Dialektika Sosial Anak Bangsa

Sebuah perjalanan panjang dalam untaian kata dalam jiwa, dedikasi yang tercipta untuk Sang Pencipta, yang terbaik dalam hidup dan untuk Negeriku Indonesia

Thursday, August 7, 2014

Problematika Seorang Istri

Muliakanlah seorang istri sebagaimana pendamping hidupmu
Bahagiakanlah seorang istri, dengan menjadikannya menjadi bidadari surgamu
Seorang istri tercipta dari tulang rusuk seorang suami, sebagai seorang imam bagi istrimu
Maka, bahagiakanlah istrimu sebagaimana bagian dari hidupmu.

Begitu banyak cerita kehidupan di dunia ini, begitu banyak pelajaran yang dapat kita petik suatu pembelajaran dari setiap problematika kehidupan ini, ada suatu kebenaran, dan adapula suatu kesalahan, seperti inilah kehidupan didunia yang fana ini. Dalam sebuah coretan sembilu yang tidak mengandung arti ini, banyak sekali problematika yang banyak terjadi di dunia ini, khususnya di negeri Indonesia yang permai ini, dan dalam sebuah coretan usang ini, ingin sekali untuk mengupas problematika yang terjadi dan pernah dialami oleh seorang istri, mulai dari mendapatkan kekerasan fisik, tidak mendapatkan kecukupan nafkah materi dari seorang suami, dan adapula yang mendapatkan pelecehan seksual atau kekerasan seks yang dilakukan oleh suaminya bahkan sampai ada yang dijual oleh suaminya untuk memuaskan nafsu birahi laki-laki hidung belang, hanya demi sebuah nilai materi. Astagfirullahaladzim 

Semoga saja dengan menjaga diri, dan selalu berlindung kepada Allah SWT, kita semua dapat terhindar dari perbuatan nista dan dzalim. Amin. Berkaca dari semakin berkembangnya sebuah zaman, yang di dorong oleh semakin meningkatnya ketidakseimbangannya sebuah peradaban banyak menjadi sebuah pemicu, akan segala problematika yang terjadi di bangsa ini pada dewasa ini, dan anehnya banyak sekali hal-hal yang tidak pantas dan terjadi pada seorang wanita, dan itupun juga terkadang bukanlah secara keseluruhan dikarenakan oleh kesalahan seorang pria, melainkan juga banyak hal yang dikarenakan oleh seorang wanita itu sendiri sehingga sulit bagi kita untuk dapat memahami siapa yang salah dan siapa yang patut untuk dipersalahkan, karena dewasa ini seorang pria dengan seorang wanita pada intinya sama. Seperti halnya sebuah contoh: dewasa ini banyak sekali wanita yang menjadi korban sebuah gaya hidup atau sebuah fashion style, dimana dewasa ini sudah mulai banyak wanita-wanita yang terbiasa untuk memamerkan auratnya ketimbang menutupi auratnya dan anehnya banyak pula wanita yang bangga untuk memamerkan bagian tubuhnya bahkan, memamerkan tubuhnya tanpa sehelai benangpun, tanpa ada dasar malu dijejaring sosial dengan alasan sebuah gaya hidup, sebuah seni, bahkan sebagai sebuah media pencari nafsu demi mendapatkan sebuah kepuasan seks dan pundi-pundi rupiah.

Sangat memalukan memang tapi seperti inilah problematika yang mengiris nurani, pada zaman sekarang ini, sehingga dapat dikatakan bahwasannya saat ini tidak serta merta menjadi suatu kesalahan bagi seorang pria, namun banyak pula kesalahan-kesalahan yang tidak pantas yang dilakukan oleh seorang wanita, bahkan tindakan asusilapun mungkin saja bisa terjadi disaat seorang wanita itu lengah, ataupun disaat wanita itu secara tidak sadar bahwa dirinya dengan memperlihatkan sedikit auratnya yang secara tidak sadar, mengundang nafsu birahi seorang Pria, seperti contoh, dan menjadi suatu pertanyaan  adalah seperti halnya seorang wanita yang maaf, beraktifitas dengan pakaian yang minim, ataupun pakaian yang memperlihatkan lekuk tubuhnya, dan yang menjadikan suatu pertanyaan adalah apa yang menjadi suatu tujuan bagi seorang wanita untuk menggunakan pakaian yang minim, kalau bukan atas dasar ingin menggoda seorang pria? Dan jika ingin menggoda seorang pria mengapa tidak dilakukan untuk menggoda suaminya saja? Dan jika menggunakan pakaian yang serba minim dan memperlihatkan bagian tubuhnya bukan karena dasar untuk ingin dilihat oleh banyak pasang mata pria, maka kenapa harus dipergunakan di depan umum? Kenapa tidak dikenakan disaat bersama suaminya di rumah dan bukan di depan umum atau disebar luaskan di media jejaring sosial?. Pantas atau tidaknya silahkan berkaca kepada hati nurani, dan tidak ada satupun maksud untuk merendahkan harga diri seorang wanita dalam sebuah tulisan usang ini, melainkan ingin membangun kembali, dan merubah paradokstifitas yang banyak terjadi menghiasi problematika negeri ini. Ntah apa yang akan mereka tuju, dan apa yang mereka inginkan dari dunia ini, tidak ada satupun yang dapat mengetahuinya, oleh karena itu perlu adanya pembenahan moral yang harus ditanamkan pada jiwa-jiwa mereka agar dapat terhindar dari perbuatan aniaya yang sangat tidak pantas untuk dialami oleh siapapun, khususnya bagi wanita.

Kembali kepada konteks kehidupan rumah tangga, menyikapi banyaknya problematika yang banyak dialami oleh seorang istri yang mendapatkan perlakuan tidak adil dari suaminya, dan berdasarkan oleh banyaknya cerita yang terjadi dewasa ini ada beberapa hal yang mengiris telinga dikala mengetahui apa yang dialami oleh seorang istri atas perlakuan seorang suami yang seharusnya menjaga dan membahagiakan istrinya. Beberapa kisah tersebut akan dituliskan secara garis besarnya saja, dengan maksud dapat menjadi suatu pembelajaran yang dapat untuk kita petik hikmahnya sehingga kita semua dapat untuk berkaca diri dan terhindar dari perbuatan-perbuatan yang dzalim, kisah-kisah tersebut  antara lain:

A.  Sebagaimana seorang pria, dan sebagaimana sebagai seorang suami, sudah sepatutnya bagi dirinya untuk dapat membahagiakan istrinya, dan bukannya bertindak arogan bahkan sampai melakukan kekerasan fisik kepada istrinya, sebagaimana, banyak sekali hal-hal mungkin sebuah cerita dari beberapa orang wanita yang merupakan seorang istri mengatakan bahwasannya “Dirinya pernah mengalami akan suatu ketidakadilan yang dilakukan oleh seorang suami” dalam hal ini adalah kekerasan fisik, dimana istrinya mendapatkan pukulan, tamparan, bahkan sampai terluka karena suaminya, dan anehnya banyak istri-istri yang sabar dan mendedikasikan hidupnya untuk memberikan yang terbaik bagi suaminya, ntah siapa yang salah dan siapa yang patut dipersalahkan serta siapa yang memulainya? Tapi yang jelas kalau sampai melukai ataupun bertindak aniaya, dirasa kurang pantas untuk dilakukan. Karena kekerasan fisik pada seorang istri bukanlah suatu solusi penyelesaian masalah rumah tangga, terlebih akan menimbulkan perselisihan kompleks yang berujung kepada perceraian. Sebagaimana hal yang diriwayatkan kepada kita sebagaimana umat muslim, perceraian itu merupakan suatu hal yang dibenci oleh agama, dan berimpact kepada pertumbuhan kedewasaan anak-anak ketika mengetahui bahwa kedua orang tuanya berpisah. 

Seharusnya seorang suami dibandingkan harus menyelesaikan suatu permasalahan dengan istrinya harus mampu mengesampingkan emosinya dengan beritikad baik, dan tutur kata yang halus kepada istrinya tanpa pernah untuk dapat memperlakukan istrinya dengan tindakan yang dapat melukai hati dan fisik istrinya. Seharusnyapun seorang suami harus dapat selalu menjadi imam yang terbaik bagi istrinya dengan selalu berusaha, dan terus berusaha untuk senantiasa bersabar dalam menghadapi permasalahan serta senantiasa untuk dapat membimbing setiap jejak langkah kaki istrinya dengan langkah meraih suatu kemuliaan cinta dan kasih sayang yang berpedoman kepada keimanan sehingga istrinyapun dapat menjadi istri yang soleha. Maka, bimbinglah istri kita untuk menjadi bidadari surga kita sepanjang hidup tanpa pernah untuk menyakiti dirinya bahkan sampai tega menjadikan dirinya sebagaimana alas kaki. Karena seorang istri dinikahkan oleh seorang suami adalah untuk menjadi seorang pendamping hidup suaminya disepanjang hembusan nafas suaminya, dengan senantiasa memberikan kebahagiaan satu sama lain serta memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya kelak. Maka, setidaknya sebagai seorang suami dan sebagaimana seorang imam keluarga, agar tidak pernah untuk berupaya bahkan sampai melakukan tindakkan kekerasan kepada istrinya, dan sebelum hal itu terjadi cobalah untuk meredam emosi atau menahan amarah dan jangan sampai, harus tega untuk bertindak kekerasan bahkan sampai tega menyiksa istrinya.  Cobalah ingat kembali berbagai macam kenangan manis bersama istri disaat bermesraan dahulu sebelum menjadikan dirinya seorang istri, ingatlah apa yang dilakukan disaat dirinya menangis ketika masih pacaran dahulu, ingatlah kenangan disaat seorang suami melamar dirinya untuk menjadikan seorang istri dengan meminta kepada orang tuanya agar dinikahkan, ingatlah pula perjuangan yang harus dilewati disaat meraih tangan halusnya sebelum dijadikan seorang istri bagi seorang suami, dan yang tidak kalah penting adalah ingatlah wajah-wajah anak-anak nantinya disaat ibunya tersakiti, serta ingatlah kembali janji suci (ijab Qabul) yang pernah terucap dan disaksikan oleh semesta alam yang bertasbih. 

Adapun guna untuk mencegah terjadinya tindak kekerasan yang dilakukan oleh seorang suami, maka, setidaknya seorang suami membiasakan dirinya, istrinya, dan anak-anaknya untuk dapat mempelajari dan memahami akan bagaimana menciptakan keluarga yang sakinah, mawadah, warrahmah yang tidak pernah terlepas dari element kesederhanaan, berdasarkan atas agama, serta sebagai seorang imampun juga harus mampu untuk menahan diri dari setiap amarahnya dan mampu untuk mendidik serta membimbing keluarga untuk dapat selalu berada dalam jalan yang senantiasa Allah SWT ridhai, dengan tanpa pernah lupa untuk mensyukuri segala nikmat, hidayah, keberkahan, dan rezeki serta mengharapkan segala ampunanNya. 

Biasakanlah diri kita untuk senantiasa dapat mengatakan kepada istri kita bahwa “Aku Mencintai Dirimu Istriku”, “Kamu, Aku Nikahkan Untuk Aku Bahagiakan, Bukan Untuk Aku Sakiti”, “Jagalah Selalu Cinta Tulusku Kepadamu Hingga Akhir Hidupmu Dengan Selalu Menjadi Istriku Bidadari Surgaku”, “Terima Kasihku, Karena Kamu Telah Menjadi Istriku”, dan “Hadirkanlah Selalu Cintamu dan Cintaku, Untuk Dapat Selalu Bersama Selamanya, Dengan Selalu Senantiasa Bergandengngan Tangan, Berada Dalam Pelukkanmu Serta Selalu Bersama Selamanya Hingga Maut Memisahkan Kita Berdua, Dan Ukirlah Cinta Kita Berdua Dalam Keberkahan, Lindungan, Kasih Sayang, Ridha Dan Segala AmpunanNya” 

B.   Adapun sebuah perlakuan kurang pantas yang dilakukan seorang suami kepada istrinya seperti halnya sebuah kasus dimana seorang suami bergantung hidup kepada ibunya, sehingga menyerahkan sepenuhnya nikmat rezeki yang Allah SWT berikan kepada Ibunya, sehingga ibunyapun mempunyai otoritas penuh, untuk mengelola keuangan anaknya yang nantinya sebagian kecil dari rezeki itu diserahkan kepada menantunya. Sebagaimana kasus ini banyak terjadi dan dialami oleh beberapa orang istri, sehingga menjadikan istrinya menitikkan airmata, karena diberikan rezeki yang sangat sedikit oleh mertuanya dikarenakan oleh bergantung hidupnya seorang suami kepada ibunya. 

Terlebih lagi hal itu pernah terjadi dikala seorang istrinya sedang hamil besar, dan berharap agar suatu saat nanti dirinya bersama suaminya dapat membesarkan anaknya berdua dengan rezeki yang cukup, dan patut disyukuri berdua bersama suaminya, namun hanya karena suaminya bergantung kepada ibunya, harapan itu menjadi pupus, dan sang istripun hanya sanggup untuk menangis menitikkan airmata kesedihan. Maka, seharusnya pembelajaran bagi suami adalah seharusnya sebagaimana seorang lelaki yang tidak lain adalah seorang suami dan imam bagi seorang istri, seharusnya mampu untuk menempatkan dirinya untuk menjadi seorang teladan bagi seorang istrinya, dengan tidak mencampur adukkan rezeki untuk keluarga intinya dengan keluarga besarnya, sehingga, dalam pengaplikasikan nikmat rezeki yang telah dipercayakan dan diamanahkan kepada dirinya itu menjadi berkah serta nikmat untuk dipergunakan sebagai penunjang kebutuhan hidupnya. 

Adapun seharusnya seorang suami, diharuskan untuk bersikap, cerdas dan cermat di dalam memanfaatkan segala macam bentuk nikmat rezeki yang telah dipercayakan kepadanya oleh Allah Sang Pemberi Rezeki dan Maha Kaya, untuk tidak memanfaatkan rezeki itu secara berlebihan sebagaimana bekal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya bersama anak istrinya nanti, dengan tidak pernah lupa untuk membimbing dan mengajak serta tidak pernah malu untuk mengatakan kepada istrinya “Wahai istriku, pendamping hidupku yang aku sayangi dan aku cintai, sebagaimana buah cinta dan kasih sayangku, sebagaimana kewajibanku untuk menafkahi dan membahagiakanmu serta anak-anak kita, sebagaimana diriku sebagai imammu dan kamu sebagai istri ataupun bidadari surgaku. Inilah setitik ataupun sedikit nikmat rezeki yang akan aku curahkan kepadamu sebagaimana rezeki yang patut untuk kita syukuri, rezeki yang nikmat untuk kita pergunakan disepanjang hidup anak cucu kita kelak, maka pergunakanlah sebagian rezeki yang aku limpahkan kepadamu ini dengan rasa syukurmu kepada Allah Sang Maha Pemberi Rezeki, dan pergunakanlah dengan bijak dan sederhana untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga kita serta pendidikan anak-anak kita, dan sisihkanlah sebagiannya untuk kita infaq dan kita amalkan sebagaimana bekal hidup di akhirat nanti, dan mohonkanlah selalu segala doa, keberkahan nikmat rezeki, nikmat kebahagian hidup kita berdua bersama anak cucu kita kelak, serta mohonkanlah selalu ampunan dalam sebuah doa atas segala dosa-dosa yang berdasarkan atas kekhilafan yang mungkin pernah kita lakukan semasa hidup, agar hidup kita selalu dihiasi akan kebahagian, keberkahan, keridhaan, dan ampunanNya. Terimalah Serpihan Nikmat Rezeki Ini untuk dipergunakan sebagaimana mestinya, wahai kau Bidadari Surgaku. 

C.   Ada pula sebuah keluarga yang dikarenakan oleh begitu berhasratnya, untuk dapat menjadi orang kaya raya, dan diselimuti oleh banyak harta, selain keluarganya miskin akan nilai-nilai dan falsafah agama, keluarga tersebut melakukan hal apa saja demi meraih kekayaan dan kekuasaan, tidak jarang pula di antara mereka selain melakukan perampasan hak dengan mengesampingkan hak asasi manusia, bahkan sampai ada sebuah keluarga yang dikepalai oleh seorang suami sebagai kepala rumah tangga, dengan tega selain bertindak keji dan melakukan kekerasan kepada istrinya juga ada yang sampai menjual tubuh istrinya untuk dinikmati oleh seorang pria hidung belang, bahkan terkadang ada pula yang suami istrinya itu bersekongkol untuk menjual tubuh anak darah dagingnya sendiri untuk dijadikan sebagai seorang wanita tuna susila, demi mendapatkan harta materi yang di idam-idamkan selama hidupnya. Astaghfirullahaladzim. Seperti inikah sebuah realita kehidupan yang terjadi di dimensi sekarang ini, manusia banyak yang bertindak seperti binatang, hanya karena untuk memenuhi kebutuhan materi dan demi sebuah harta, kekayaan, dan kejayaan. 

Maka, sangatlah penting bagi kita semua, khususnya bagi seorang laki-laki merupakan imam keluarga, untuk dapat memperbaiki diri dan menjauhkan diri kita dari hal-hal yang tidak pantas untuk ditiru, dan untuk dilakukan kepada siapapun termasuk kepada istri ataupun kepada anak-anak kita yang merupakan darah daging kita sendiri, dan jadilah contoh keluarga teladan yang bersandar atas agama, yang berselimut oleh bingkaian keluarga yang sakinah, mawaddah dan warrahmah, dekatkanlah selalu diri kita kepada Allah Sang Maha Pencipta, untuk dapat selalu senantiasa dan bersujud, memohon ampunan, ridha, rahmat, hidayah, dan lautan keberkahaanNya, serta memohonlah selalu agar selalu senantiasa mendapatkan limpahan dan rezeki yang berkah dengan rasa syukur yang mendalam kepadaNya, mintalah selalu agar selalu diberikan kemudahan serta kebahagiaan agar dirinya serta keluarganya kelak dapat menjadi seorang pewaris surga yang selalu dirindukan oleh keindahan surga Firdaus, bersama Nabi Allah, Yaa Rasullullah, Nabi Muhammad SAW bersama para sahabat beserta para pewaris surga lainnya. Aamiin. 

Ciptakanlah selalu keluarga yang bersahaja, harmonis, dan penuh akan cinta di dalam segala rahmat, hidayah, dan keberkahaanNya. Bimbinglah selalu istrimu dan anakmu untuk dapat senantiasa selalu berada dalam jalan yang Allah SWT ridhai dengan selalu memohon ampunan dan kasih sayangNya, serta berodalah selalu agar keluarga yang kita pimpin kelak menjadi sebuah keluarga bahagia akhir masa yang selalu menjadi suri tauladan bagi anak cucu kita kelak. Maka, mulailah selalu untuk dapat mencintai dan menyayangi istri serta anak kita sebagaimana seseorang yang telah Allah SWT titipkan untuk menjadi pendamping hidup dan pelengkap kebahagiaan hidup yang berasal dari tulang rusuk dan darah daging kita. 

Katakanlah selalu pada istri kita “Wahai istriku, bidadari surgaku, kaulah bagian hidupku yang tercipta dari serpihan tulang rusukku, yang aku bahagiakan sepanjang hidupku, yang aku hapus segala tangis kesedihanmu, yang aku nafkahkan dalam setiap keringat dan kerja kerasku, yang aku bimbing dalam kasih sayangku, yang aku bina dalam rasa cintaku, yang aku hidupi bersama anak-anak darah dagingku, yang menjadi ibu terbaik bagi anak-anakku dan yang aku jadikan istri soleha dalam kerajaan cintaku, serta yang aku jadikan kau menjadi seorang bidadari surgaku”, 

Dengarkanlah selalu kata-kataku wahai istriku bahwasannya aku sebagaimana seorang imam, atau suami bagimu ingin selalu mengatakan kepadamu bahwa “aku mencintaimu dengan penuh akan ketulusan dan kemurnian cintaku kepadamu, akupun mencintaimu dengan segala kesucian dan keanggunnan jiwa serta kemuliaan dan keimananmu, akupun mencintaimua dengan senantiasa berpegang teguh akan jalan cahaya yang senantiasa mendapatkan ridha dan kasih sayang Allah Sang Maha Pencipta  yang telah mempersatukan kita berdua. Aku akan selalu menjagamu dan selalu mencintai dirimu serta anak-anak kita dengan selalu menjaga keluarga yang kita bina dari segala perbuatan-perbuatan yang tidak mendapatkan keridhaan dari Allah Sang Maha Pencipta, dan aku akan selalu membina keutuhan rumah tangga kita dengan selalu senantiasa mendapatkan nikmat rezeki yang berlimpah dengan senantiasa mengucap rasa syukur Alhamdulillah kepadaNya, dan berharap dihardirkanNya keberkahan harta yang berlimpah dengan selalu memohon ridha dan ampunanNya, maka tetaplah kamu untuk selalu menjadi istri terbaikku yang selalu menemani aku sepanjang hidupku dan menjadi ibu yang terbaik bagi anak-anak kita hingga mereka menjadi anak yang berguna, dan senantiasa dirindukan oleh keindahan surga Firdaus dengan selalu mengharap ridhaNya” 

Katakanlah pula pada istri kita bahwa “wahai istriku, sesungguhnya aku mencintaimu karena agama, dan aku ingin selalu hidup bersamamu dengan segala keridhaan dan kasih sayangNya, akupun tidak ingin membina hidup bersamamu dalam buaian harta materi yang dapat menggadaikan keimanan kita, hingga kitapun terhanyut dalam lembah kefanaan, dan akupun ingin selalu hidup bahagia dalam kesederhanaan yang senantiasa patut kita syukuri dengan selalu mengucap rasa syukur Alhamdulillah dan bermunajat agar Allah SWT senantia memberikan limpahan rezeki dalam lautan keberkahan, keridhaan serta dalam ampunan yang senantiasa Allah SWT berikan kepada kita, hingga kita dapat menjadi sepasang pewaris surga yang benar-benar dirindukan oleh keindahan surgawi, maka tetaplah kamu untuk dapat menjadi seorang istri yang terbaik sepanjang hidupku dan menjadi seorang bidadari surgaku, karena hidupmu adalah kebahagiaanku”. 

Mungkin seperti itulah gambaran-gambaran yang banyak terjadi dalam sebuah lingkungan keluarga dewasa ini, dan sudah waktunya bagi kita untuk mulai berkaca diri serta menciptakan pribadi baru dalam dinamika keluarga, jangan sampai kita semua selain melalaikan keluarganya, juga melalaikan perintah agama untuk dapat senantiasa dekat dengan Allah SWT yang telah menganugerahkan kehidupan, keberkahan, kesempurnaan, dan kemuliaan untuk dapat menjadi makhluk sempurna dibandingkan makhluk Allah SWT lainnya. 

Maka pergunakanlah selalu otakmu dalam kemurniaan imanmu dan janganlah sesekali kamu berbuat tidak adil kepada keluargamu, khususnya kepada istrimu, dan ingatlah perjuangan yang pernah kamu lewati sebelum kamu dapat menikahi istrimu dan menjadikan dirinya seorang istri, dimana saat itu kamu berjanji untuk dapat membahagiakan dirinya dan bukan untuk selalu menyakitinya serta berbuat kasar padanya, ingatlah pula ijab qabul yang pernah kamu ucapkan dengan disaksikan oleh keluarga serta semesta alam yang bertasbih, dan Allah SWT yang turut serta untuk merestui, meridhai dirimu untuk bersatu dengan istrimu. 

Mulailah dari sekarang untuk belajar menata diri dan merubah paradigm semua untuk senantiasa focus dalam membina keluarga kita agar menjadi sebuah keluarga yang sakinah, mawaddah, warrahmah, yang bukan hanya cukup untuk diucapkan melainkan benar-benar menciptakan keluarga yang demikian, dan mulailah untuk dapat memuliakan seorang wanita atau istrimu sebagaimana yang telah diwariskan kepadamu melalui Rasulullallah, Nabi Muhammad SAW sebagaimana pesan terakhirnya. 

Didiklah selalu anak-anakmu dan istrimu untuk dapat menjadi pewaris surga dan menjadi orang-orang yang dicintai oleh agama, dengan selalu berpegang teguh atas iman dan takwa kepada Allah SWT, dengan senantiasa mengajak, membimbing, mendidik, dan mengayomi diri mereka untuk senantiasa berdoa, bersyukur, bertasbih, berikhtiar memohon yang terbaik dalam balutan cinta, kasih sayang, hidayah, karunia, dan ampunanNya hingga menjadikan dirimu menjadi seorang pewaris surga. 

Akhir kata saya ucapkan terima kasih dan,

STOP KEKERASAN FISIK, PELECEHAN SEKSUAL TERHADAP WANITA,
DAN STOP KEKERASAN FISIK DAN EKSPLOITASI PADA ANAK.

Problematika Seorang Istri 
Tegar Guccie 
8 Agustus 2014

No comments:

Post a Comment