, dan keluarga inti yang aku bina dan aku didik nanti, sungguh sangat besar harapanku akan sebuah mimpi mulia untuk dapat menjadikan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini menjadi Negara yang maju, adil sejahtera, dan berdaulat.

Akupun ingin memberikan yang terbaik untuk Negara yang aku cintai ini dalam sebuah karya-karyaku untuk nusa bangsa, walau hanya dalam sebuah tulisan-tulisan usang, yang mungkin tidak mengandung arti bagi siapapun, dan biarkan saja pengalaman yang pernah aku rasakan, meskipun aku bukanlah seorang orator ilmiah yang pandai untuk berorasi, dan merasakan pahitnya teradu domba dengan aparat kepolisian dalam sebuah aksi dorong-dorongan, mendapatkan siraman watercanon, merasakan semburan gas airmata digedung DPR/MPR, menjadi sebuah pengalaman yang tidak pernah terlupakan, dengan harapan besar pula bagiku, generasi-generasi muda setelahku dapat menunjukkan bahwasannya mereka adalah generasi muda yang tangguh, dan mampu memberikan yang terbaik untuk kemajuan nusa bangsa, Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Adapun sebuah pesan yang ingin aku sampaikan kepada generasi muda setelahku, dan generasi-generasi berikutnya agar “Jadikanlah dirimu menjadi generasi muda penerus bangsa yang terbaik, dan berkorbanlah kalian dalam sebuah semangat juangmu demi meraih cita-cita dan masa depan yang terbaik bagi nusa dan bangsa, mampu dalam menyatakan sikap geriliya demi kemajuan negara, serta menjadi generasi muda yang berkualitas dengan menunjukkan potensi diri, mampu memberikan yang terbaik demi bangsa dan negara, tunjukkan semangat mudamu dibawah bendera merah putih yang menyelimuti setiap jejak langkahmu".

Mungkin tidak banyak yang dapat aku sampaikan dalam tulisan yang tidak bermanfaat ini, namun, dalam sebuah tulisan usang ini, aku masih mempunyai harapan sebagaimana sebuah mimpiku sejak dahulu, akan terciptanya sebuah tatanan masyarakat yang adil sejahtera, sebagaimana perwujudan akan terciptanya sebuah Negara yang maju, yang mampu menunjukkan kedaulatannya dihadapan di dunia.

Semoga saja dimasa akan datang tidak lagi tangisan airmata mereka yang terjajah, terinjak-injak, terdogma dalam sebuah polifrasi kepentingan-kepentingan busuk yang menjadikan rakyat semesta terjerat lehernya dan tercabut hak-hak hidupnya karena dirong-rong luka karena ketidakadilan, jangan biarkan lagi mereka yang lapar, menjadi sebuah suguhan menarik bagi media televisi, radio, Koran atau media lainnya yang menceritakan akan kehidupan mereka yang lapar.

MAJULAH NEGERIKU, BANGKITLAH INDONESIAKU, DAN BERJUANGLAH PUTERA-PUTERI PENERUS BANGSA DENGAN KOBARKAN SEMANGAT MUDA PENUH AKAN PERJUANG DEMI TERWUJUDNYA INDONESIA BARU YANG LEBIH BAIK JUJUR, ADIL, SEJAHTERA DAN BERDAULAD DI MATA DUNIA.

Salam hangat, dan salam perjuangan Merah Putih

Transformasi Kehidupan Dimasa Itu
Tegar Guccie
13 August 2014


No comments:

Post a Comment