Muliakanlah
seorang istri sebagaimana pendamping hidupmu
Bahagiakanlah
seorang istri, dengan menjadikannya menjadi bidadari surgamu
Seorang istri
tercipta dari tulang rusuk seorang suami, sebagai seorang imam bagi istrimu
Maka,
bahagiakanlah istrimu sebagaimana bagian dari hidupmu.
Begitu banyak
cerita kehidupan di dunia ini, begitu banyak pelajaran yang dapat kita petik
suatu pembelajaran dari setiap problematika kehidupan ini, ada suatu kebenaran,
dan adapula suatu kesalahan, seperti inilah kehidupan didunia yang fana ini. Dalam sebuah
coretan sembilu yang tidak mengandung arti ini, banyak sekali problematika yang
banyak terjadi di dunia ini, khususnya di negeri Indonesia yang permai ini, dan
dalam sebuah coretan usang ini, ingin sekali untuk mengupas problematika yang
terjadi dan pernah dialami oleh seorang istri, mulai dari mendapatkan kekerasan
fisik, tidak mendapatkan kecukupan nafkah materi dari seorang suami, dan
adapula yang mendapatkan pelecehan seksual atau kekerasan seks yang dilakukan
oleh suaminya bahkan sampai ada yang dijual oleh suaminya untuk memuaskan nafsu
birahi laki-laki hidung belang, hanya demi sebuah nilai materi.
Astagfirullahaladzim
Semoga saja dengan menjaga diri, dan selalu berlindung
kepada Allah SWT, kita semua dapat terhindar dari perbuatan nista dan dzalim.
Amin. Berkaca dari
semakin berkembangnya sebuah zaman, yang di dorong oleh semakin meningkatnya
ketidakseimbangannya sebuah peradaban banyak menjadi sebuah pemicu, akan segala
problematika yang terjadi di bangsa ini pada dewasa ini, dan anehnya banyak
sekali hal-hal yang tidak pantas dan terjadi pada seorang wanita, dan itupun
juga terkadang bukanlah secara keseluruhan dikarenakan oleh kesalahan seorang
pria, melainkan juga banyak hal yang dikarenakan oleh seorang wanita itu
sendiri sehingga sulit bagi kita untuk dapat memahami siapa yang salah dan
siapa yang patut untuk dipersalahkan, karena dewasa ini seorang pria dengan
seorang wanita pada intinya sama. Seperti halnya sebuah contoh: dewasa ini
banyak sekali wanita yang menjadi korban sebuah gaya hidup atau sebuah fashion
style, dimana dewasa ini sudah mulai banyak wanita-wanita yang terbiasa untuk
memamerkan auratnya ketimbang menutupi auratnya dan anehnya banyak pula wanita
yang bangga untuk memamerkan bagian tubuhnya bahkan, memamerkan tubuhnya tanpa
sehelai benangpun, tanpa ada dasar malu dijejaring sosial dengan alasan sebuah
gaya hidup, sebuah seni, bahkan sebagai sebuah media pencari nafsu demi
mendapatkan sebuah kepuasan seks dan pundi-pundi rupiah.
Sangat memalukan
memang tapi seperti inilah problematika yang mengiris nurani, pada zaman
sekarang ini, sehingga dapat dikatakan bahwasannya saat ini tidak serta merta
menjadi suatu kesalahan bagi seorang pria, namun banyak pula
kesalahan-kesalahan yang tidak pantas yang dilakukan oleh seorang wanita,
bahkan tindakan asusilapun mungkin saja bisa terjadi disaat seorang wanita itu
lengah, ataupun disaat wanita itu secara tidak sadar bahwa dirinya dengan
memperlihatkan sedikit auratnya yang secara tidak sadar, mengundang nafsu birahi
seorang Pria, seperti contoh, dan menjadi suatu pertanyaan adalah seperti halnya seorang wanita yang
maaf, beraktifitas dengan pakaian yang minim, ataupun pakaian yang
memperlihatkan lekuk tubuhnya, dan yang menjadikan suatu pertanyaan adalah apa
yang menjadi suatu tujuan bagi seorang wanita untuk menggunakan pakaian yang
minim, kalau bukan atas dasar ingin menggoda seorang pria? Dan jika ingin
menggoda seorang pria mengapa tidak dilakukan untuk menggoda suaminya saja? Dan
jika menggunakan pakaian yang serba minim dan memperlihatkan bagian tubuhnya
bukan karena dasar untuk ingin dilihat oleh banyak pasang mata pria, maka
kenapa harus dipergunakan di depan umum? Kenapa tidak dikenakan disaat bersama
suaminya di rumah dan bukan di depan umum atau disebar luaskan di media
jejaring sosial?. Pantas atau tidaknya silahkan berkaca kepada hati nurani, dan
tidak ada satupun maksud untuk merendahkan harga diri seorang wanita dalam
sebuah tulisan usang ini, melainkan ingin membangun kembali, dan merubah
paradokstifitas yang banyak terjadi menghiasi problematika negeri ini. Ntah apa
yang akan mereka tuju, dan apa yang mereka inginkan dari dunia ini, tidak ada
satupun yang dapat mengetahuinya, oleh karena itu perlu adanya pembenahan moral
yang harus ditanamkan pada jiwa-jiwa mereka agar dapat terhindar dari perbuatan
aniaya yang sangat tidak pantas untuk dialami oleh siapapun, khususnya bagi
wanita.
Kembali kepada
konteks kehidupan rumah tangga, menyikapi banyaknya problematika yang banyak
dialami oleh seorang istri yang mendapatkan perlakuan tidak adil dari suaminya,
dan berdasarkan oleh banyaknya cerita yang terjadi dewasa ini ada beberapa hal
yang mengiris telinga dikala mengetahui apa yang dialami oleh seorang istri
atas perlakuan seorang suami yang seharusnya menjaga dan membahagiakan
istrinya. Beberapa kisah tersebut akan dituliskan secara garis besarnya saja,
dengan maksud dapat menjadi suatu pembelajaran yang dapat untuk kita petik
hikmahnya sehingga kita semua dapat untuk berkaca diri dan terhindar dari perbuatan-perbuatan
yang dzalim, kisah-kisah tersebut antara
lain:
A. Sebagaimana seorang pria, dan sebagaimana
sebagai seorang suami, sudah sepatutnya bagi dirinya untuk dapat membahagiakan istrinya, dan bukannya bertindak arogan bahkan sampai melakukan kekerasan fisik kepada istrinya, sebagaimana, banyak sekali hal-hal mungkin sebuah cerita dari
beberapa orang wanita yang merupakan seorang istri mengatakan bahwasannya “Dirinya pernah mengalami akan suatu
ketidakadilan yang dilakukan oleh seorang suami” dalam hal ini adalah kekerasan
fisik, dimana istrinya mendapatkan pukulan, tamparan, bahkan sampai terluka
karena suaminya, dan anehnya banyak istri-istri yang sabar dan mendedikasikan
hidupnya untuk memberikan yang terbaik bagi suaminya, ntah siapa yang salah dan
siapa yang patut dipersalahkan serta siapa yang memulainya? Tapi yang jelas
kalau sampai melukai ataupun bertindak aniaya, dirasa kurang pantas untuk
dilakukan. Karena kekerasan fisik pada seorang istri bukanlah suatu solusi
penyelesaian masalah rumah tangga, terlebih akan menimbulkan perselisihan
kompleks yang berujung kepada perceraian. Sebagaimana hal yang diriwayatkan
kepada kita sebagaimana umat muslim, perceraian itu merupakan suatu hal yang dibenci
oleh agama, dan berimpact kepada pertumbuhan kedewasaan anak-anak ketika
mengetahui bahwa kedua orang tuanya berpisah.
Seharusnya seorang suami dibandingkan harus menyelesaikan suatu
permasalahan dengan istrinya harus mampu mengesampingkan emosinya dengan
beritikad baik, dan tutur kata yang halus kepada istrinya tanpa pernah untuk
dapat memperlakukan istrinya dengan tindakan yang dapat melukai hati dan fisik
istrinya. Seharusnyapun seorang suami harus dapat selalu menjadi imam yang
terbaik bagi istrinya dengan selalu berusaha, dan terus berusaha untuk
senantiasa bersabar dalam menghadapi permasalahan serta senantiasa untuk dapat
membimbing setiap jejak langkah kaki istrinya dengan langkah meraih suatu
kemuliaan cinta dan kasih sayang yang berpedoman kepada keimanan sehingga
istrinyapun dapat menjadi istri yang soleha. Maka, bimbinglah istri kita untuk
menjadi bidadari surga kita sepanjang hidup tanpa pernah untuk menyakiti
dirinya bahkan sampai tega menjadikan dirinya sebagaimana alas kaki. Karena seorang
istri dinikahkan oleh seorang suami adalah untuk menjadi seorang pendamping
hidup suaminya disepanjang hembusan nafas suaminya, dengan senantiasa
memberikan kebahagiaan satu sama lain serta memberikan yang terbaik bagi
anak-anaknya kelak. Maka, setidaknya sebagai seorang suami dan sebagaimana
seorang imam keluarga, agar tidak pernah untuk berupaya bahkan sampai melakukan
tindakkan kekerasan kepada istrinya, dan sebelum hal itu terjadi cobalah untuk
meredam emosi atau menahan amarah dan jangan sampai, harus tega untuk bertindak
kekerasan bahkan sampai tega menyiksa istrinya.
Cobalah ingat kembali berbagai macam kenangan manis bersama istri
disaat bermesraan dahulu sebelum menjadikan dirinya seorang istri, ingatlah apa
yang dilakukan disaat dirinya menangis ketika masih pacaran dahulu, ingatlah kenangan
disaat seorang suami melamar dirinya untuk menjadikan seorang istri dengan
meminta kepada orang tuanya agar dinikahkan, ingatlah pula perjuangan yang
harus dilewati disaat meraih tangan halusnya sebelum dijadikan seorang istri
bagi seorang suami, dan yang tidak kalah penting adalah ingatlah wajah-wajah
anak-anak nantinya disaat ibunya tersakiti, serta ingatlah kembali janji suci
(ijab Qabul) yang pernah terucap dan disaksikan oleh semesta alam yang bertasbih.
Adapun guna untuk mencegah terjadinya tindak kekerasan yang dilakukan
oleh seorang suami, maka, setidaknya seorang suami membiasakan dirinya,
istrinya, dan anak-anaknya untuk dapat mempelajari dan memahami akan bagaimana
menciptakan keluarga yang sakinah, mawadah, warrahmah yang tidak pernah
terlepas dari element kesederhanaan, berdasarkan atas agama, serta sebagai
seorang imampun juga harus mampu untuk menahan diri dari setiap amarahnya dan
mampu untuk mendidik serta membimbing keluarga untuk dapat selalu berada dalam
jalan yang senantiasa Allah SWT ridhai, dengan tanpa pernah lupa untuk
mensyukuri segala nikmat, hidayah, keberkahan, dan rezeki serta mengharapkan
segala ampunanNya.
Biasakanlah diri kita untuk senantiasa dapat mengatakan kepada istri kita
bahwa “Aku Mencintai Dirimu Istriku”, “Kamu, Aku Nikahkan Untuk Aku
Bahagiakan, Bukan Untuk Aku Sakiti”, “Jagalah Selalu Cinta Tulusku Kepadamu
Hingga Akhir Hidupmu Dengan Selalu Menjadi Istriku Bidadari Surgaku”, “Terima
Kasihku, Karena Kamu Telah Menjadi Istriku”, dan “Hadirkanlah Selalu Cintamu
dan Cintaku, Untuk Dapat Selalu Bersama Selamanya, Dengan Selalu Senantiasa
Bergandengngan Tangan, Berada Dalam Pelukkanmu Serta Selalu Bersama Selamanya
Hingga Maut Memisahkan Kita Berdua, Dan Ukirlah Cinta Kita Berdua Dalam
Keberkahan, Lindungan, Kasih Sayang, Ridha Dan Segala AmpunanNya”
B. Adapun sebuah perlakuan kurang pantas yang
dilakukan seorang suami kepada istrinya seperti halnya sebuah kasus dimana
seorang suami bergantung hidup kepada ibunya, sehingga menyerahkan sepenuhnya
nikmat rezeki yang Allah SWT berikan kepada Ibunya, sehingga ibunyapun
mempunyai otoritas penuh, untuk mengelola keuangan anaknya yang nantinya
sebagian kecil dari rezeki itu diserahkan kepada menantunya. Sebagaimana kasus
ini banyak terjadi dan dialami oleh beberapa orang istri, sehingga menjadikan
istrinya menitikkan airmata, karena diberikan rezeki yang sangat sedikit oleh
mertuanya dikarenakan oleh bergantung hidupnya seorang suami kepada ibunya.
Terlebih lagi hal itu pernah terjadi dikala seorang istrinya sedang hamil
besar, dan berharap agar suatu saat nanti dirinya bersama suaminya dapat
membesarkan anaknya berdua dengan rezeki yang cukup, dan patut disyukuri berdua
bersama suaminya, namun hanya karena suaminya bergantung kepada ibunya, harapan
itu menjadi pupus, dan sang istripun hanya sanggup untuk menangis menitikkan
airmata kesedihan. Maka, seharusnya pembelajaran bagi suami adalah seharusnya
sebagaimana seorang lelaki yang tidak lain adalah seorang suami dan imam bagi
seorang istri, seharusnya mampu untuk menempatkan dirinya untuk menjadi seorang
teladan bagi seorang istrinya, dengan tidak mencampur adukkan rezeki untuk
keluarga intinya dengan keluarga besarnya, sehingga, dalam pengaplikasikan
nikmat rezeki yang telah dipercayakan dan diamanahkan kepada dirinya itu
menjadi berkah serta nikmat untuk dipergunakan sebagai penunjang kebutuhan
hidupnya.
Adapun seharusnya seorang suami, diharuskan untuk bersikap, cerdas dan
cermat di dalam memanfaatkan segala macam bentuk nikmat rezeki yang telah
dipercayakan kepadanya oleh Allah Sang Pemberi Rezeki dan Maha Kaya, untuk
tidak memanfaatkan rezeki itu secara berlebihan sebagaimana bekal untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya bersama anak istrinya nanti, dengan tidak pernah
lupa untuk membimbing dan mengajak serta tidak pernah malu untuk mengatakan
kepada istrinya “Wahai istriku,
pendamping hidupku yang aku sayangi dan aku cintai, sebagaimana buah cinta dan
kasih sayangku, sebagaimana kewajibanku untuk menafkahi dan membahagiakanmu
serta anak-anak kita, sebagaimana diriku sebagai imammu dan kamu sebagai istri
ataupun bidadari surgaku. Inilah setitik
ataupun sedikit nikmat rezeki yang akan aku curahkan kepadamu sebagaimana
rezeki yang patut untuk kita syukuri, rezeki yang nikmat untuk kita pergunakan
disepanjang hidup anak cucu kita kelak, maka pergunakanlah sebagian rezeki yang
aku limpahkan kepadamu ini dengan rasa syukurmu kepada Allah Sang Maha Pemberi
Rezeki, dan pergunakanlah dengan bijak dan sederhana untuk memenuhi kebutuhan
hidup keluarga kita serta pendidikan anak-anak kita, dan sisihkanlah
sebagiannya untuk kita infaq dan kita amalkan sebagaimana bekal hidup di
akhirat nanti, dan mohonkanlah selalu segala doa, keberkahan nikmat rezeki,
nikmat kebahagian hidup kita berdua bersama anak cucu kita kelak, serta
mohonkanlah selalu ampunan dalam sebuah doa atas segala dosa-dosa yang
berdasarkan atas kekhilafan yang mungkin pernah kita lakukan semasa hidup, agar
hidup kita selalu dihiasi akan kebahagian, keberkahan, keridhaan, dan
ampunanNya. Terimalah Serpihan Nikmat Rezeki Ini untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya, wahai kau Bidadari Surgaku”.
C. Ada pula sebuah keluarga yang dikarenakan oleh
begitu berhasratnya, untuk dapat menjadi orang kaya raya, dan diselimuti oleh
banyak harta, selain keluarganya miskin akan nilai-nilai dan falsafah agama,
keluarga tersebut melakukan hal apa saja demi meraih kekayaan dan kekuasaan,
tidak jarang pula di antara mereka selain melakukan perampasan hak dengan
mengesampingkan hak asasi manusia, bahkan sampai ada sebuah keluarga yang
dikepalai oleh seorang suami sebagai kepala rumah tangga, dengan tega selain
bertindak keji dan melakukan kekerasan kepada istrinya juga ada yang sampai
menjual tubuh istrinya untuk dinikmati oleh seorang pria hidung belang, bahkan
terkadang ada pula yang suami istrinya itu bersekongkol untuk menjual tubuh
anak darah dagingnya sendiri untuk dijadikan sebagai seorang wanita tuna
susila, demi mendapatkan harta materi yang di idam-idamkan selama hidupnya. Astaghfirullahaladzim. Seperti inikah sebuah realita kehidupan yang terjadi di
dimensi sekarang ini, manusia banyak yang bertindak seperti binatang, hanya
karena untuk memenuhi kebutuhan materi dan demi sebuah harta, kekayaan, dan
kejayaan.
Maka, sangatlah penting bagi kita semua, khususnya bagi seorang laki-laki
merupakan imam keluarga, untuk dapat memperbaiki diri dan menjauhkan diri kita
dari hal-hal yang tidak pantas untuk ditiru, dan untuk dilakukan kepada
siapapun termasuk kepada istri ataupun kepada anak-anak kita yang merupakan
darah daging kita sendiri, dan jadilah contoh keluarga teladan yang bersandar
atas agama, yang berselimut oleh bingkaian keluarga yang sakinah, mawaddah dan
warrahmah, dekatkanlah selalu diri kita kepada Allah Sang Maha Pencipta, untuk
dapat selalu senantiasa dan bersujud, memohon ampunan, ridha, rahmat, hidayah,
dan lautan keberkahaanNya, serta memohonlah selalu agar selalu senantiasa
mendapatkan limpahan dan rezeki yang berkah dengan rasa syukur yang mendalam
kepadaNya, mintalah selalu agar selalu diberikan kemudahan serta kebahagiaan
agar dirinya serta keluarganya kelak dapat menjadi seorang pewaris surga yang
selalu dirindukan oleh keindahan surga Firdaus, bersama Nabi Allah, Yaa
Rasullullah, Nabi Muhammad SAW bersama para sahabat beserta para pewaris surga
lainnya. Aamiin.
Ciptakanlah selalu keluarga yang bersahaja, harmonis, dan penuh akan
cinta di dalam segala rahmat, hidayah, dan keberkahaanNya. Bimbinglah selalu
istrimu dan anakmu untuk dapat senantiasa selalu berada dalam jalan yang Allah
SWT ridhai dengan selalu memohon ampunan dan kasih sayangNya, serta berodalah
selalu agar keluarga yang kita pimpin kelak menjadi sebuah keluarga bahagia
akhir masa yang selalu menjadi suri tauladan bagi anak cucu kita kelak. Maka,
mulailah selalu untuk dapat mencintai dan menyayangi istri serta anak kita
sebagaimana seseorang yang telah Allah SWT titipkan untuk menjadi pendamping
hidup dan pelengkap kebahagiaan hidup yang berasal dari tulang rusuk dan darah
daging kita.
Katakanlah selalu pada istri kita “Wahai istriku, bidadari surgaku, kaulah
bagian hidupku yang tercipta dari serpihan tulang rusukku, yang aku bahagiakan
sepanjang hidupku, yang aku hapus segala tangis kesedihanmu, yang aku nafkahkan
dalam setiap keringat dan kerja kerasku, yang aku bimbing dalam kasih sayangku,
yang aku bina dalam rasa cintaku, yang aku hidupi bersama anak-anak darah
dagingku, yang menjadi ibu terbaik bagi anak-anakku dan yang aku jadikan istri
soleha dalam kerajaan cintaku, serta yang aku jadikan kau menjadi seorang
bidadari surgaku”,
Dengarkanlah selalu kata-kataku wahai istriku bahwasannya aku
sebagaimana seorang imam, atau suami bagimu ingin selalu mengatakan
kepadamu bahwa “aku mencintaimu dengan
penuh akan ketulusan dan kemurnian cintaku kepadamu, akupun mencintaimu dengan
segala kesucian dan keanggunnan jiwa serta kemuliaan dan keimananmu, akupun
mencintaimua dengan senantiasa berpegang teguh akan jalan cahaya yang
senantiasa mendapatkan ridha dan kasih sayang Allah Sang Maha Pencipta yang telah mempersatukan kita berdua. Aku
akan selalu menjagamu dan selalu mencintai dirimu serta anak-anak kita dengan
selalu menjaga keluarga yang kita bina dari segala perbuatan-perbuatan yang
tidak mendapatkan keridhaan dari Allah Sang Maha Pencipta, dan aku akan selalu
membina keutuhan rumah tangga kita dengan selalu senantiasa mendapatkan nikmat
rezeki yang berlimpah dengan senantiasa mengucap rasa syukur Alhamdulillah
kepadaNya, dan berharap dihardirkanNya keberkahan harta yang berlimpah dengan
selalu memohon ridha dan ampunanNya, maka tetaplah kamu untuk selalu menjadi
istri terbaikku yang selalu menemani aku sepanjang hidupku dan menjadi ibu yang
terbaik bagi anak-anak kita hingga mereka menjadi anak yang berguna, dan
senantiasa dirindukan oleh keindahan surga Firdaus dengan selalu mengharap
ridhaNya”
Katakanlah pula pada istri kita bahwa “wahai istriku, sesungguhnya aku
mencintaimu karena agama, dan aku ingin selalu hidup bersamamu dengan segala
keridhaan dan kasih sayangNya, akupun tidak ingin membina hidup bersamamu dalam
buaian harta materi yang dapat menggadaikan keimanan kita, hingga kitapun
terhanyut dalam lembah kefanaan, dan akupun ingin selalu hidup bahagia dalam
kesederhanaan yang senantiasa patut kita syukuri dengan selalu mengucap rasa
syukur Alhamdulillah dan bermunajat agar Allah SWT senantia memberikan limpahan
rezeki dalam lautan keberkahan, keridhaan serta dalam ampunan yang senantiasa
Allah SWT berikan kepada kita, hingga kita dapat menjadi sepasang pewaris surga
yang benar-benar dirindukan oleh keindahan surgawi, maka tetaplah kamu untuk
dapat menjadi seorang istri yang terbaik sepanjang hidupku dan menjadi seorang
bidadari surgaku, karena hidupmu adalah kebahagiaanku”.
Mungkin seperti itulah gambaran-gambaran yang banyak terjadi dalam sebuah
lingkungan keluarga dewasa ini, dan sudah waktunya bagi kita untuk mulai
berkaca diri serta menciptakan pribadi baru dalam dinamika keluarga, jangan
sampai kita semua selain melalaikan keluarganya, juga melalaikan perintah agama
untuk dapat senantiasa dekat dengan Allah SWT yang telah menganugerahkan
kehidupan, keberkahan, kesempurnaan, dan kemuliaan untuk dapat menjadi makhluk
sempurna dibandingkan makhluk Allah SWT lainnya.
Maka pergunakanlah selalu otakmu dalam kemurniaan imanmu dan janganlah
sesekali kamu berbuat tidak adil kepada keluargamu, khususnya kepada istrimu,
dan ingatlah perjuangan yang pernah kamu lewati sebelum kamu dapat menikahi
istrimu dan menjadikan dirinya seorang istri, dimana saat itu kamu berjanji
untuk dapat membahagiakan dirinya dan bukan untuk selalu menyakitinya serta berbuat
kasar padanya, ingatlah pula ijab qabul yang pernah kamu ucapkan dengan
disaksikan oleh keluarga serta semesta alam yang bertasbih, dan Allah SWT yang
turut serta untuk merestui, meridhai dirimu untuk bersatu dengan istrimu.
Mulailah dari sekarang untuk belajar menata diri dan merubah paradigm
semua untuk senantiasa focus dalam membina keluarga kita agar menjadi sebuah
keluarga yang sakinah, mawaddah, warrahmah, yang bukan hanya cukup untuk
diucapkan melainkan benar-benar menciptakan keluarga yang demikian, dan
mulailah untuk dapat memuliakan seorang wanita atau istrimu sebagaimana yang
telah diwariskan kepadamu melalui Rasulullallah, Nabi Muhammad SAW sebagaimana
pesan terakhirnya.
Didiklah selalu anak-anakmu dan istrimu untuk dapat menjadi pewaris surga
dan menjadi orang-orang yang dicintai oleh agama, dengan selalu berpegang teguh
atas iman dan takwa kepada Allah SWT, dengan senantiasa mengajak, membimbing,
mendidik, dan mengayomi diri mereka untuk senantiasa berdoa, bersyukur,
bertasbih, berikhtiar memohon yang terbaik dalam balutan cinta, kasih sayang,
hidayah, karunia, dan ampunanNya hingga menjadikan dirimu menjadi seorang
pewaris surga.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih dan,
STOP KEKERASAN FISIK, PELECEHAN SEKSUAL TERHADAP WANITA,
DAN STOP KEKERASAN FISIK DAN EKSPLOITASI PADA ANAK.
Problematika Seorang Istri
Tegar Guccie
8 Agustus 2014