Dialektika Sosial Anak Bangsa

Sebuah perjalanan panjang dalam untaian kata dalam jiwa, dedikasi yang tercipta untuk Sang Pencipta, yang terbaik dalam hidup dan untuk Negeriku Indonesia

Thursday, February 16, 2012

Polemik Kehidupan Sosial

Berdasarkan atas data yang saya dapatkan dari beberapa sumber tediri dari pedagang kecil, sopir angkutan umum dan bis. Menyatakan bahwa mereka yang tergolong kepada rakyat kecil menyatakan bahwa Presiden Soeharto masih lebih baik dibandingkan dengan Presiden SBY yang tidak memihak kepada rakyatnya terutama rakyat miskin.

Narasumber tersebut mengatakan bahwa selama SBY memegang jabatan sebagai presiden banyak sekali kebijakan-kebijakan yang dinilai tidak berpihak kepada rakyatnya seperti halnya sempitnya lapangan pekerjaan, mahalnya biaya pendidikan, dan biaya pengobatan bagi rakyat miskin serta tingginya harga kebutuhan hidup.

Dia juga mengatakan bahwa dahulu ketika Presiden Soeharto masih menjabat sebagai Presiden dengan bermodalkan rajin untuk bekerja, rakyat kecil pasti akan mendapatkan pekerjaan, Karena pada saat itu banyak sekali lapangan pekerjaan dan dikatakan lebih merakyat.

Lanjutnya dia juga mengatakan bahwa yang menyebabkan buruknya penilaian Presiden Soeharto dikarenakan tidak mampunya Presiden Soeharto untuk membendung keserahakahan anaknya yang berdampak kepada hutang luar negeri atau krisis moneter.

Berbeda dengan Presiden SBY yang lebih mengutamakan kepentingan golongannya serta tidak memandang isu korupsi sebagai permasalahan yang serius seperti yang dilansir oleh Dubes AS, Scot Marciel (konferensi kemitraan ASEAN-USA di Ritz Carlton, Rabu 20/7/2011) terlebih lagi yang dapat saya lihat saat ini lebih mendominasinya perusahaan-perusahan yang dikuasai oleh pihak asing sehingga membunuh usaha-usaha milik negara

Maka, dapat tidak dapat dipungkiri dengan mendominasinya perusahaan-perusahaan asing melahirkan neo-liberalisasi ekonomi yang jelas merugikan negara. Sebagai contoh air yang saat ini dikelola oleh Danone perusahaan, Perancis.

Bayangkan saja kalau air saja yang jelas merupakan salah satu aset yang dimiliki oleh negara harus rela dikelola perusahaan asing belum lagi lahan-lahan hijau dan kekayaan alam hayati yang tidak lepas dari privatisasi pihak asing seperti yang terjadi dimesuji. mau dibawa kemana negara ini jadinya kalau seluruh asetnya dikuasai oleh pihak asing.

Masih layakkah disebut sebagai negara yang berdaulat kalau sudah tidak lagi mempunyai wilayah dan kekayaan alam, yang menjadi ironi ketika rakyat coba untuk menyuarakan aspirasinya selain mendapatkan perlawanan dari aparat hukum, Presiden yang seharusnya bertindak tegas dalam menyikapi permasalahan yang ada hanya sanggup untuk melakukan kebohongan dan mengatakan saya prihatin.

Rakyat tidak butuh kesantunan anda, kebohangan anda, keperihatinan anda bahkan sampai kepada lagu-lagu yang anda ciptakan. Tapi yang rakyat butuhkan adalah relisasi kebijakan nyata yang berpihak kepada rakyatnya bukannya basa-basi yang busuk yang merugikan rakyat.

Saya jadi ingat dengan cerita yang diceritakan olah Bang Okki waktu itu mengenai kisah Soekarno yang bertemu oleh seorang petani kecil yang bernama marhein dimana saat itu soekarno bertanya kepada pertani itu "ini tanah siapa?, hasilnya untuk siapa? Petani itu menjawab ini tanah saya dan hasilnya untuk menghidupi anak dan istri saya. Karena ungkapan petani tersebut melahirkan pemahaman atau ideologi Marheinisme

Masa sekarang petani kecil jangankan ditanya hal yang sama seperti Marhein, belum ditanya saja tanahnya sudah diambil orang. Ketika rakyat melawan barisan polisi sudah siap dengan kawat berdurinya, senjata, dan water canonnya seolah-olah polisi ingin berperang melawan anjing yang tidak membawa apa dan hanya membawa mobil sound system sebagai alat menyampaikan aspirasinya.

Kepada siapa lagi rakyat harus mengadu kalau pemerintahnya seperti bedebah yang berfoya-foya dan bersenang-senang di dalam penderitaan rakyatnya dan menyebabkan rakyat meneteskan darah karena ketidakadilan.

Namun dimanakah keadilan itu?


-Tegar Guccie-

No comments:

Post a Comment