Dialektika Sosial Anak Bangsa

Sebuah perjalanan panjang dalam untaian kata dalam jiwa, dedikasi yang tercipta untuk Sang Pencipta, yang terbaik dalam hidup dan untuk Negeriku Indonesia

Wednesday, August 13, 2014

Jejak Langkah Sang Pujangga



Begitu banyak seorang pujangga yang terlahir dari sebuah seni
Begitu banyak pula seorang pujangga yang mendedikasikan hidupnya demi sebuah cinta
Aku mungkin bukanlah seorang pujangga, tapi aku adalah seorang pecinta wanita
Yang tiada lain, dia adalah seorang istri bagiku dan akanku jadikan dia bidadari surgaku

Kita mungkin saja sama-sama pantas untuk dikatakan sebagai seorang penulis, kita mungkin saja mampu untuk mendedikasikan separuh hidup kita untuk dapat megukir keindahan dunia dalam sejuta kata yang terangkai indah dalam sebuah sastra dan bahasa, kita mungkin sama-sama memacu hasrat  dalam jiwa yang penuh akan cinta-cinta sejati hinggapun kita pantas untuk dapat disebut dan dikenal sebagai seorang maestro pujangga cinta yang hakiki, kita mungkin pula sama-sama menjadi seorang actor peran utama, dan saksi hidup dalam sebuah sandiwara yang sama-sama kita perankan bersama di sebuah pertunjukkan seni kefanaan kehidupan di dunia ini.

Ada yang tertawa terbahak-bahak, ada pula yang menangis sendu-sedan, ada yang baik, ada pula yang jahat, terlebih lagi ada pula orang-orang yang sok eksentrik di dalam menjalani kehidupan ini, dan ketika kita mencari tau akan sebuah arti dalam dirinya, banyak sebagian orang yang tidak pernah mau untuk dapat peduli akan siapa dirinya dan bagaimana dirinya. Seolah-olah hidup ini adalah sebuah pertunjukkan pewayangan yang tiada pernah kita ketahui apa yang akan terjadi dan apa yang tidak akan pernah terjadi, karena segala sesuatunya hanyalah Allah SWT yang mengetahuinya.

Tugas kita sebagaimana seorang manusia hanyalah menjalani hidup ini dengan benar, selalu berada di dalam jalan lurusNya, serta selalu memberikan yang terbaik untuk dunia dan akhirat, hingga pada akhirnya nanti kita semua dapat menikmati kebahagian yang sejati dan tidak akan pernah lekang oleh sebuah waktu. Karena dimasa itulah kita semua akan kembali kepadaNya, maka selama masih kita diberikan suatu kesempatan untuk dapat menjadi seorang pribadi manusia yang berguna bagi dunia dan akhirat, maka berikanlah yang terbaik hingga pada akhirnya kita semua dapat kembali dengan selalu membawa lindungan kasih, sayang, ridha, dan ampunanNya. Mungkin ini hanya sebuah sebagian kecil gambaran hidup di dunia namun, alangkah baiknya bagi kita semua untuk dapat kembali menata diri kita untuk senantiasa meningkatkan mutu, taqwa diri kita di dalam menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya.

Seorang pujangga, dengan para pujangga-pujangga terdahulupun tentunya tidak akan pernah lepas dari segala keridhaan dan kasih sayang Allah SWT. Hingga menjadikan diri mereka terlahir dan pantas untuk dapat dikatakan sebagai seorang pujangga.

Berkaca dari itu semua, dalam sebuah tulisan usang ini, aku mungkin bukanlah seorang pujangga yang mempunyai suatu kemampuan yang melebihi kemampuan para pujangga-pujangga yang pernah terlahir di dunia ini. Meskipun aku mampu untuk mendeskripsikan sebuah karya yang bersumber dari nalar, dan nuraniku yang terbungkus dalam sebuah pemikiran di dalam otakku, namun dapat aku katakan bahwasannya diriku berbeda dengan para pujangga-pujangga terdahulu lainnya yang mungkin telah lama dan telah lebih dahulu lahir dalam kehidupan ini, dan akupun menghargai pujangg-pujangga cinta terdahulu yang pernah terlahir di dunia ini.

Namun, meskipun beberapa diantaranya kita sama dan mendedikasikan sebagian hidup kita untuk dunia, namun jalan jalan hidup kita sangatlah berbeda, dan mungkin aku memanglah terlahir untuk menjadi seorang pujangga cinta seperti kalian, akan tetapi perjalanan hidup kita sangatlah berbeda. Jadi dapat aku katakan bahwa aku memanglah seorang pujangga cinta, seorang pecinta sejati, seorang penyair, seorang penulis yang selalu mewarnai dunia dengan ragam tulisan yang pernah aku torehkan untuk dunia dengan menuai beranekaragam unsur cinta-cinta sejati di dalamnya, dan karena aku adalah seorang pecinta sejati yang mendedikasikan hasrat cintaku kepada seseorang wanita sejati yang pantas untuk aku jadikan dirinya seorang istri bagiku, dan cinta itu akan aku berikan kepada dirinya seorang, meskipun sebelumnya aku pernah menorehkan hasrat cintaku kepada wanita lainnya, namun ku pastikan dan ku tetapkan cintaku kepada wanita lainnya sudah terhapuskan dikala aku meminang dan menjadikan dirinya menjadi bagian hidupku yang aku harapkan dirinya dapat menjadi seorang bidadari surga bagiku.

Aku adalah seorang pecinta sejati yang tiada henti atau lelah untuk dapat bermesraan dengan rimba alam, dan harmonisasi jiwa dalam nada-nada kehidupan, akupun bukanlah seorang pecinta sejati yang selalu membagi-bagikan cinta kepada sejuta wanita yang pernah aku temui, karena aku adalah seorang pecinta sejati yang tercipta untuk dapat mencintai seorang wanita yang telah diriwayatkan untuk dapat menjadi seorang pendamping hidupku disepanjang hidup yang aku lalui, dan bersama dirinya dengan membawa restu, cinta kasih sayang, dan dengan membawa ridha Illahi akupun ingin menjadi seorang pecinta sejati yang tidak pernah lepas untuk dapat menjadi seorang imam yang berakhlak mulia untuk dapat senantiasa mencintai istriku dan anak-anakku dengan senantiasa untuk dapat memuliakan dan menyayangi serta menafkahi dirinya dengan hasil keringatku, akupun ingin senantiasa membimbing mereka dalam berpegang teguh kepada nilai-nilai agama, hingga mereka benar-benar manjadi pribadi yang penuh akan cinta dan menjadi pribadi yang soleh dan soleha.

Sebagaimana seorang pecinta sejati aku hanya ingin mengaplikasikan cinta-cinta sejati yang hanya aku berikan kepada istriku seorang. Karena dengan hidup selalu bersama dirinya, selalu bermesraan dengan dirinya, selalu hidup dalam meraih cintanya dan menikmati keanggunan paras cantik serta kelembutan hati dan kehangatan tubuhnya disaat aku mendekap dan memeluknya, aku rasakan bahwa begitu nikmatnya dunia ini bila aku habiskan waktuku untuk dapat selalu dengan dirinya. Dengan harapan akupun juga merasakan nikmatnya kemuliaan cinta tulus sejati yang hadir dalam keharuman semerbak tubuhnya yang terukir indah disepanjang hidup diriku dengan dirinya, dan dalam bingkaian keluarga yang sakinah, mawaddah, warrahmah tentunya, agar keluarga yang akan aku bina selalu bersama dirinya selain dapat senantiasa untuk bersyukur kepadaNya juga selalu mendapatkan kenikmatan yang tiada henti-hentinya dengan selalu merasakan indahnya kenikmatan disetiap rahmat, hidayah, barakah, ridha, kasih, sayang dan tentunya merasakan nikmat ampunanNya karena segala sesuatunya bahkan ketentuan hidup kitapun akan kembali kepadaNya, maka, dengan begitu bersama istriku, akan aku tanamkan selalu rasa syukur yang bermuara dari diriku sebagai seorang imam bagi istriku, dan anak-anakku, hingga pada akhirnya nanti keluargaku mendapatkan ridhaNya untuk dapat menjadi pewaris surga yang senantiasa selalu mendapatkan keridhaanNya.

Dengan selalu bersama dengan istriku akan aku lewati sebuah perjalanan cinta dalam sebuah romantisme dalam jiwa yang diiringi oleh setiap jejak langkah yang selalu senantiasa mendapatkan restu dariNya, sebagaimana perjalanan cinta yang akan aku lewati bersama istriku, maka akan selalu aku uraikan rasa cinta dan kasih sayangku kepada dirinya dengan selalu menyayangi, membimbing dan memberikan yang terbaik bagi dirinya sebagaimana seorang istri dan seorang ibu bagi anak-anakku kelak.

Akupun akan selalu mengupayakan hidupku untuk dapat menjadi seseorang yang terbaik bagi anak-anakku kelak, hingga disaat mereka tumbuh kembang menjadi dewasa, dan melewati shymphoni kehidupan dengan menjadikan diri mereka sebagaimana sepasang kekasih yang saling mencintai, mereka mampu menafsirkan sebuah cinta sejati kepada seorang kekasih sejati yang tercipta untuk dapat selalu mendampingi hidupnya dan meraih keabadian cinta bersama dirinya.

Dikala diriku dapat selalu bersama dengan istri yang aku cintai ingin sekali lisan diriku untuk dapat mengatakan kepada istriku kekasihku bahwasannya “Wahai istriku, jadikanlah selalu aku menjadi seorang pujangga cinta bagimu, yang senantiasa mendampingi hidupmu dan membawamu dalam bingkaian cahaya surga cinta yang berselimut akan restu, dan kasih sayangNya. Karena sebagian perjalanan hidup yang akan kita lalui berdua adalah untuk dapat selalu hidup bersamamu dan dengan mengharapkan keridhaanNya kita berdua akan terus berupaya untuk menjadikan anak-anak kita menjadi manusia yang soleh dan soleha dan senantiasa selalu berada dalam golongan orang-orang yang senantiasa dirindukan oleh surga Firdaus sebagaimana tempat kita akan kembali”.

Begitu banyak kisah hidup dalam sebuah romantika romansa cinta para pujangga, namun aku pastikan tidak akan pernah ada kisah romansa cinta yang terindah kecuali romansa cinta anatara diriku dengan istriku, begitu banyak makna-makna cinta yang selalu tersaji indah dalam hidupku, semoga disetiap jalan kehidupan yang aku tapaki bersama istriku dan anak-anakku kelak, selalu mendapatkan restu yang Illahi berikan dengan disaksikan oleh keindahan semesta alam yang senantia bertasbih kepadaNya. Akupun berharap bersama dengan istriku, anak-anakku, dan juga cucu-cucuku dengan membawa cinta yang senantiasa diawali dengan rasa syukur kepada Illahi, kita dapat menjadi seseorang yang mendapatkan ridhaNya untuk dapat menjadi seorang pewaris surga bersama dengan ahli-ahli surga terutama bersama Nabi Muhammad SAW, berserta sahabat-sahabatnya serta bersama Fatimah Az-Zahra.

Jejak Langkah Sang Pujangga
Tegar Guccie
12 Agustus 2014

Transformasi Kehidupan Dimasa Itu



Masih teringat jelas dalam ingatanku akan terjadinya dimasa itu, dimana aku sendiri berjalan menuju gedung DPR/MPR menjadi saksi akan terjadinya peristiwa dimasa itu,  dan akupun bergabung dalam sebuah gemuruh massa yang hadir berorasi, menyuarakan sebuah aspirasi putih menuntut kemajuan negeri, dan disanapun aku juga menemui beberapa orang teman yang sudah lama dan terbiasa untuk berjuang dalam sebuah orasi sumbang, di gedung DPR/MPR bersama dengan beberapa orang seniorku yang juga telah lama untuk menyempatkan diri mereka untuk melakukan aksi demonstrasi menyuarakan sebuah aspirasi untuk kemajuan Negara, meskipun awalnya aku sendiri, dan pada akhirnya bergabung menjadi satu dengan beberapa kawan-kawanku, serta beberapa orang seniorku dimasa kuliah dulu, masih teringat akan sebuah perjuangan dimasa itu, meskipun tidak seperti peristiwa memilukan di tahun 1998, dimasa 1998 itu, karena dimasa itu aku masihlah seorang anak ingusan dengan seragam putih merah yang gemar petantang-petenteng dengan sebuah celotehan tolol, dan ketika SMP mulai tersadar akan sebuah perjuangan untuk nusa bangsa, sampai-sampai pernah bermimpi dimasa SMP itu untuk dapat menurunkan seorang presiden untuk dapat turun dalam kursi jabatannya, dan ketika ditanya oleh seorang kepala sekolah setelah SMP mau masuk SMA mana dengan tololnya yang menjawab mau kuliah biar bisa nurunin seorang presiden. Hahahahaha…
Kembali kepada perjuangan yang pernah aku lalui bersama beberapa orang seniorku serta beberapa temanku, beserta elemen masyarakat yang ikut tergabung akan aksi bersama “REFORMA AGRARIA” dimasa itu, Aku ingat akan sebuah perjuangan dimana kita semua berjuang bersama bertarung dengan rimba zaman menatap masa depan untuk kemajuan negeri, tergabung dalam sebuah aksi dorong-dorongan dengan barisan serdadu polisi dengan senjata pentungan dan tameng persenjataan lengkap, tidak lupa dengan watercanon, dan dengan gas airmatanya, serta sebuah tangisan sendu seorang petani tua yang menangis menceritakan tentang kehidupannya yang sulit untuk mereka lalui, dan menangis dalam pelukkan saya karena tak mampu menahan airmata kesedihan akan sulitnya kehidupan yang di alaminya,  sebagaimana yang petani tua rasakan dalam sebuah duka tangis airmatanya seraya mengatakan bahwa “Dirinya, berupaya untuk berjuang dalam teriknya panas matahari, bertarung melawan waktu, menahan sakit karena tubuh yang tua renta untuk menanam padi dan memenuhi kebutuhan pangan untuk semua elemen masyarakat bahkan negara, tapi keringat dan perjuangannya, menjadi sia-sia yang dikarenakan oleh kenaikkan harga gabah, dan kebutuhannya dalam bercocok tanam, terlebih lagi nilai jual ataupun hasil yang mereka dapatkan tidak dapat mencukupi kehidupannya, sehingga terkadang dirinya tak sanggup untuk menahan perutnya yang lapar, dan tak mampu untuk dapat menghidupi keluarganya.

Dalam sebuah aksi dimasa itu, Kitapun sama-sama menunjukkan sebuah kepalan tangan sebagaimana bukti perlawanan kita terhadap sebuah kebijakkan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyatnya, menjadikan rakyat menangis, menjerit, berteriak serta menuntut terwujudnya apa yang menjadi landasan kerangka berfikir yang terkandung dalam aspirasi putihnya, menolak akan sebuah kebijakan yang dianggap tidak berpihak kepada rakyatnya. Sorak-sorai yel-yel, nyanyian perlawanan dan sumpah persatuanpun selalu menjadi pemacu semangat juang dalam menyuarakan aspirasi perjuangan di dalam membela hak-hak asasi manusia dengan mengatasnamakan rakyat, menyuarakan sebuah tuntutan yang terdiri dari “TANAH, UPAH, KERJA” serta menyuarakan sebuah tuntutan “PENOLAKAN” terhadap kenaikkan BBM, sorak-sorai para Mahasiswa, Elemen Buruh, serta perwakilan masyarakat dengan semangat yang berkobarpun tanpa pernah letih untuk menyuarakan aspirasi putihnya demi terbentuknya sebuah tatanan masyarakat adil, sejahtera yang tidak hanya mementingkan kepentingan golongan, melainkan mementingkan kesejahteraan rakyat pada khususnya, serta kepentingan dan kemajuan Negara dimata dunia pada umumnya.

Orasi-orasi ilmiah dihadapan public menjadi suatu senjata ampuh yang mewakili terbentuknya sebuah aspirasi putih demi keutuhan Negara, terlihat beberapa perwakilan anggota dewan yang turut andil dalam aksi disana menyampaikan dukungan terhadap rakyat semesta dalam sebuah orasi ilmiahnya, hanya saja sebagian dari mereka yang turut andil menyampaikan orasinya sebagaimana seorang anggota dewan, tidak mau untuk menanggalkan posisi jabatannya sebagaimana seorang anggota dewan ataupun ke partaiannya, dan hanya bisa berkoar dalam menyampaikan orasinya tanpa pernah mau melepaskan dirinya dari sebuah penjagaan keamanan dari aparat yang terkait, pasalnya jika memang anggota dewan pro kepada rakyat, persilahkan saja para pengawalnya untuk masuk kembali ke tempat mereka bekerja dan tinggalkan orang yang ingin mereka kawal, jika memang dia ingin berorasi bersama rakyat dan mengatasnamakan rakyat semesta, bila perlu damaikan kawan-kawan mereka yang sombong dan terbuai akan sebuah manifesto kemewahan duniawi dalam lelap tidurnya dalam sebuah kursi jabatannya untuk dapat turun bersama rakyat semesta, dan ikut serta membela apa yang menjadi sebuah hak-hak rakyat. Simple saja jika anggota dewan tersebut benar-benar berani untuk menyuarakan aspirasi putihnya untuk rakyat, maka suarakan aspirasi tersebut benar-benar untuk rakyat dengan menanggalkan kursi jabatan yang mereka pegang dalam DPR ataupun Partai Politik, dan bagaimana keseriusan mereka untuk menyampaikan orasi ilmiahnya biarkan saja rakyat yang menjadi penyeleksinya, dengan syarat lumrah mereka harus siap untuk ditertawakan oleh rakyat, dan mendapatkan hinaan dari rakyat yang melakukan aksi di waktu itu.

Seharusnyapun para anggota dewan yang mendiami gedung DPR/MPR tersebut harusnya sadar akan peran mereka serta mengingat seberapa kotornya mereka sebelum menduduki fungsi jabatan sebagaimana seorang anggota dewan, dan meningkatkan kepedulian mereka kepada rakyat, bukannya harus menjadi bangkai yang tidak berguna, merampas hak-hak rakyat dengan melupakannya dan menikmati kemewahan yang membutakan mata nurani mereka. Seharusnyapun dimasa itu aparat yang terkait bukannya mengamankan atau membatasi ruang langkah gerak elemen masyarakat yang menyampaikan aspirasi putih demi terciptanya tatanan masyarakat yang sama-sama kita inginkan, melainkan mereka sebagai aparat yang terkait seharusnya ikut serta untuk mendukung apa yang menjadi landasan fundamental dalam aspirasi yang diorasikan untuk terciptanya Negara yang adil sejahtera dan berdaulat, dan bukannya harus menjadi penghalang serta menjadi alat adu domba untuk menghalangi apa yang disuarakan oleh elemen aksi.

Mungkin kini masanya sudah berbeda, dan sudah bukan zamannya lagi bagi diriku untuk turun serta terjun langsung dalam sebuah management aksi, karena kehidupanku kini sudah berbeda, karena sudah waktunya bagi diriku untuk memfokuskan diriku untuk memberikan yang terbaik bagi keluarga, sahabat, serta memberikan yang terbaik pula kepada seseorang yang mendapatkan ridha Allah SWT untuk dapat menjadi seorang istri yang soleha, dan seorang ibu yang terbaik bagiku dan anak-anakku kelak. Namun, meskipun aku memfokuskan diriku untuk memberikan yang terbaik bagi keluarga, sahabat, dan keluarga inti yang aku bina dan aku didik nanti, sungguh sangat besar harapanku akan sebuah mimpi mulia untuk dapat menjadikan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini menjadi Negara yang maju, adil sejahtera, dan berdaulat.

Akupun ingin memberikan yang terbaik untuk Negara yang aku cintai ini dalam sebuah karya-karyaku untuk nusa bangsa, walau hanya dalam sebuah tulisan-tulisan usang, yang mungkin tidak mengandung arti bagi siapapun, dan biarkan saja pengalaman yang pernah aku rasakan, meskipun aku bukanlah seorang orator ilmiah yang pandai untuk berorasi, dan merasakan pahitnya teradu domba dengan aparat kepolisian dalam sebuah aksi dorong-dorongan, mendapatkan siraman watercanon, merasakan semburan gas airmata digedung DPR/MPR, menjadi sebuah pengalaman yang tidak pernah terlupakan, dengan harapan besar pula bagiku, generasi-generasi muda setelahku dapat menunjukkan bahwasannya mereka adalah generasi muda yang tangguh, dan mampu memberikan yang terbaik untuk kemajuan nusa bangsa, Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Adapun sebuah pesan yang ingin aku sampaikan kepada generasi muda setelahku, dan generasi-generasi berikutnya agar “Jadikanlah dirimu menjadi generasi muda penerus bangsa yang terbaik, dan berkorbanlah kalian dalam sebuah semangat juangmu demi meraih cita-cita dan masa depan yang terbaik bagi nusa dan bangsa, mampu dalam menyatakan sikap geriliya demi kemajuan negara, serta menjadi generasi muda yang berkualitas dengan menunjukkan potensi diri, mampu memberikan yang terbaik demi bangsa dan negara, tunjukkan semangat mudamu dibawah bendera merah putih yang menyelimuti setiap jejak langkahmu".

Mungkin tidak banyak yang dapat aku sampaikan dalam tulisan yang tidak bermanfaat ini, namun, dalam sebuah tulisan usang ini, aku masih mempunyai harapan sebagaimana sebuah mimpiku sejak dahulu, akan terciptanya sebuah tatanan masyarakat yang adil sejahtera, sebagaimana perwujudan akan terciptanya sebuah Negara yang maju, yang mampu menunjukkan kedaulatannya dihadapan di dunia.

Semoga saja dimasa akan datang tidak lagi tangisan airmata mereka yang terjajah, terinjak-injak, terdogma dalam sebuah polifrasi kepentingan-kepentingan busuk yang menjadikan rakyat semesta terjerat lehernya dan tercabut hak-hak hidupnya karena dirong-rong luka karena ketidakadilan, jangan biarkan lagi mereka yang lapar, menjadi sebuah suguhan menarik bagi media televisi, radio, Koran atau media lainnya yang menceritakan akan kehidupan mereka yang lapar.

MAJULAH NEGERIKU, BANGKITLAH INDONESIAKU, DAN BERJUANGLAH PUTERA-PUTERI PENERUS BANGSA DENGAN KOBARKAN SEMANGAT MUDA PENUH AKAN PERJUANG DEMI TERWUJUDNYA INDONESIA BARU YANG LEBIH BAIK JUJUR, ADIL, SEJAHTERA DAN BERDAULAD DI MATA DUNIA.

Salam hangat, dan salam perjuangan Merah Putih

Transformasi Kehidupan Dimasa Itu
Tegar Guccie
13 August 2014


Thursday, August 7, 2014

Problematika Seorang Istri

Muliakanlah seorang istri sebagaimana pendamping hidupmu
Bahagiakanlah seorang istri, dengan menjadikannya menjadi bidadari surgamu
Seorang istri tercipta dari tulang rusuk seorang suami, sebagai seorang imam bagi istrimu
Maka, bahagiakanlah istrimu sebagaimana bagian dari hidupmu.

Begitu banyak cerita kehidupan di dunia ini, begitu banyak pelajaran yang dapat kita petik suatu pembelajaran dari setiap problematika kehidupan ini, ada suatu kebenaran, dan adapula suatu kesalahan, seperti inilah kehidupan didunia yang fana ini. Dalam sebuah coretan sembilu yang tidak mengandung arti ini, banyak sekali problematika yang banyak terjadi di dunia ini, khususnya di negeri Indonesia yang permai ini, dan dalam sebuah coretan usang ini, ingin sekali untuk mengupas problematika yang terjadi dan pernah dialami oleh seorang istri, mulai dari mendapatkan kekerasan fisik, tidak mendapatkan kecukupan nafkah materi dari seorang suami, dan adapula yang mendapatkan pelecehan seksual atau kekerasan seks yang dilakukan oleh suaminya bahkan sampai ada yang dijual oleh suaminya untuk memuaskan nafsu birahi laki-laki hidung belang, hanya demi sebuah nilai materi. Astagfirullahaladzim 

Semoga saja dengan menjaga diri, dan selalu berlindung kepada Allah SWT, kita semua dapat terhindar dari perbuatan nista dan dzalim. Amin. Berkaca dari semakin berkembangnya sebuah zaman, yang di dorong oleh semakin meningkatnya ketidakseimbangannya sebuah peradaban banyak menjadi sebuah pemicu, akan segala problematika yang terjadi di bangsa ini pada dewasa ini, dan anehnya banyak sekali hal-hal yang tidak pantas dan terjadi pada seorang wanita, dan itupun juga terkadang bukanlah secara keseluruhan dikarenakan oleh kesalahan seorang pria, melainkan juga banyak hal yang dikarenakan oleh seorang wanita itu sendiri sehingga sulit bagi kita untuk dapat memahami siapa yang salah dan siapa yang patut untuk dipersalahkan, karena dewasa ini seorang pria dengan seorang wanita pada intinya sama. Seperti halnya sebuah contoh: dewasa ini banyak sekali wanita yang menjadi korban sebuah gaya hidup atau sebuah fashion style, dimana dewasa ini sudah mulai banyak wanita-wanita yang terbiasa untuk memamerkan auratnya ketimbang menutupi auratnya dan anehnya banyak pula wanita yang bangga untuk memamerkan bagian tubuhnya bahkan, memamerkan tubuhnya tanpa sehelai benangpun, tanpa ada dasar malu dijejaring sosial dengan alasan sebuah gaya hidup, sebuah seni, bahkan sebagai sebuah media pencari nafsu demi mendapatkan sebuah kepuasan seks dan pundi-pundi rupiah.

Sangat memalukan memang tapi seperti inilah problematika yang mengiris nurani, pada zaman sekarang ini, sehingga dapat dikatakan bahwasannya saat ini tidak serta merta menjadi suatu kesalahan bagi seorang pria, namun banyak pula kesalahan-kesalahan yang tidak pantas yang dilakukan oleh seorang wanita, bahkan tindakan asusilapun mungkin saja bisa terjadi disaat seorang wanita itu lengah, ataupun disaat wanita itu secara tidak sadar bahwa dirinya dengan memperlihatkan sedikit auratnya yang secara tidak sadar, mengundang nafsu birahi seorang Pria, seperti contoh, dan menjadi suatu pertanyaan  adalah seperti halnya seorang wanita yang maaf, beraktifitas dengan pakaian yang minim, ataupun pakaian yang memperlihatkan lekuk tubuhnya, dan yang menjadikan suatu pertanyaan adalah apa yang menjadi suatu tujuan bagi seorang wanita untuk menggunakan pakaian yang minim, kalau bukan atas dasar ingin menggoda seorang pria? Dan jika ingin menggoda seorang pria mengapa tidak dilakukan untuk menggoda suaminya saja? Dan jika menggunakan pakaian yang serba minim dan memperlihatkan bagian tubuhnya bukan karena dasar untuk ingin dilihat oleh banyak pasang mata pria, maka kenapa harus dipergunakan di depan umum? Kenapa tidak dikenakan disaat bersama suaminya di rumah dan bukan di depan umum atau disebar luaskan di media jejaring sosial?. Pantas atau tidaknya silahkan berkaca kepada hati nurani, dan tidak ada satupun maksud untuk merendahkan harga diri seorang wanita dalam sebuah tulisan usang ini, melainkan ingin membangun kembali, dan merubah paradokstifitas yang banyak terjadi menghiasi problematika negeri ini. Ntah apa yang akan mereka tuju, dan apa yang mereka inginkan dari dunia ini, tidak ada satupun yang dapat mengetahuinya, oleh karena itu perlu adanya pembenahan moral yang harus ditanamkan pada jiwa-jiwa mereka agar dapat terhindar dari perbuatan aniaya yang sangat tidak pantas untuk dialami oleh siapapun, khususnya bagi wanita.

Kembali kepada konteks kehidupan rumah tangga, menyikapi banyaknya problematika yang banyak dialami oleh seorang istri yang mendapatkan perlakuan tidak adil dari suaminya, dan berdasarkan oleh banyaknya cerita yang terjadi dewasa ini ada beberapa hal yang mengiris telinga dikala mengetahui apa yang dialami oleh seorang istri atas perlakuan seorang suami yang seharusnya menjaga dan membahagiakan istrinya. Beberapa kisah tersebut akan dituliskan secara garis besarnya saja, dengan maksud dapat menjadi suatu pembelajaran yang dapat untuk kita petik hikmahnya sehingga kita semua dapat untuk berkaca diri dan terhindar dari perbuatan-perbuatan yang dzalim, kisah-kisah tersebut  antara lain:

A.  Sebagaimana seorang pria, dan sebagaimana sebagai seorang suami, sudah sepatutnya bagi dirinya untuk dapat membahagiakan istrinya, dan bukannya bertindak arogan bahkan sampai melakukan kekerasan fisik kepada istrinya, sebagaimana, banyak sekali hal-hal mungkin sebuah cerita dari beberapa orang wanita yang merupakan seorang istri mengatakan bahwasannya “Dirinya pernah mengalami akan suatu ketidakadilan yang dilakukan oleh seorang suami” dalam hal ini adalah kekerasan fisik, dimana istrinya mendapatkan pukulan, tamparan, bahkan sampai terluka karena suaminya, dan anehnya banyak istri-istri yang sabar dan mendedikasikan hidupnya untuk memberikan yang terbaik bagi suaminya, ntah siapa yang salah dan siapa yang patut dipersalahkan serta siapa yang memulainya? Tapi yang jelas kalau sampai melukai ataupun bertindak aniaya, dirasa kurang pantas untuk dilakukan. Karena kekerasan fisik pada seorang istri bukanlah suatu solusi penyelesaian masalah rumah tangga, terlebih akan menimbulkan perselisihan kompleks yang berujung kepada perceraian. Sebagaimana hal yang diriwayatkan kepada kita sebagaimana umat muslim, perceraian itu merupakan suatu hal yang dibenci oleh agama, dan berimpact kepada pertumbuhan kedewasaan anak-anak ketika mengetahui bahwa kedua orang tuanya berpisah. 

Seharusnya seorang suami dibandingkan harus menyelesaikan suatu permasalahan dengan istrinya harus mampu mengesampingkan emosinya dengan beritikad baik, dan tutur kata yang halus kepada istrinya tanpa pernah untuk dapat memperlakukan istrinya dengan tindakan yang dapat melukai hati dan fisik istrinya. Seharusnyapun seorang suami harus dapat selalu menjadi imam yang terbaik bagi istrinya dengan selalu berusaha, dan terus berusaha untuk senantiasa bersabar dalam menghadapi permasalahan serta senantiasa untuk dapat membimbing setiap jejak langkah kaki istrinya dengan langkah meraih suatu kemuliaan cinta dan kasih sayang yang berpedoman kepada keimanan sehingga istrinyapun dapat menjadi istri yang soleha. Maka, bimbinglah istri kita untuk menjadi bidadari surga kita sepanjang hidup tanpa pernah untuk menyakiti dirinya bahkan sampai tega menjadikan dirinya sebagaimana alas kaki. Karena seorang istri dinikahkan oleh seorang suami adalah untuk menjadi seorang pendamping hidup suaminya disepanjang hembusan nafas suaminya, dengan senantiasa memberikan kebahagiaan satu sama lain serta memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya kelak. Maka, setidaknya sebagai seorang suami dan sebagaimana seorang imam keluarga, agar tidak pernah untuk berupaya bahkan sampai melakukan tindakkan kekerasan kepada istrinya, dan sebelum hal itu terjadi cobalah untuk meredam emosi atau menahan amarah dan jangan sampai, harus tega untuk bertindak kekerasan bahkan sampai tega menyiksa istrinya.  Cobalah ingat kembali berbagai macam kenangan manis bersama istri disaat bermesraan dahulu sebelum menjadikan dirinya seorang istri, ingatlah apa yang dilakukan disaat dirinya menangis ketika masih pacaran dahulu, ingatlah kenangan disaat seorang suami melamar dirinya untuk menjadikan seorang istri dengan meminta kepada orang tuanya agar dinikahkan, ingatlah pula perjuangan yang harus dilewati disaat meraih tangan halusnya sebelum dijadikan seorang istri bagi seorang suami, dan yang tidak kalah penting adalah ingatlah wajah-wajah anak-anak nantinya disaat ibunya tersakiti, serta ingatlah kembali janji suci (ijab Qabul) yang pernah terucap dan disaksikan oleh semesta alam yang bertasbih. 

Adapun guna untuk mencegah terjadinya tindak kekerasan yang dilakukan oleh seorang suami, maka, setidaknya seorang suami membiasakan dirinya, istrinya, dan anak-anaknya untuk dapat mempelajari dan memahami akan bagaimana menciptakan keluarga yang sakinah, mawadah, warrahmah yang tidak pernah terlepas dari element kesederhanaan, berdasarkan atas agama, serta sebagai seorang imampun juga harus mampu untuk menahan diri dari setiap amarahnya dan mampu untuk mendidik serta membimbing keluarga untuk dapat selalu berada dalam jalan yang senantiasa Allah SWT ridhai, dengan tanpa pernah lupa untuk mensyukuri segala nikmat, hidayah, keberkahan, dan rezeki serta mengharapkan segala ampunanNya. 

Biasakanlah diri kita untuk senantiasa dapat mengatakan kepada istri kita bahwa “Aku Mencintai Dirimu Istriku”, “Kamu, Aku Nikahkan Untuk Aku Bahagiakan, Bukan Untuk Aku Sakiti”, “Jagalah Selalu Cinta Tulusku Kepadamu Hingga Akhir Hidupmu Dengan Selalu Menjadi Istriku Bidadari Surgaku”, “Terima Kasihku, Karena Kamu Telah Menjadi Istriku”, dan “Hadirkanlah Selalu Cintamu dan Cintaku, Untuk Dapat Selalu Bersama Selamanya, Dengan Selalu Senantiasa Bergandengngan Tangan, Berada Dalam Pelukkanmu Serta Selalu Bersama Selamanya Hingga Maut Memisahkan Kita Berdua, Dan Ukirlah Cinta Kita Berdua Dalam Keberkahan, Lindungan, Kasih Sayang, Ridha Dan Segala AmpunanNya” 

B.   Adapun sebuah perlakuan kurang pantas yang dilakukan seorang suami kepada istrinya seperti halnya sebuah kasus dimana seorang suami bergantung hidup kepada ibunya, sehingga menyerahkan sepenuhnya nikmat rezeki yang Allah SWT berikan kepada Ibunya, sehingga ibunyapun mempunyai otoritas penuh, untuk mengelola keuangan anaknya yang nantinya sebagian kecil dari rezeki itu diserahkan kepada menantunya. Sebagaimana kasus ini banyak terjadi dan dialami oleh beberapa orang istri, sehingga menjadikan istrinya menitikkan airmata, karena diberikan rezeki yang sangat sedikit oleh mertuanya dikarenakan oleh bergantung hidupnya seorang suami kepada ibunya. 

Terlebih lagi hal itu pernah terjadi dikala seorang istrinya sedang hamil besar, dan berharap agar suatu saat nanti dirinya bersama suaminya dapat membesarkan anaknya berdua dengan rezeki yang cukup, dan patut disyukuri berdua bersama suaminya, namun hanya karena suaminya bergantung kepada ibunya, harapan itu menjadi pupus, dan sang istripun hanya sanggup untuk menangis menitikkan airmata kesedihan. Maka, seharusnya pembelajaran bagi suami adalah seharusnya sebagaimana seorang lelaki yang tidak lain adalah seorang suami dan imam bagi seorang istri, seharusnya mampu untuk menempatkan dirinya untuk menjadi seorang teladan bagi seorang istrinya, dengan tidak mencampur adukkan rezeki untuk keluarga intinya dengan keluarga besarnya, sehingga, dalam pengaplikasikan nikmat rezeki yang telah dipercayakan dan diamanahkan kepada dirinya itu menjadi berkah serta nikmat untuk dipergunakan sebagai penunjang kebutuhan hidupnya. 

Adapun seharusnya seorang suami, diharuskan untuk bersikap, cerdas dan cermat di dalam memanfaatkan segala macam bentuk nikmat rezeki yang telah dipercayakan kepadanya oleh Allah Sang Pemberi Rezeki dan Maha Kaya, untuk tidak memanfaatkan rezeki itu secara berlebihan sebagaimana bekal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya bersama anak istrinya nanti, dengan tidak pernah lupa untuk membimbing dan mengajak serta tidak pernah malu untuk mengatakan kepada istrinya “Wahai istriku, pendamping hidupku yang aku sayangi dan aku cintai, sebagaimana buah cinta dan kasih sayangku, sebagaimana kewajibanku untuk menafkahi dan membahagiakanmu serta anak-anak kita, sebagaimana diriku sebagai imammu dan kamu sebagai istri ataupun bidadari surgaku. Inilah setitik ataupun sedikit nikmat rezeki yang akan aku curahkan kepadamu sebagaimana rezeki yang patut untuk kita syukuri, rezeki yang nikmat untuk kita pergunakan disepanjang hidup anak cucu kita kelak, maka pergunakanlah sebagian rezeki yang aku limpahkan kepadamu ini dengan rasa syukurmu kepada Allah Sang Maha Pemberi Rezeki, dan pergunakanlah dengan bijak dan sederhana untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga kita serta pendidikan anak-anak kita, dan sisihkanlah sebagiannya untuk kita infaq dan kita amalkan sebagaimana bekal hidup di akhirat nanti, dan mohonkanlah selalu segala doa, keberkahan nikmat rezeki, nikmat kebahagian hidup kita berdua bersama anak cucu kita kelak, serta mohonkanlah selalu ampunan dalam sebuah doa atas segala dosa-dosa yang berdasarkan atas kekhilafan yang mungkin pernah kita lakukan semasa hidup, agar hidup kita selalu dihiasi akan kebahagian, keberkahan, keridhaan, dan ampunanNya. Terimalah Serpihan Nikmat Rezeki Ini untuk dipergunakan sebagaimana mestinya, wahai kau Bidadari Surgaku. 

C.   Ada pula sebuah keluarga yang dikarenakan oleh begitu berhasratnya, untuk dapat menjadi orang kaya raya, dan diselimuti oleh banyak harta, selain keluarganya miskin akan nilai-nilai dan falsafah agama, keluarga tersebut melakukan hal apa saja demi meraih kekayaan dan kekuasaan, tidak jarang pula di antara mereka selain melakukan perampasan hak dengan mengesampingkan hak asasi manusia, bahkan sampai ada sebuah keluarga yang dikepalai oleh seorang suami sebagai kepala rumah tangga, dengan tega selain bertindak keji dan melakukan kekerasan kepada istrinya juga ada yang sampai menjual tubuh istrinya untuk dinikmati oleh seorang pria hidung belang, bahkan terkadang ada pula yang suami istrinya itu bersekongkol untuk menjual tubuh anak darah dagingnya sendiri untuk dijadikan sebagai seorang wanita tuna susila, demi mendapatkan harta materi yang di idam-idamkan selama hidupnya. Astaghfirullahaladzim. Seperti inikah sebuah realita kehidupan yang terjadi di dimensi sekarang ini, manusia banyak yang bertindak seperti binatang, hanya karena untuk memenuhi kebutuhan materi dan demi sebuah harta, kekayaan, dan kejayaan. 

Maka, sangatlah penting bagi kita semua, khususnya bagi seorang laki-laki merupakan imam keluarga, untuk dapat memperbaiki diri dan menjauhkan diri kita dari hal-hal yang tidak pantas untuk ditiru, dan untuk dilakukan kepada siapapun termasuk kepada istri ataupun kepada anak-anak kita yang merupakan darah daging kita sendiri, dan jadilah contoh keluarga teladan yang bersandar atas agama, yang berselimut oleh bingkaian keluarga yang sakinah, mawaddah dan warrahmah, dekatkanlah selalu diri kita kepada Allah Sang Maha Pencipta, untuk dapat selalu senantiasa dan bersujud, memohon ampunan, ridha, rahmat, hidayah, dan lautan keberkahaanNya, serta memohonlah selalu agar selalu senantiasa mendapatkan limpahan dan rezeki yang berkah dengan rasa syukur yang mendalam kepadaNya, mintalah selalu agar selalu diberikan kemudahan serta kebahagiaan agar dirinya serta keluarganya kelak dapat menjadi seorang pewaris surga yang selalu dirindukan oleh keindahan surga Firdaus, bersama Nabi Allah, Yaa Rasullullah, Nabi Muhammad SAW bersama para sahabat beserta para pewaris surga lainnya. Aamiin. 

Ciptakanlah selalu keluarga yang bersahaja, harmonis, dan penuh akan cinta di dalam segala rahmat, hidayah, dan keberkahaanNya. Bimbinglah selalu istrimu dan anakmu untuk dapat senantiasa selalu berada dalam jalan yang Allah SWT ridhai dengan selalu memohon ampunan dan kasih sayangNya, serta berodalah selalu agar keluarga yang kita pimpin kelak menjadi sebuah keluarga bahagia akhir masa yang selalu menjadi suri tauladan bagi anak cucu kita kelak. Maka, mulailah selalu untuk dapat mencintai dan menyayangi istri serta anak kita sebagaimana seseorang yang telah Allah SWT titipkan untuk menjadi pendamping hidup dan pelengkap kebahagiaan hidup yang berasal dari tulang rusuk dan darah daging kita. 

Katakanlah selalu pada istri kita “Wahai istriku, bidadari surgaku, kaulah bagian hidupku yang tercipta dari serpihan tulang rusukku, yang aku bahagiakan sepanjang hidupku, yang aku hapus segala tangis kesedihanmu, yang aku nafkahkan dalam setiap keringat dan kerja kerasku, yang aku bimbing dalam kasih sayangku, yang aku bina dalam rasa cintaku, yang aku hidupi bersama anak-anak darah dagingku, yang menjadi ibu terbaik bagi anak-anakku dan yang aku jadikan istri soleha dalam kerajaan cintaku, serta yang aku jadikan kau menjadi seorang bidadari surgaku”, 

Dengarkanlah selalu kata-kataku wahai istriku bahwasannya aku sebagaimana seorang imam, atau suami bagimu ingin selalu mengatakan kepadamu bahwa “aku mencintaimu dengan penuh akan ketulusan dan kemurnian cintaku kepadamu, akupun mencintaimu dengan segala kesucian dan keanggunnan jiwa serta kemuliaan dan keimananmu, akupun mencintaimua dengan senantiasa berpegang teguh akan jalan cahaya yang senantiasa mendapatkan ridha dan kasih sayang Allah Sang Maha Pencipta  yang telah mempersatukan kita berdua. Aku akan selalu menjagamu dan selalu mencintai dirimu serta anak-anak kita dengan selalu menjaga keluarga yang kita bina dari segala perbuatan-perbuatan yang tidak mendapatkan keridhaan dari Allah Sang Maha Pencipta, dan aku akan selalu membina keutuhan rumah tangga kita dengan selalu senantiasa mendapatkan nikmat rezeki yang berlimpah dengan senantiasa mengucap rasa syukur Alhamdulillah kepadaNya, dan berharap dihardirkanNya keberkahan harta yang berlimpah dengan selalu memohon ridha dan ampunanNya, maka tetaplah kamu untuk selalu menjadi istri terbaikku yang selalu menemani aku sepanjang hidupku dan menjadi ibu yang terbaik bagi anak-anak kita hingga mereka menjadi anak yang berguna, dan senantiasa dirindukan oleh keindahan surga Firdaus dengan selalu mengharap ridhaNya” 

Katakanlah pula pada istri kita bahwa “wahai istriku, sesungguhnya aku mencintaimu karena agama, dan aku ingin selalu hidup bersamamu dengan segala keridhaan dan kasih sayangNya, akupun tidak ingin membina hidup bersamamu dalam buaian harta materi yang dapat menggadaikan keimanan kita, hingga kitapun terhanyut dalam lembah kefanaan, dan akupun ingin selalu hidup bahagia dalam kesederhanaan yang senantiasa patut kita syukuri dengan selalu mengucap rasa syukur Alhamdulillah dan bermunajat agar Allah SWT senantia memberikan limpahan rezeki dalam lautan keberkahan, keridhaan serta dalam ampunan yang senantiasa Allah SWT berikan kepada kita, hingga kita dapat menjadi sepasang pewaris surga yang benar-benar dirindukan oleh keindahan surgawi, maka tetaplah kamu untuk dapat menjadi seorang istri yang terbaik sepanjang hidupku dan menjadi seorang bidadari surgaku, karena hidupmu adalah kebahagiaanku”. 

Mungkin seperti itulah gambaran-gambaran yang banyak terjadi dalam sebuah lingkungan keluarga dewasa ini, dan sudah waktunya bagi kita untuk mulai berkaca diri serta menciptakan pribadi baru dalam dinamika keluarga, jangan sampai kita semua selain melalaikan keluarganya, juga melalaikan perintah agama untuk dapat senantiasa dekat dengan Allah SWT yang telah menganugerahkan kehidupan, keberkahan, kesempurnaan, dan kemuliaan untuk dapat menjadi makhluk sempurna dibandingkan makhluk Allah SWT lainnya. 

Maka pergunakanlah selalu otakmu dalam kemurniaan imanmu dan janganlah sesekali kamu berbuat tidak adil kepada keluargamu, khususnya kepada istrimu, dan ingatlah perjuangan yang pernah kamu lewati sebelum kamu dapat menikahi istrimu dan menjadikan dirinya seorang istri, dimana saat itu kamu berjanji untuk dapat membahagiakan dirinya dan bukan untuk selalu menyakitinya serta berbuat kasar padanya, ingatlah pula ijab qabul yang pernah kamu ucapkan dengan disaksikan oleh keluarga serta semesta alam yang bertasbih, dan Allah SWT yang turut serta untuk merestui, meridhai dirimu untuk bersatu dengan istrimu. 

Mulailah dari sekarang untuk belajar menata diri dan merubah paradigm semua untuk senantiasa focus dalam membina keluarga kita agar menjadi sebuah keluarga yang sakinah, mawaddah, warrahmah, yang bukan hanya cukup untuk diucapkan melainkan benar-benar menciptakan keluarga yang demikian, dan mulailah untuk dapat memuliakan seorang wanita atau istrimu sebagaimana yang telah diwariskan kepadamu melalui Rasulullallah, Nabi Muhammad SAW sebagaimana pesan terakhirnya. 

Didiklah selalu anak-anakmu dan istrimu untuk dapat menjadi pewaris surga dan menjadi orang-orang yang dicintai oleh agama, dengan selalu berpegang teguh atas iman dan takwa kepada Allah SWT, dengan senantiasa mengajak, membimbing, mendidik, dan mengayomi diri mereka untuk senantiasa berdoa, bersyukur, bertasbih, berikhtiar memohon yang terbaik dalam balutan cinta, kasih sayang, hidayah, karunia, dan ampunanNya hingga menjadikan dirimu menjadi seorang pewaris surga. 

Akhir kata saya ucapkan terima kasih dan,

STOP KEKERASAN FISIK, PELECEHAN SEKSUAL TERHADAP WANITA,
DAN STOP KEKERASAN FISIK DAN EKSPLOITASI PADA ANAK.

Problematika Seorang Istri 
Tegar Guccie 
8 Agustus 2014