Dialektika Sosial Anak Bangsa

Sebuah perjalanan panjang dalam untaian kata dalam jiwa, dedikasi yang tercipta untuk Sang Pencipta, yang terbaik dalam hidup dan untuk Negeriku Indonesia

Friday, December 4, 2015

Dialektika Kehidupan Seorang Sahabat

Terlintas kenangan dimasa lalu dimana aku temui jiwa anggun, dengan paras kecantikan wajah, yang ketika aku sadari bahwa dirinya adalah seorang bidadari yang tergores debu-debu jalanan, menjajakan kemolekkan tubuhnya diantara sudut-sudut kota, dari satu hotel menuju hotel lainnya, menari di antara jeratan rayuan nafsu para pengagumnya, para pengagum dengan mata terbelalak, menikmati eksotisme hangatnya dan nikmatnya tubuh bidadari itu

Aku kenal meskipun tidak sekalipun aku tatap binar-binar wajahnya secara langsung, meskipun di kala itu aku pernah menatap erotisme tubuhnya yang dipampangkan dalam sebuah media sosial, banyak yang menyukai namun banyak pula yang membenci dan menilai dirinya sebagai makhluk yang rendah, mencaci dan memaki tanpa henti, seolah-olah mereka yang mencaci dirinya adalah makhluk yang sempurna, dan tidak sedikitpun memiliki dosa-dosa yang pernah dilakukan.

Hmm, aku tidak ingin menistakan dirinya, sebagaimana seorang manusia biasa aku hanya ingin bersahabat dengan dirinya dikala itu, disaat dirinya mendapatkan cacian, mendapatkan makian, dan menatapi statement orang-orang yang menari-nari di atas tangisannya, mempergunjingkan dirinya, aku berdiri tegak menjadi seorang pendengar sejati bagi dirinya, meskipun dirinya aku ketahui, bahwa dirinya menjadi seorang kupu-kupu malam bukan dilandaskan atas dasar jiwa dirinya yang binal, melainkan karena sebuah keterpaksaan, dimana dikala itu dalam pembelaanku terhadap dirinya, aku ketahui bahwa, dirinya adalah seorang janda, yang harus menghidupi anak, dan ibunya, meskipun dirinya harus ternodai dan menjadi seorang kupu-kupu malam, meskipun aku ketahui sebelum dirinya menjadi seorang kupu-kupu malam, dirinyapun aku ketahui bahwa dirinya pernah mencoba untuk berniaga, mencoba berjualan pistol mainan, hanya saja apa yang dilakukannyapun sia-sia dan merugi, hingga pada akhirnya dirinya bertanya padaku "bagaimana, jika dirinya menjadi seorang kupu-kupu malam, dikarenakan keterbatasan yang dia miliki?", dan akupun mengatakan bahwa, masihkah ada dalam nalurimu untuk tidak melakukannya?, masih dapatkah kamu untuk mendapatkan tetesan rezeki yang penuh akan keberkahan, selain menjadikan tubuhmu menjadi sebuah objek materi? Diapun berkata, "bahwasannya tidak ada jalan lain, selain menjadi wanita penghibur, dikarenakan oleh keterbatasan yang di miliki", lantas apakah keterbatasanmu itu dapat untuk kamu benarkan, sehingga, itu pantas untuk kamu lakukan?, dan haruskah kamu hitamkan duniamu, hingga menjadikan tubuhmu sebagai objek media nafsu terlarang, bukankah itu dosa?, mungkin aku tidak dapat mencegahmu, tapi jika kamu pikir itu jalan yang terbaik, maka lakukan, namun, pikirkanlah kembali sebelum kamu terjerumus lebih jauh.

Selang beberapa waktu, aku dapati sebuah media sosial yang memuat foto-foto seronok, dalam akun pribadinya, menampilkan gambar-gambar yang memuat akan aksinya dikala melayani para pengagumnya yang buta akan nafsu, dikala aku melihat akun pribadinya itu, aku dapati hujatan-hujatan dengan nada memvonis dan menghinakan dirinya, dikarenakan oleh foto-foto seronoknya yang vulgarnya itu, tanpa sensor, sehingga terpampang jelas wajahnya, cibiran demi cibiran, datang bergemuruh, ada yang membela ada yang membenci dan aku berupaya untuk membela dirinya, tanpa punya maksud apapun, meskipun aku ketahui bahwa dirinya salah, dan aku katakan pada dirinya "mereka, tidak pernah mau mengerti akan kesulitan yang kau miliki, mereka hanya mampu menghujat tanpa pernah mau peduli akan kesulitan yang kau hadapi, maka, jika kau yakin bahwa apa yang kau yakini itu benar bagimu, meski kenyataannya adalah salah, namun dikala burung-burung camar memanggilmu untuk kembali kepadaNya, maka kembalilah padaNya, dengan mohonkanlah selalu ampunan dan kasih sayangNya, karena hanyalah kepadaNya kita akan kembali.

Tidak pernah aku pungkiri memang dikala itu aku pernah tergoda oleh dirinya dan erotisme tubuhnya namun, dalam benakku aku berkata "maaf, tidak pernah sedikitpun bagi diriku, mempunyai hasrat untuk menodaimu, karena suatu saat nanti aku akan mempunyai seorang istri yang patut aku hargai, yang patut aku banggakan, serta aku muliakan, terlebih aku sadari bahwa aku memiliki nafsu untuk berhasrat kepadamu, namun aku tidak ingin tenggelam akan sebuah nafsu, dikarenakan oleh sebuah kenikmatan yang sesaat dan jika dapat aku ketahui bahwasannya jika aku terjerumus dalam lembah hitam, hingga saatnya aku dikaruniakan seorang istri yang soleha kelak, yang selalu mendoakan setiap jejak langkahku disepanjang hidupku, maka, jika aku terjerumus, sama saja bagiku untuk menistakan dan membunuh istri ku secara pelan-pelan, dan jika aku ketahui bahwa  sedikitpun tidak akan pernah bagi diriku untuk melukai ataupun menyakiti hati istri ku dengan terjerumus dalam lembah hitam" karena bagiku memuliakan seorang istri merupakan, sebuah keharusan dan tersimpan makna yang sangat berarti dalam hidup sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Rasullullah SAW, maka aku harus mampu untuk memuliakan istri ku kelak, dengan membimbing dan membesarkan hatinya dalam jalan cahaya, yang penuh akan rasa syukur yang mendalam atas segala limpahan rahmat, hidayah, rezeki dan ampunan yang selalu tercurahkan disepanjang nafas yang aku dan istriku hirup.

Selang beberapa lama, aku dapati dirinya berganti akun pribadi, yang bukan hanya menampilkan gambar-gambar seronok dengan sensor wajah, dengan tarif yang berbeda, hingga berjuta-juta, dan saat itu aku mencoba untuk menghubungi dan menanyakan kabarnya, dan disepanjang berjalannya bulan suci, bulan Ramadhan secara perlahan aku buka mata hatinya, disaat azan memanggil aku mencoba untuk mengajak dirinya untuk sholat, sahur, dan berbuka puasa, dirinya hanya berkata "sama-sama mas, selamat berbuka puasa", mungkin itu adalah jawaban sederhana, namun, dengan percaya ku, aku yakin bahwa hati kecilnya ingin kembali kepada jalan cahaya dan kembali pada surga yang dirindukan.

Syukur alhamdulillah, selang beberapa lama aku tidak menghubungi dirinya dan tidak aku jelajahi kembali apa yang menjadi perjalanan hidupnya, dikala aku rindu dengan sahabat ku itu, dengan melihat status yang teruntai dalam sebuah akun media sosial, aku dapati sebuah kebanggaan yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya, dimana aku tatapi bahwa dirinya, memutuskan untuk berhenti dari dunia yang pernah hitamkan dirinya, dan memutuskan untuk bertaubat, dan menutup auratnya dengan balutan hijab, memutuskan untuk berjualan kelontong, dan berusaha dengan hati ikhlas untuk kembali, dan bertaubat kepada Allah SWT.

Tidak pernah terbayangkan olehku bahwa, dirinya telah sadar dan kembali kepada jalan cahaya, dan aku berharap semua itu bukanlah sebuah kamuflase, yang membutakan mata, yang hanya diucapkan melainkan untuk dilaksanakan, bukan untuk sebuah materi melainkan untuk menapakkan kaki, dan menjadi pribadi yang dirindukan oleh surga, akhir kata, tak banyak yang aku inginkan, wahai sahabat jika suatu saat aku dapat bertemu denganmu, dengan kelembutan dan keistiqomahanmu untuk selalu menjaga tubuhmu dan tidak lagi terjerembak dalam sebuah lembah hitam yang menghinakanmu, aku ingin sekali bertemu denganmu disaat dirimu menjadi seorang guru atau motivator yang dapat menyadarkan orang-orang yang hingga kini masih terjerumus, untuk kembali kepada jalan yang lurus, dan senantiasa menjadi seorang wanita yang soleha, mendpatkan rahmat, hidayah, kasih sayang, limpahan rezeki, serta ampunan sang Maha Pencipta, dan semoga saja dirimu temukan apa yang kau cari dan semoga saja kau menjadi seorang wanita dirindukan oleh surga firdaus. Aamiin

Tetaplah kamu menjadi Sahabatku, meskipun aku tidak pernah bertemu denganmu.

Dialektika Kehidupan Seorang Sahabat
Tegar Guccie
4 Desember 2015


No comments:

Post a Comment