Dialektika Sosial Anak Bangsa

Sebuah perjalanan panjang dalam untaian kata dalam jiwa, dedikasi yang tercipta untuk Sang Pencipta, yang terbaik dalam hidup dan untuk Negeriku Indonesia

Monday, December 7, 2015

Aku Rindu Cahaya Iman

Dikala aku tapaki hitam dunia dimasa itu, tak ada satupun ketenangan hati dalam lubuk jiwa, yang ada hanya kebencian dan kebencian, tak ada satupun cahaya iman dalam diri, yang ada hanya kegelapan dan kegelapan

Ku tapaki hinanya zaman, dengan cahaya kegelapan, tak ada satupun ketentraman yang ada sebuah dendam, dan hasrat untuk menghitamkan

Riuh-riuh kesunyian jiwa melanda, sedikitku dengar suara-suara agung para pelantun azan yang memanggilku untuk datang dan bersedekap lalu bersujud kepadaNya, tak sedikit pula aku abaikan panggilan itu dengan penuh kesombongan

Aku lalui dan semakin aku lalui hitamnya dunia, ajakan-ajakkan bodohpun selalu datang berhias di antara kesombongan dunia, minuman keras, narkoba, prostitusi, selalu datang menjelma sebagai sebuah teman sejati, namun, powerku saat itu kuat, disaat rayuan tersebut datang menghampiri aku selalu teringat seorang ibu yang melahirkanku, meskipun beberapa kali aku pernah kecolongan untuk menenggak minuman keras, dimasa kelas 6 SD, dan disaat aku merasakan bangku kuliah, memang aku akui bahwa minuman keras itu terasa nikmat dalam lidahku, wooww nikmat, namun nikmat itu aku rasakan dengan sesaat.

Saat aku melangkahkan kaki dalam pijar-pijar kegelapan, aku dapati sindiran demi sindiran senantiasa datang menjelma, menghantui nuraniku, dimana aku temui nurani-nurani bercahaya akan iman, datang menghampiri nuraniku, dan selalu terbesit dalam jiwa mereka ajakan demi ajakan dari mulut mereka, tentang ajakkan untuk sholat, sampai-sampai aku temui dan aku jumpai seorang pengamen jalanan, dengan stylist seperti pemeran film Captain Jack Sparrow (Jhonny Deep), dalam film Pirates Carribian, dengan melihat penampilannya yang membuat aku tertawa geli dengan penampilannya yang lucu, dan dikala aku berbincang-bincang dengan mereka, secara tidak sadar waktu berlalu, dan saat itu pula terdengar lantunan syahdu, suara adzan Ashar memanggil, sontak saja pengamen itu berkata "Gue mau sholat dulu yaaa, btw agama lo islamkan, so, boleh tanya gak? Maaf, udah berapa lama lo gak pernah sholat dan sampe kapan, mau gak pernah sholat? Dengan nada gelisah aku jawab yaaa nanti, namun, tidak aku kerjakan, Hmm. Begitu sombongnya diriku pada waktu itu, panggilan dari zat yang telah menciptakanNya saja aku begitu sombong, tidak mau memenuhi panggilannya untuk bersujud dan berdoa, sungguh begitu sombong hidup yang aku lalui, untuk menjalankan perintah agama saja waktu itu aku nggan.

Sesampainya aku lulus kuliah, aku di uji dengan sebuah realita kehidupan yang gelap, dipresi yang tidak tertahankan, dikarenakan oleh aku sungguh merasa seperti orang yang bodoh, dan tolol, menggali ilmu setinggi langit, hingga bangku kuliah, tidak ada satupun, lapangan pekerjaan yang menghargai jerih payah keringatku, meskipun aku begitu yakin meskipun aku tidak memiliki keterampilan khusus meski aku bodoh dalam berbahasa asing aku mampu untuk berkompetisi dengan mereka disana, karena sejak kecil aku terbiasa dengan managemen organisasi, meskipun banyak orang yang banyak menyerah dengan keras kepalaku, dengan sikapku yang sibuk untuk menantang, kebuntuan demi kebuntuan itu datang silih berganti, dengan dendam terhadap perusahaan-perusahaan yang menolakku, sampai-sampai aku pernah hampir gebrak meja seorang interviewer yang bersifat menipuku, aku diberikan kesempatan untuk bekerja namun aku dipaksa untuk ditempatkan disebuah bidang yang aku benci, dan aku harus mencari seorang nasabah, akan tetapi gaji yang aku dapat tidak full dikarenakan harus berbagi dengan pihak outsourching, akupun semakin jengkel dikarenakan apabila aku masuk kerja, ijazahku harus ditahan sebagai syarat, dan jika aku mundur tiba-tiba, maka aku harus terkena denda yang menjerat nuraniku, dengan gaji yang kecil, dikala aku terima tawaran pekerjaan itu, jika aku mengambil keputusan untuk keluar, maka, aku akan membayar denda hingga gaji yang aku dapatkan, kurang lebih hingga 10juta-20juta sebagai pengganti uang pelatihan. Hmm, Hidup waktu itu terasa semakin buntu, dan pernah sesekali aku coba untuk sholat namun aku tidak menemui hasil dan jawaban. Hal itu berlangsung 1 tahun lamanya.

Sampai-sampai saat aku dapati sebuah rezeki untuk bekerja, hitamnya jiwaku, membawa kebencian demi kebencian terhadap rekan-rekan kerjaku, sampai-sampai karena ideologiku tidak diterima oleh teman sekerjaku, aku marah-marah dan memaki mereka, aku kecewa karena tidak sedikitpun aku di acuhkan, dendam demi dendam semakin meningkat dan sesakkan dada.

Ingin aku lawan, namun, hatiku bertanya-tanya apakah pantas dirinya untuk aku lawan, terlebih banyak di antara mereka menginjak usia lebih tua, emosi demi emosi tidak terkendali, di dorong oleh kekesalan dengan seorang wanita yang menjadi spv di sebuah divisi, serta kebencianku terhadap beberapa tingkah pria-pria yang ada disana.

Waktu demi waktu aku lalui, tak satupun orangpun mau untuk peduli, dan yang membuat aku kesal, ada beberapa yang berguru denganku bukan berterima kasih dan menghargai pemahaman ilmu yang aku berikan, dia malah menjatuhkan aku. Hingga pada akhirnya aku dapati seorang kawan, yang menyapaku, dikala aku keluar dari sebuah toliet, dalam musholah, dan kawan itu bartanya "Koq, kamu gak sholat?, kan baru keluar dari kamar mandi, tuh liat jam udah waktunya sholat!", aku berkata " hah, sholat?" kawanku berkata "udah ayo berjama'ah", aku berkata " yang lainnya?", kawanku berkata "udah ayo sama gue, berdua aja" dan baru saat itu aku baru sadar dan baru merasakan nikmatnya sebuah sholat, hingga, pada akhirnya aku merasa terbangkitkan, dan ingin kembali dan melakukan kembali sholat, dan pernah suatu ketika, aku pernah melihat seseorang wanita yang sedang mengaji dalam sebuah surau, hati penasaran dan bertanya sedang apa dirinya, dan mengapa aku tidak bisa mendengar apa yang dilafadzkannya itu.

Suatu ketika, aku dapati seorang kawan yang memutarkan lagu religi, yang dinyanyikan oleh ust. Jeffry Al Buchori, hatiku terenyuh ingin mendengarkan lagi dan lagi, lalu aku teringat dengan cd mp.3 Opick yang pernah aku miliki, yang dikarenakan oleh aku menyukai beberapa lagunya, lalu aku minta rekan kerja ku untuk memutarnya, lalu mendengarnya.

Airmatapun menetes dalam hati mendengar lagunya "Maafkanlah, Bila Hati Tak Sempurna Mencintaimu, Namun, Raga Dalam Jiwa Hanyalah PadaMu" airmata demi airmatapun menetes dalam sebuah tanya, seraya memanggil jiwaku untuk kembali dan kembali kepadaNya, meskipun aku pada waktu itu tidak tau bagaimana caranya? Harus apa dan melakukan apa untuk bisa kembali?.

Pada akhirnya perlahan demi perlahan aku mulai mengenal Allah SWT, dan mulai mau menjalankan perintahNya, aku menangis dan menangis, menyesak dan menyesalkan akan kelalaian, kecerobohanku serta kesombonganku waktu itu, hingga pada akhirnya secara perlahan demi perlahan aku mulai menemui jalan cahaya, dan aku mulai merasakan indahnya lantunan ayat suci dan lantunan-lantunan dzikir dari sebuah pemutar musik yang selalu diputarkan oleh rekan sekerjaku, batin ini menangis dan menangis, akupun merasa tenang dan sangat tenang.

Seperti itukah cahaya iman yang aku rasakan, seperti itukah indahnya lantunan ayat-ayat suci Al-Quran, hingga mataku terbelalak, karena terlintas beribu dosa, yang aku lakukan, seperti halnya adzan yang pada waktu itu tidak aku hargai, hingga kini sangat aku hargai, dan syukur alhamdulillah aku sungguh merindukan cahaya iman, aku sungguh merindukan surga, merindukan Nabi Muhammad SAW, dan merindukan dekapan hangat, kasih sayang Allah SWT, Sang Maha Pencipta, sampai-sampai sungguh besar kini yang aku rasakan begitu rindu, rindu, dan rindu kepada kasih sayang dan ampunan Allah SWT.

Dikala aku menjalankan sholatpun seringkali aku meneteskan airmata menyesali apa-apa saja yang pernah aku lakukan dimasa itu, dan berharap hadirnya yang terbaik disepanjang hidup yang harus aku arungi, dan aku terjang, meskipun aku harus terjatuh dan terjatuh, meski aku harus tertatih dan tertatih, aku harus mampu untuk memberikan yang terbaik disepanjang hidupku.

Aku ingin menjadi orang baik Yaa Allah, aku ingin menjadi orang yang Shalih, dan aku rindu akan cahaya iman, rindu akan Nabi Muhammad SAW, rindu akan surgaMu, dan rindu untuk selalu mendapatkan kasih sayangMu serta ampunanMu.

Yaaa Allah, Yaaa Rahman, Yaaa Rahim, berkahilah selalu jalan hidupku.

Aku Rindu Cahaya Iman
Tegar Guccie
7 Desember 2015

Friday, December 4, 2015

Dialektika Kehidupan Seorang Sahabat

Terlintas kenangan dimasa lalu dimana aku temui jiwa anggun, dengan paras kecantikan wajah, yang ketika aku sadari bahwa dirinya adalah seorang bidadari yang tergores debu-debu jalanan, menjajakan kemolekkan tubuhnya diantara sudut-sudut kota, dari satu hotel menuju hotel lainnya, menari di antara jeratan rayuan nafsu para pengagumnya, para pengagum dengan mata terbelalak, menikmati eksotisme hangatnya dan nikmatnya tubuh bidadari itu

Aku kenal meskipun tidak sekalipun aku tatap binar-binar wajahnya secara langsung, meskipun di kala itu aku pernah menatap erotisme tubuhnya yang dipampangkan dalam sebuah media sosial, banyak yang menyukai namun banyak pula yang membenci dan menilai dirinya sebagai makhluk yang rendah, mencaci dan memaki tanpa henti, seolah-olah mereka yang mencaci dirinya adalah makhluk yang sempurna, dan tidak sedikitpun memiliki dosa-dosa yang pernah dilakukan.

Hmm, aku tidak ingin menistakan dirinya, sebagaimana seorang manusia biasa aku hanya ingin bersahabat dengan dirinya dikala itu, disaat dirinya mendapatkan cacian, mendapatkan makian, dan menatapi statement orang-orang yang menari-nari di atas tangisannya, mempergunjingkan dirinya, aku berdiri tegak menjadi seorang pendengar sejati bagi dirinya, meskipun dirinya aku ketahui, bahwa dirinya menjadi seorang kupu-kupu malam bukan dilandaskan atas dasar jiwa dirinya yang binal, melainkan karena sebuah keterpaksaan, dimana dikala itu dalam pembelaanku terhadap dirinya, aku ketahui bahwa, dirinya adalah seorang janda, yang harus menghidupi anak, dan ibunya, meskipun dirinya harus ternodai dan menjadi seorang kupu-kupu malam, meskipun aku ketahui sebelum dirinya menjadi seorang kupu-kupu malam, dirinyapun aku ketahui bahwa dirinya pernah mencoba untuk berniaga, mencoba berjualan pistol mainan, hanya saja apa yang dilakukannyapun sia-sia dan merugi, hingga pada akhirnya dirinya bertanya padaku "bagaimana, jika dirinya menjadi seorang kupu-kupu malam, dikarenakan keterbatasan yang dia miliki?", dan akupun mengatakan bahwa, masihkah ada dalam nalurimu untuk tidak melakukannya?, masih dapatkah kamu untuk mendapatkan tetesan rezeki yang penuh akan keberkahan, selain menjadikan tubuhmu menjadi sebuah objek materi? Diapun berkata, "bahwasannya tidak ada jalan lain, selain menjadi wanita penghibur, dikarenakan oleh keterbatasan yang di miliki", lantas apakah keterbatasanmu itu dapat untuk kamu benarkan, sehingga, itu pantas untuk kamu lakukan?, dan haruskah kamu hitamkan duniamu, hingga menjadikan tubuhmu sebagai objek media nafsu terlarang, bukankah itu dosa?, mungkin aku tidak dapat mencegahmu, tapi jika kamu pikir itu jalan yang terbaik, maka lakukan, namun, pikirkanlah kembali sebelum kamu terjerumus lebih jauh.

Selang beberapa waktu, aku dapati sebuah media sosial yang memuat foto-foto seronok, dalam akun pribadinya, menampilkan gambar-gambar yang memuat akan aksinya dikala melayani para pengagumnya yang buta akan nafsu, dikala aku melihat akun pribadinya itu, aku dapati hujatan-hujatan dengan nada memvonis dan menghinakan dirinya, dikarenakan oleh foto-foto seronoknya yang vulgarnya itu, tanpa sensor, sehingga terpampang jelas wajahnya, cibiran demi cibiran, datang bergemuruh, ada yang membela ada yang membenci dan aku berupaya untuk membela dirinya, tanpa punya maksud apapun, meskipun aku ketahui bahwa dirinya salah, dan aku katakan pada dirinya "mereka, tidak pernah mau mengerti akan kesulitan yang kau miliki, mereka hanya mampu menghujat tanpa pernah mau peduli akan kesulitan yang kau hadapi, maka, jika kau yakin bahwa apa yang kau yakini itu benar bagimu, meski kenyataannya adalah salah, namun dikala burung-burung camar memanggilmu untuk kembali kepadaNya, maka kembalilah padaNya, dengan mohonkanlah selalu ampunan dan kasih sayangNya, karena hanyalah kepadaNya kita akan kembali.

Tidak pernah aku pungkiri memang dikala itu aku pernah tergoda oleh dirinya dan erotisme tubuhnya namun, dalam benakku aku berkata "maaf, tidak pernah sedikitpun bagi diriku, mempunyai hasrat untuk menodaimu, karena suatu saat nanti aku akan mempunyai seorang istri yang patut aku hargai, yang patut aku banggakan, serta aku muliakan, terlebih aku sadari bahwa aku memiliki nafsu untuk berhasrat kepadamu, namun aku tidak ingin tenggelam akan sebuah nafsu, dikarenakan oleh sebuah kenikmatan yang sesaat dan jika dapat aku ketahui bahwasannya jika aku terjerumus dalam lembah hitam, hingga saatnya aku dikaruniakan seorang istri yang soleha kelak, yang selalu mendoakan setiap jejak langkahku disepanjang hidupku, maka, jika aku terjerumus, sama saja bagiku untuk menistakan dan membunuh istri ku secara pelan-pelan, dan jika aku ketahui bahwa  sedikitpun tidak akan pernah bagi diriku untuk melukai ataupun menyakiti hati istri ku dengan terjerumus dalam lembah hitam" karena bagiku memuliakan seorang istri merupakan, sebuah keharusan dan tersimpan makna yang sangat berarti dalam hidup sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Rasullullah SAW, maka aku harus mampu untuk memuliakan istri ku kelak, dengan membimbing dan membesarkan hatinya dalam jalan cahaya, yang penuh akan rasa syukur yang mendalam atas segala limpahan rahmat, hidayah, rezeki dan ampunan yang selalu tercurahkan disepanjang nafas yang aku dan istriku hirup.

Selang beberapa lama, aku dapati dirinya berganti akun pribadi, yang bukan hanya menampilkan gambar-gambar seronok dengan sensor wajah, dengan tarif yang berbeda, hingga berjuta-juta, dan saat itu aku mencoba untuk menghubungi dan menanyakan kabarnya, dan disepanjang berjalannya bulan suci, bulan Ramadhan secara perlahan aku buka mata hatinya, disaat azan memanggil aku mencoba untuk mengajak dirinya untuk sholat, sahur, dan berbuka puasa, dirinya hanya berkata "sama-sama mas, selamat berbuka puasa", mungkin itu adalah jawaban sederhana, namun, dengan percaya ku, aku yakin bahwa hati kecilnya ingin kembali kepada jalan cahaya dan kembali pada surga yang dirindukan.

Syukur alhamdulillah, selang beberapa lama aku tidak menghubungi dirinya dan tidak aku jelajahi kembali apa yang menjadi perjalanan hidupnya, dikala aku rindu dengan sahabat ku itu, dengan melihat status yang teruntai dalam sebuah akun media sosial, aku dapati sebuah kebanggaan yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya, dimana aku tatapi bahwa dirinya, memutuskan untuk berhenti dari dunia yang pernah hitamkan dirinya, dan memutuskan untuk bertaubat, dan menutup auratnya dengan balutan hijab, memutuskan untuk berjualan kelontong, dan berusaha dengan hati ikhlas untuk kembali, dan bertaubat kepada Allah SWT.

Tidak pernah terbayangkan olehku bahwa, dirinya telah sadar dan kembali kepada jalan cahaya, dan aku berharap semua itu bukanlah sebuah kamuflase, yang membutakan mata, yang hanya diucapkan melainkan untuk dilaksanakan, bukan untuk sebuah materi melainkan untuk menapakkan kaki, dan menjadi pribadi yang dirindukan oleh surga, akhir kata, tak banyak yang aku inginkan, wahai sahabat jika suatu saat aku dapat bertemu denganmu, dengan kelembutan dan keistiqomahanmu untuk selalu menjaga tubuhmu dan tidak lagi terjerembak dalam sebuah lembah hitam yang menghinakanmu, aku ingin sekali bertemu denganmu disaat dirimu menjadi seorang guru atau motivator yang dapat menyadarkan orang-orang yang hingga kini masih terjerumus, untuk kembali kepada jalan yang lurus, dan senantiasa menjadi seorang wanita yang soleha, mendpatkan rahmat, hidayah, kasih sayang, limpahan rezeki, serta ampunan sang Maha Pencipta, dan semoga saja dirimu temukan apa yang kau cari dan semoga saja kau menjadi seorang wanita dirindukan oleh surga firdaus. Aamiin

Tetaplah kamu menjadi Sahabatku, meskipun aku tidak pernah bertemu denganmu.

Dialektika Kehidupan Seorang Sahabat
Tegar Guccie
4 Desember 2015